SABTU, 17 JULI 2021
PEKAN BIASA XV
Bacaan I : Keluaran 12:37-42
Bacaan Injil : Matius 12:14-21
"MAKSIMAL DALAM BERTINDAK"
Penginjil Matius dalam kisah Injil hari ini mengutip nubuat Nabi Yesaya,"Lihatlah, itu Hamba-Ku yang Kupilih, yang Kukasihi, yang kepada-Nya jiwa-Ku berkenan” (Mat 12.18). Model hidup Yesus sungguh-sungguh menunjukkan Diri-Nya sebagai hamba pilihan yang dikasihi. Keterlibatan-Nya dalam persoalan dan kesulitan orang-orang yang dijumpaiNya menunjukkan kualitas Diri-Nya sebagai pribadi yang berkenan kepada Allah. Orang banyak yang mengikutiNya, pertama-tama bukan karena kata-kata yang diucapkan atau janji-janji yang disampaikan-Nya, tetapi lebih pada cara hidup dan keterlibatan-Nya. Yesus terlibat secara maksimal dalam memberikan solusi atas persoalan. Keterlibatan Yesus terungkap dalam tindakan hidup bukan dalam kata. Keterlibatan-Nya adalah keterlibatan aksi dan bukan saja keterlibatan dalam janji dan teori.
Saudara yang terkasih pertanyaan untuk kita adalah sudah sejauh mana kita menunjukkan kualitas keimanan sebagai pengikut Yesus? Melalui Injil hari ini, kita ditantang untuk berani terlibat dan ambil bagian dalam kesulitan dan persoalan orang lain sebagai ungkapan iman orang-orang yang dipilih dan dikasihi Allah. Kita dipilih dan dikasihi Allah untuk terlibat dan ambil bagian dalam persoalan dunia. Hal lain yang perlu kita sadari adalah seperti Yesus, yang meskipun telah berbuat baik namun tidak semua orang menerima kebaikan dan keterlibatan-Nya. Namun demikian, penolakan atas kebaikan Yesus tidak serta-merta meredupkan dan mengurangi niat dan perjuangan-Nya untuk terus terlibat dalam kebaikan. Pada titik inilah motivasi kita sebagai pengikut-Nya diuji dan terus menerus dimurnikan.
Semoga solidaritas Yesus Kristus membakar semangat kita untuk terus melangkah dalam kebaikan. Dengan jalan ini, kita membuktikan kualitas diri sebagai hamba yang dipilih, dikasihi, dan berkenan kepada-Nya. Dia yang telah memilih dan mengasihi kita pasti akan menguatkan kita, Pertolongan-Nya tidak pernah terlambat atau terlalu cepat.
Penulis : Rm. Ferdinandus Tay, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
SABTU, 10 JULI 2021
PEKAN BIASA XIV
Bacaan I : Kej 49:29-32; 50:15-26a
Bacaan Injil : Matius 10:24-33
"Jangan Takut"
Di masa pandemi Covid-19, banyak orang menjadi takut. Ketakutan Ini bertolak dari berbahayanya Covid-19 yang menggemparkan dunia. Virus Ini tak kasatmata dan membuat manusia tak berdaya. Sudah banyak nyawa yang direnggut. Target sasaranya pun tidak memandang usia dan status sosial. Namun, ketakutan akan wabah virus corona tidak membuat orang menyerah pada keadaan. Orang mulai hidup dengan metode yang baru. Ada protokol kesehatan yang harus dipatuhi. Upaya untuk menemukan vaksin dan menyalurkannya ke masyarakat luas juga menjadi langkah maju yang sudah ditempuh untuk mengakhiri badai virus ini. Lebih dari itu, Covid19 membawa manusia merefleksikan hidupnya sambil menata lagi hidup untuk bersaksi tentang Tuhan dan kasih-Nya.
“Dan janganlah kalian takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa. Tetapi takutilah Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka” (Mat 10:28). Dengan kata-kata ini, Yesus mau mengatakan kepada kita supaya kita jangan takut dan cemas untuk mewartakan dan memberikan kesaksian tentang Diri-Nya dan ajaran-Nya.
Covid-19 adalah virus yang membunuh tubuh fisik kita. Tapi ada “virus” lain yang harus kita waspadai yakni “Virus” tidak takut akan Allah, yang dapat membunuh jiwa. Bagi kita, ketakutan terhadap Allah itu harus tampak dalam takut bertindak tidak jujur, takut berbuat dosa, takut korupsi, takut melawan perintah-perintah Allah, takut untuk mencari aman diri sendiri, kita harus takut berbuat jahat. Maka perintah Yesus agar kita jangan takut menyadarkan kita bahwa kita berharga di hadapan-Nya, lebih dari burung pipit yang juga dipelihara Tuhan, dapat meneguhkan setiap upaya hidup jasmani dan rohani kita. Kemauan menanggung duka derita, bahkan kesalahpahaman dan bersedia untuk mengampuni, menjadi kesempatan bagi kita untuk memurnikan hidup kita dan berani menjadi saksi kabar sukacita Injil. Jangan takut! Tuhan memberkati.
Penulis : Br. Angelus More, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
SABTU, 03 JULI 2021
PESTA SANTO TOMAS, RASUL
Hari Sabtu Imam
Bacaan I : Efesus 2:19-22
Bacaan Injil : Yohanes 20:24-29
"PERCAYA DAN DAMAI"
Tidak ada yang bisa memuaskan mata. Semakin panjang perjalanan akan semakin banyak yang bisa dilihatnya. Tidak hanya yang ada di depannya ingin dilihatnya, yang dipikirkan dan dikatakan orang pun ingin dilihatnya. Terkadang, yang dilarang dilihat pun ingin dilihatnya. Adakah kepuasan setelah melihat? Atau malah ada keinginan lebih untuk melihat lebih banyak lagi? Waspada, mata bisa membuat kita ragu dan gelisah. Percaya, membuat kita bisa melihat lebih banyak dan merasa lebih damai dalam hidup.
Berbicara tentang Santo Tomas Rasul yang kita kenang hari ini mengingatkan kita akan ungkapan yang indah dari Yesus kepada kita semua, “Karena engkau telah melihat Aku, maka engkau percaya. Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” Perkataan ini adalah pelajaran seumur hidup bagi kita semua bahwa dibutuhkan keberanian dalam beriman. Keberanian yang dimaksud adalah percaya sungguh pada ajaran, sabda, teladan, dan pengalaman iman bersama Yesus. Kita beriman kepada Yesus dan segala ajaran-Nya bukan karena kita telah melihat Dia dengan mata kita, tetapi karena kita melihat dengan keyakinan kita bahwa segala ajaran-Nya dan Dia adalah kebenaran, jalan, dan hidup. Semakin kita teguh pada ajaran-Nya dan hidup sesuai teladan-Nya, pasti akan semakin damai hidup kita. Mengapa demikian? Karena ajaran-Nya adalah mengasihi dan ke mana pun Dia pergi selalu membawa kasih dan damai sejahtera.
Damai sejahtera bagi kamu semua pencinta Cafe Rohani. Bisakah damai kita rasakan di masa pandemi dan di masa sulit lainnya? Tentu bisa. Caranya, percayalah bahwa Allah tak pernah membiarkan kita sendirian. Yesus selalu datang membawa damai sejahtera bagi kita yang senantiasa berjaga-jaga dan percaya. Damai ada dalam hidup setiap orang yang percaya dan mencari-Nya. Karena itu, jangan pernah tinggalkan persekutuan dengan para saudara seiman. Rajinlah ke gereja.
Penulis : Rm. Kartolo Malau, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid
SABTU, 26 JUNI 2021
PEKAN BIASA XII
Bacaan I : Kej 18:1-15
Bacaan Injil : Matius 8:5-17
"MEMOHON UNTUK ORANG LAIN"
Permohonan yang disertai sikap rendah hati hanya dimiliki oleh orang yang beriman. Memohon untuk kebaikan orang lain hanya dimiliki oleh orang yang tidak egois, Cara dan sikap memohon Ini dimiliki oleh seorang perwira di Kapernaum. Dia memohon kepada Yesus demi kesembuhan hambanya. Dia rendah hati karena percaya kepada Yesus dan merasa tidak layak menerima Yesus di rumahnya. Sungguh luar biasaiman perwira ini.
Sebuah permohonan atau doa menjadi sangat Katolik jika ujud permohonan yang disampaikan mengandung unsur “demi kebaikan umat seluruh dunia”. Karena itu, kekatolikan seseorang tidak hanya terletak pada credo yang diucapkan atau unsur-unsur yang sama yang menyatukan identitas bersama. Doa orang mesti keluar dari rasa keprihatinan bersama atas nasib malang dan penderitaan sesama. Seorang perwira dipuji oleh Yesus karena katolisitasnya. Dia sungguh memperhatikan nasib hambanya. Jarang terjadi di Israel, seorang perwira memperhatikan seorang hamba. Karena itu, perwira tadi dikatakan memiliki iman yang besar.
Penderitaan manusia masih terus dialami. Penderitaan karena penyakit atau bencana akan terus dihadapi oleh manusia. Seorang perwira dan imannya tentu menjadi model yang tepat bagi manusia zaman ini. Keprihatinan bersama dapat diwujudnyatakan melalui tindakan memberi donasi dan berdoa bagi yang menderita. Dua-duanya akan memelihara iman kekatolikan kita dan mendatangkan rahmat bagi yang menderita. Hal-hal ini mudah untuk dilakukan jika kita mampu menumbuhkan semangat kesatuan dalam iman, harap, dan cinta kepada Tuhan. Sejarah telah membuktikan bahwa panggilan kemanusiaan akan menjadi sangat kuat jika kita didasari oleh iman, harap, dan cinta bersama. Tidak ada yang lebih berharga untuk dilakukan selain kita memohon atas nama pribadi dan Gereja untuk kebaikan sesama. Tidak ada yang lebih indah selain atas nama pribadi dan Gereja, kita beramal untuk orang yang menderita.
Penulis : Rm. Karolus Sola, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholic
SABTU, 12 JUNI 2021
PW HATI TERSUCI SANTA PERAWAN MARIA
Bacaan I : 2Korintus 5:14-21
Bacaam Injil : Matius 5:33-37
"PELAYANAN YANG MURNI"
PELAYANAN YANG MURNI
Ada orang yang dengan tulus melayani karena mengasihi Tuhan, tapi ada pula orang yang melayani karena pamrih, Ingin terlihat hebat, Ingin menonjolkan kemampuan diri, dan sebagainya. Ada pula yang karena ingin menarik perhatian kekasihnya, karena paksaan orang tua, ingin mendapat pujian dari orang lain, dan lain-lain. Betapa banyak motivasi yang bisa menjadi dasar dari pelayanan dan perbuatan yang kita lakukan untuk orang lain. Tuhan tentu menghargai pelayanan kita, namun itu hanya terjadi apabila kita melakukannya dengan tulus, dengan hati yang murni.
Hari ini Tuhan Yesus memberi pesan, “Jika ya, hendaklah kalian katakan: ya, jika tidak, hendaklah kalian katakan: tidak. Apa yang lebih daripada itu berasal dari si jahat” (ay. 37). Ketulusan dan kejujuran hati menjadi tolok ukur utama dalam melakukan tindakan. Yesus menghendaki kita untuk berbuat sesuai dengan hati nurani yang suci. Dalam khotbah-Nya, Yesus berkata, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat 5:8). Hati yang murni akan membuat kita melihat Allah. Pelayanan kepada orang lain kita lakukan dengan murni dan tulus.
Kita juga diberi teladan oleh Bunda Maria yang hari ini kita peringati hati tersucinya. Maria sungguh mempunyai hati yang suci dalam melaksanakan kehendak Allah. Maria mau dan mampu menjadi pelayan dan melayani Tuhan. Bahkan dengan hati murni, Maria bersedia menjadi ibu Tuhan karena penyelenggaraan Roh Kudus. Dengan ketulusan hatinya, Bunda Maria bersedia melaksanakan tugas perutusannya itu. Maria sadar siapa dirinya, maka kehendak Tuhanlah yang terjadi dalam dirinya.
Marilah kita berusaha untuk memiliki hati yang suci seperti Maria lewat membaca sabda Allah dalam Kitab Suci dan juga lewat doa-doa. Bergaul akrab dengan Tuhan, tinggal di dalam hadirat-Nya. Mencurahkan isi hati kita secara total kepada Tuhan.
Penulis : Br. Yohanes Suparno, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid
SABTU, 05 JUNI 2021
PW SANTO BONIFASIUS, USKUP DAN MARTIR
Hari Sabtu Imam
Bacaan I : Tobit : 12:1.5-15.20
Bacaan Injil : Markus 12:38-44
" KESUCIAN YANG MENDALAM"
Hari ini, Yesus dengan keras mengecam orang yang menjalani hidupnya dengan cara-cara yang tidak tulus. Hidup yang tidak tulus itu digambarkan seperti praktik hidup yang dilakukan para ahli Taurat. Mereka jatuh pada sikap munafik, bertopeng, dan membungkus sifat-sifat mereka yang buruk, egois, dan selalu merasa diri paling benar dengan tugas dan jabatan mereka sebagai orang penting dalam hidup keagamaan Yahudi. Orang yang munafik biasanya selalu bersayap kata-katanya, perbuatan yang dia hidupi sering tidak bermakna tunggal karena di balik perbuatan yang kesannya baik, ada ambisi atau kepentingan tertentu yang tidak sehat. Sikap munafik yang dipraktikkan oleh kaum yang berkecimpung dalam kehidupan keagamaan ini membuat mereka jatuh dalam nafsu kuasa dan gila hormat. Sifat nafsu kuasa dan gila hormat ini membuat mereka miskin empati dan bahkan tega menindas orang-orang kecil dan lemah.
Injil hari ini juga menampilkan Yesus yang memuji dan mengapresiasi seorang janda miskin yang tampil sebagai antitesis dari sikap-sikap para ahli Taurat. Janda miskin ini menyadari dirinya sebagai insan yang lemah dan tidak punya sesuatu yang berharga untuk dipersembahkan kepada Tuhan. Dia memberi dua peser yang sebenarnya sangatlah berharga bagi seorang janda yang miskin seperti dia. Akan tetapi, ia memiliki semangat yang luar biasa untuk memberikan sumbangannya. Janda miskin ini memiliki ketulusan dan kemurnian jiwa yang luar biasa. Sebuah bukti penyerahan total kepada Tuhan. Dengan dua peser yang dipersembahkannya, janda itu sedang menyerahkan keberlangsungan hidupnya kepada Tuhan. Praktik hidup yang dihayati oleh janda miskin ini adalah Sebuah sikap yang memiliki motivasi yang murni. Setiap orang yang memiliki motivasi yang murni pasti hidupnya tulus.
Penulis :Rm. Tinto Tiopano Hasugian, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganhariankatolik
SABTU, 29 MEI 2021
PEKAN BIASA VIII
Bacaan I : Sirakh 51:12-20a
Bacaan Injil : Markus 11:27-33
"MENYADARI KUASA ALLAH"
Apa yang kita rasakan ketika melihat keberhasilan orang lain Marah, kecewa, iri hati, merasa direndahkan? Mampukah kita turut bergembira melihat keberhasilan pesaing atau orang yang kita benci? Ataukah, kita lebih suka melihat pesaing atau orang yang kita benci mengalami penderitaan dan kegagalan? Bila kita masih merasa iri, dengki, marah, dan kecewa ketika melihat keberhasilan orang lain, kita menjadi seperti ahli-ahli Taurat dan imam-imam kepala di zaman Yesus. Mereka iri melihat hal-hal baik yang sudah dikerjakan Yesus.
Injil hari ini menampilkan ahli-ahli Taurat, imam-imam kepala dan tua-tua yang mempertanyakan dari mana asal “kuasa Yesus”. Sikap ini berbeda dengan banyak orang yang hormat dan kagum karena diselamatkan oleh kuasa Yesus. Ahli-ahli Taurat, imam kepala dan tua-tua tidak mampu lagi melihat kasih Allah yang dialami oleh banyak orang yang disembuhkan Yesus. Mungkin juga mereka takut kalah saing dengan Yesus yang kian hari kian terkenal dan dikagumi banyak orang. Yesus pun pada akhirnya membuka pikiran mereka dengan mengajukan pertanyaan tentang kuasa Yohanes Pembaptis. Mereka pun tidak mampu menjawabnya. Meskipun demikian, mereka tidak mau berubah dan bahkan semakin membenci Yesus. Mereka memilih untuk menolak kasih Allah yang ditawarkan kepada mereka.
Setiap orang memiliki kesempatan untuk berbuat kebaikan dan menyalurkan kasih Allah dalam hidup mereka. Bahkan ada pula yang dianugerahi talenta/kuasa tertentu demi kebaikan dan keselamatan orang lain. Tidak perlu menjadi nyinyir dan iri seperti ahli Taurat dan imam-imam kepala. Cukuplah kita memanfaatkan kesempatan untuk menjadi penyalur kebaikan dan rahmat Allah. Kehadiran kita hendaknya mencerminkan pancaran kasih Allah. Jangan sampai tindakan kita justru menghalangi orang lain untuk merasakan kasih Allah.
Penulis : Rm. Alexander Teguh, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #renunganhariankatolik #catholichomeid #semogamenjadiberkat
SABTU, 22 MEI 2021
PEKAN VII PASKAH
Bacaan I : Kis 28:16-20.30-31
Bacaan Injil : Yoh 21:20-25
"DIALAH YANG HIDUP"
Apa Injil itu? Mungkin pertanyaan itu bisa dijawab oleh setiap orang secara berbeda menurut pengetahuan yang dimilikinya. Jika kita berpedoman pada bacaan Injil hari ini, maka jelas bagi kita, salah satu pengertian Injil adalah kesaksian akan kisah hidup Yesus, baik perkataan maupun tindakan-Nya. Kesaksian tersebut berasal dari sukacita karena percaya kepada Yesus.
Akan tetapi, menarik bahwa Yohanes menutup Injilnya dengan kalimat ini, “Masih banyak hal-hal lain lagi yang diperbuat oleh Yesus, tetapi jikalau semuanya itu harus dituliskan satu persatu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua kitab yang harus ditulis itu.” Kalimat penutup itu memberi informasi kepada kita bahwa ada banyak kisah kesaksian lain mengenai tindakan Yesus yang tidak ditulis atau sengaja tidak dituliskan karena keterbatasan sarana penulisan. Kalimat penutup Injil itu juga bisa menginspirasi kita, bahwa Injil tidak berhenti hanya pada saat Yesus hidup di dunia, tidak hanya berhenti sebagai kesaksian tertulis dari masa lampau, tetapi tetap berlangsung saat ini maupun di masa mendatang. Injil sejatinya adalah kesaksian tentang Yesus yang dialami setiap orang yang percaya kepada Yesus, yang memperoleh pertolongan Yesus dalam hidup mereka.
Kesaksian-kesaksian akan Yesus dalam kehidupan tersebut, merupakan kisah perjalanan iman, kisah yang berkisah mengenai perjumpaan dengan Yesus, baik itu dalam keadaan sulit maupun dalam keadaan penuh sukacita. Kisah-kisah perjumpaan itu menjadi suatu Injil yang hidup, Injil yang bisa dilihat dan dirasakan setiap orang di sekitarnya. Itulah Injil yang hidup. Injil yang menyentuh langsung orang-orang dalam pengalaman keseharian mereka.
Injil yang hidup ini adalah pengalaman hidup kita juga. Kita percaya bahwa kita masing-masing memiliki pengalaman merasakan tindakan dan pendampingan Yesus dalam hidup. Tidakkah kita tertarik untuk mencoba membuat Injil sesuai dengan pengalaman kita?
Penulis : Rm. Krispinus Ginting, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
SABTU, 15 MEI 2021
PEKAN VI PASKAH
Bacaan I : Kis 18:23-28
Baccaan Injil : Yoh 16:23b-28
"PEEAN ROH KUDUS DALAM DOA"
Santa Teresa Dari Avila, mengatakan bahwa berelasi dengan Tuhan dalam doa, ibarat udara yang dihirup oleh tubuh kita. Jiwa yang sehat tentu sangat membutuhkan doa yang benar. Dalam kisah Injil hari ini, Yesus mengajak murid-murid-Nya untuk berserah diri kepada Bapa dalam doa. Yesus begitu mencintai kita sehingga apa pun yang kita minta kepada Bapa dalam nama-Nya akan diterima dan dipenuhi dengan sukacita. Dia menjadi Pengantara rahmat antara Bapa dan manusia.
Ajakan bagi para murid untuk berdoa kepada Bapa dalam nama-Nya, disampaikan oleh Yesus sebelum Ia meninggalkan para murid dan pergi kepada Bapa (Yoh 16:28). Kepergian-Nya kepada Bapa, tidak menghilangkan peran-Nya sebagai Pengantara. Yesus akan tetap menjadi Pengantara kita sepanjang zaman, bahkan sebelum kepergian-Nya, Ia telah berjanji akan meminta kepada Bapa supaya memberikan seorang Penolong yang lain yakni Roh Kudus (Yoh 14:18). Maka baiklah dalam masa penantian turunnya Roh Kudus ini, mari kita kembali menyadari tentang pentingnya peran Roh Kudus dalam hidup doa kita.
Untuk menyemangati kita dalam berdoa dan berkarya, Gereja mengajak kita meminta bantuan Roh Kudus. Dalam hal ini pun Santa Teresa dari Avila mempunyai sebuah pengalaman menarik. Ketika ia merasa sangat kesulitan dalam berdoa, seorang imam memberinya nasihat bahwa ia butuh berdoa kepada Roh Kudus. Setelah mengikuti nasihat tersebut, ternyata kehidupan doa Teresa meningkat pesat.
Benarlah apa yang dikatakan oleh Rasul Paulus “...sebab kita tidak tahu, bagaimana sebenarnya harus berdoa: tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan” (Rom 8:26b). Dalam terang sabda hari ini, semoga iman kita semakin diteguhkan untuk tidak jemujemu memohon bantuan Roh Kudus, untuk membimbing dan menuntun perjalanan hidup kita, khususnya dalam hidup doa kita. Yakinlah bahwa dalam nama Putra dan Roh Kudus, segala doa dan permohonan kita dikabulkan oleh Bapa.
Penulis : Rm. Hendrikus Dasrimin, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
SABTU, 08 MEI 2021
PEKAN V PASKAH
Bacaan I : Kis 16:1-10
Bacaan Injil : Yoh 15:18-21
"AKU BAIK, KOK DIBENCI? "
Suatu kali seorang anak muda bertanya kepada saya, “Romo, kenapa banyak orang benci saya, padahal saya selalu melakukan yang baik. Saya juga tidak mencampuri urusan mereka. Bahkan, ketika saya membantu orang yang sedang susah, teman-teman saya malah banyak yang tidak suka sama saya. Saya bingung Romo, saya harus bagaimana?” Sambil sedikit bercanda, saya menjawab demikian, “Saya juga bingung...”
Kebingungan anak muda itu, rupanya menemukan jawaban dalam Injil hari ini. Yesus berkata, "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya" (Yoh 15:18). Ucapan Yesus ini menyadarkan kita bahwa kalau kita dibenci, maka hal itu menjadi pertanda bahwa kita bukan dari dunia: kita adalah anak Bapa di surga yang berusaha hidup baik di dunia. Tapi jika kita sendiri yang membenci,orang lain, itu juga menjadi tanda bahwa kita melupakan indentitas kita sebagai anak Bapa di surga.
Manusia adalah makhluk duniawi dan sekaligus surgawi. Rasa benci adalah urusan duniawi dan bukti bahwa kita makhluk duniawi, tapi mengampuni orang yang membenci adalah urusan rohani dan menjadi karakter surgawi. Maka, jangan fokus pada pertanyaan “mengapa aku dibenci?” jika kita ingin bertumbuh menjadi pribadi yang rohani. Menghayati hidup kekristenan secara benar tentu bisa membuat kita dibenci oleh mereka yang tidak melihat nilai kebaikan di sana. Selama kita hidup di dunia, berbuat baik tidak selalu bisa diterima, sebaliknya bisa jadi malah dibenci. Yesus yang Mahabaik pun dibenci oleh orang-orang pada zamannya karena Ia berkeliling sambil berbuat baik.
Marilah kita tetap berjuang hidup sebagai anak-anak Allah dan menjadikan keadaan “dibenci” sebagai lahan untuk belajar bersabar. Ini adala kesempatan untuk menjadi semakin bijak dalam hidup, bahkan jalan untuk menyadari panggilan kita sebagai anak-anak Bapa surgawi.
Penulis :Rm. Kardiaman Simbolon, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandaktolik
SABTU, 01 MEI 2021
PEKAN IV PASKAH
Bacaan I : Kis 13:44-52
Bacaan Injil : Yoh 14:7-14
"MENGENAL YESUS DAN BAPA-NYA"
Tidak kenal maka tidak sayang.” Pepatah tersebut mau menegaskan kepada kita betapa pentingnya pengenalan. Kiranya perlu kita pahami, bahwa mengenal itu lebih dalam mmaknanya daripada mengetahui. Pengenalan yang benar akan menentukan langkah berikutnya.
Pengenalan bukan hal yang mudah. Terbukti Filipus yang sudah lama bersama dengan Yesus, belum bisa mengenal-Nya dengan baik. Keilahian Yesus belum ia tangkap, meskipun Yesus sudah mengajarkan “Tidak percayakah engkau, bahwa Aku di dalam Bapa dan Bapa di dalam Aku? Apa yang Aku katakan kepadamu, tidak Aku katakan dari Diri-Ku sendiri, tetapi Bapa, yang diam di dalam Aku, Dialah yang melakukan pekerjaan-Nya” (Yoh 14:10). Kesatuan Yesus dengan Bapa-Nya adalah kesatuan dalam karsa, kehendak maupun karya, tindakan. Segala sesuatu yang dilakukan Yesus merupakan pekerjaan Bapa-Nya pula. Karenanya, kita bisa belajar mengenal dan memahami Allah dari pekerjaan-pekerjaan yang dilakukan Yesus.
Yesus berkeliling untuk mengajar dan melakukan kasih, yang lapar diberi makan, yang haus diberi minum, yang sakit disembuhkan, yang mati dibangkitkan. Dengan kata lain, Yesus merupakan tanda kehadiran Allah di dunia. Melalui dan dalam Dia, kita dapat mengenal Allah. Pengenalan demikian bisa terjadi karena Yesus dan Bapa adalah satu.
Persoalannya, kita tidak hidup sezaman dengan Yesus! Kita bisa mengenal Yesus dan Bapa-Nya melalui Gereja, tubuh mistik-Nya. Di dalam dan karena Yesus, Gereja adalah Sakramen, tanda nyata kehadiran Allah di dunia. Dengan demikian melalui kegiatan Gereja, baik peribadatan maupun kegiatan sosial kemasyarakatan seperti pengobatan murah, sembako murah, bedah rumah dan aneka kegiatan lainnya, orang-orang zaman ini bisa mengenal Yesus dan Bapa-Nya.
Semoga kita yang mengaku sebagai pengikut Kristus semakin mengenal Dia, sehingga mampu menjadi sarana dan perantara Orang-orang di sekitar kita kepada pengenalan akan Yesus dan Bapa-Nya. Berkah dalem.
Penulis : Rm. Hugo Susdiyanto, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandaktolik
SABTU, 24 APRIL 2021
PEKAN III PASKAH
Bacaan I : Kis 9:31-43
Bacaan Injil : Yoh 6:60-69
"BIAR KERAS, TAPI SETIA"
Kadangkala kita mendengar kata-kata yang keras dan pedas. Reaksi kita atas hal ini bisa berbeda-beda. Mereka yang mudah terpancing emosi, biasanya langsung menanggapi dengan keras. Injil melukiskan dua reaksi para murid atas perkataan Yesus tentang roti hidup. Reaksi pertama menilai bahwa perkataan Yesus itu keras, sehingga mereka marah dan meninggalkan Yesus.
Reaksi kedua terkait dengan perkataan Yesus, “Apakah kamu tidak mau pergi juga?” Petrus, mewakili kedua belas murid menjawab, “Tuhan, kepada siapakah kami akan pergi? Perkataan-Mu adalah perkataan hidup yang kekal. Kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang kudus dari Allah.” (ay. 68-69). Jawaban Petrus ini menggerakkan dia untuk tetap percaya akan Yesus dan setia mengikuti-Nya.
Sikap para murid mencerminkan dua macam orang Katolik. Pertama, mereka yang tidak dapat memahami Yesus lalu meninggalkan Yesus dan Gereja-Nya. Sebagian dari mereka ini pindah ke Gereja atau agama lain yang lebih memberikan kesenangan. Kedua, kelompok yang percaya kepada Yesus. Meskipun mereka menghadapi kesulitan, mereka tetap bertahan. Mereka menjadikan ajaran Yesus sebagai pegangan hidup.
Kita termasuk yang mana? Golongan pertama atau kedua? Setiap pilihan mengandung konsekuensi dan tanggung jawab. Yesus pernah bersabda, “Barangsiapa bertahan sampai akhir, dia akan selamat” (bdk. Mat 24:13). Apakah kita memahami tuntutan di balik ajaran roti hidup itu dan masih mau untuk tetap setia?
Yesus menantang kita semua dalam perjalanan kehidupan kita, seperti dukacita, sakit, kegagalan, ketidakmampuan, dan sejenisnya. Apakah kita goyah dan mundur dari iman kita kepada Yesus? Sebagaimana pengalaman di atas, orang beriman yang hanya mencari kenyamanan mudah meninggalkan Yesus. Tetapi, orang yang sungguh hidup dari imannya akan bertahan dan tetap setia bersama Yesus.
Penulis :Rm. Nolaskus Harsantyoko, O.Carm.
penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat
SABTU, 17 APRIL 2021
PEKAN II PASKAH
Bacaan I : Kis 6:1-7
Bacaan Injil : Yoh 6:16-21
"PERTOLONGAN-NYA"
Penginjil Yohanes menampilkan peristiwa Yesus yang berjalan di atas air. Lalu, apa yang hendak ditonjolkan dalam peristiwa ini? Tentu saja bukanlah kehebatan Yesus yang mampu berjalan di atas air, melainkan Yesus yang hadir di tengah para murid pada saat yang tepat. Jika dibandingkan dengan Injil Sinoptik, maka ada sedikit perbedaan dalam kisah ini. Injil Sinoptik menampilkan tanggapan Petrus yang meminta kepada Yesus agar dia diperbolehkan untuk datang kepada Yesus dengan berjalan di atas air. Hal ini dilakukan Petrus untuk menguji apa yang datang menghampiri mereka sungguh-sungguh Tuhan, Guru yang mereka cintai ataukah hantu yang mereka takuti?
Pesan penting yang bisa kita renungkan dalam kisah ini adalah bahwa Yesus hadir pada saat yang tepat. Terkadang kita menganggap Tuhan meninggalkan kita. Padahal, pertolongan Tuhan datang di waktu yang tepat. la datang menolong setiap orang yang sedang mengalami kesulitan dan persoalan dan tidak pernah terlalu cepat atau tidak pernah terlambat. Kata-kata Yesus “Aku ini, jangan takut” sungguh-sungguh memberikan kesejukan dan ketenangan kepada setiap orang yang menaruh harapan padaNya. Ini merupakan sabda yang meneguhkan, sabda yang menguatkan bahwa kita tidak sendirian, karena ada Yesus yang selalu hadir menemani kita. Pertolongan Tuhan selalu hadir pada saat yangtepat.
Namun satu hal yang perlu juga kita sadari, bahwa bisa jadi, saat yang tepat menurut Allah itu berbeda dengan kita. Mungkin ketika kita menghadapi persoalan dan kesulitan, kita mengharapkan Tuhan datang untuk membebaskan atau . meringankan persoalan dan kesulitan kita. Atau, mungkin saja kita tidak mendapatkan dan merasakan kehadiran Tuhan. Namun, satu hal yang harus kita yakini bahwa Tuhan tidak pernah dan tidak akan meninggalkan kita berjuang sendirian. Ia selalu hadir dan memegang tangan kita, agar kita bisa melalui setiap gelombang persoalan dan badai kehidupan yang melanda.
Penulis : Rm. Ferdinandus Tay, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichome
SABTU, 10 APRIL 2021
HARI SABTU DALAM OKTAF PASKAH
Bacaan I : Kis 4:13-21
Bacaan Injil : Markus 16:9-15
"PERCAYA"
Dalam bahasa Ibrani, kata “percaya” atau “iman” adalah aman. Kata “iman” dalam bahasa Yunani terjemahan dari pistis, yang artinya kepercayaan atau penyerahan diri kepada seseorang. Kata kerja dari pistis adalah pisteuo, berarti “percaya kepada, memercayakan atau menyerahkan diri kepada suatu objek” dalam hal ini tentu Tuhan. Penerimaan dan keyakinan dengan mulut bahwa Yesus adalah Tuhan dan Juruselamat barulah sebuah awal perjalanan hidup kekristenan. Orang Kristen seperti ini, baru dengan mulut mengaku, tetapi hati belum percaya. Hati yang percaya dapat dibuktikan dalam perbuatan.
Iman dalam hati harus diaplikasikan secara konkret dalam tindakan. Dalam hal ini percaya seseorang bukan hanya di dalam pikiran, tetapi sudah diterjemahkan dalam tindakan nyata. Memiliki iman yang penuh, seseorang harus berjuang. Tuhan Yesus sudah bergumul begitu berat untuk manusia agar bisa dibebaskan dari kuasa dosa, maka orang percaya harus mengimbangi perjuangan Tuhan tersebut dengan perjuangan yang benar agar sungguh-sungguh bisa dimerdekakan dari dosa. Percaya membutuhkan proses untuk mengakui atau yakin bahwa sesuatu memang benar atau nyata. Demikianlah yang terjadi pada para murid waktu itu. Mulai dari rasa tidak percaya kemudian mereka mulai mencari berbagai informasi dan bukti hingga akhirnya menemukan.
Sikap percaya tentang kebangkitan Yesus inilah yang menjadi dasar untuk dipercaya dan diutus ke seluruh dunia. Yesus memang menaruh harapan kepada kesebelas murid untuk melanjutkan misi. Kepada mereka dilengkapi dengan anugerah-anugerah Ilahi dan kasih Tuhan yang meneguhkan dan menguatkan perutusan serta pelayanan kepada banyak orang. Semoga kita juga terbuka dan siap menjadi utusan dan saksi kabar gembira bagi banyak orang. Marilah pergi, kita diutus. Demikian seruan pengutusan untuk mengakhiri setiap misa kudus. Kita diutus setiap hari untuk mewartakan kabar gembira dan menjadi pelaku kabar gembira sepanjang ziarah hidup di dunia.
Penulis : Br. Angelus More, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#BerandaKatolik
SABTU, 03 APRIL 2021
HARI SABTU SUCI (MALAM PASKAH)
Bacaan I : Kejadian 1:1-2:2
Bacaan III: Keluaran 14:15-15:1
Bacaan V : Yesaya 55:1-11
Bacaan Epistola : Roma 6:3-11
Bacaan Injil : Markus 16:1-8
"PERGILAH KE GALILEA"
Paskah adalah hari raya iman terbesar dalam Gereja Katolik. Paskah adalah penggenapan semua nubuat dan janji Allah kepada orang beriman bahwa Yesus sungguh Allah, sungguh manusia. Yesus berkuasa atas maut, Yesus bangkit dari antara orang mati dan semua ajaran-Nya digenapi oleh Allah sendiri. Yesus bangkit dari kematian, berarti kita semua harus bangkit dan bergerak untuk mewartakan kebenaran iman ini ke seluruh bangsa.
“Jangan takut. Pergi dan katakanlah kepada saudara saudara-Ku supaya mereka pergi ke Galilea, dan di sanalah mereka akan melihat Aku.” Seruan Yesus ini sangatlah penting dalam perayaan iman kita di saat Paskah. Ini adalah suatu kepastian bahwa tidak perlu ragu dalam beriman kepada-Nya, tidak perlu takut dalam mengikuti-Nya dan tidak perlu menunda dalam memberikan kesaksian bahwa Kristus sudah bangkit jaya. Kita semua diajak pergi, bangkit dan bersaksi. Galilea menjadi tempat di mana Yesus memanggil para murid untuk menjadi penjala manusia. Galilea adalah salah satu tempat dimana ajaran Yesus pengaruhnya luar biasa. Galilea adalah tempat dimana Yesus menegaskan bahwa segala kuasa di surga dan di bumi diserahkan kepada-Nya, karena itu kita semua diutus untuk menjadikan semua bangsa menjadi murid-Nya dan membaptis mereka. Sekarang ini, tempat kita merayakan Paskah adalah “Galilea” baru, di situ iman kita diteguhkan, keraguan kita dipulihkan dan semangat kemartiran kita dibangkitkan.
Saudaraku terkasih, “Pergilah ke Galilea!” kata Yesus. Kata Yesus ini mengajak kita semua untuk mengingat kembali apa yang terjadi di Galilea, apa yang dikatakan dan ditegaskan-Nya kepada para murid-Nya. Mengingat bahwa kita semua adalah orang-orang yang sudah ditebus-Nya, maka mari kita hidup untuk menjadi alat di tangan Tuhan. Yang diberikan-Nya pasti kembali kepada-Nya.
Penulis :Rm. Kartolo Malau, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik
SABTU, 27 MARET 2021
PEKAN V PRAPASKAH
Bacaan I : Yehezkiel 37:21-28
Bacaan Injil : Yohanes 11:45-56
"KAMBING HITAM"
Yesus membuat mukjizat bagi keluarga Maria dan Marta dengan membangkitkan Lazarus, saudaranya dari kematian. Tindakan keilahian Yesus tidak mudah dipahami dan dimengerti oleh orang-orang Farisi. Mereka melaporkan Yesus kepada Mahkamah Agama. Mereka merasa terancam dan takut kehilangan pengikut. Mereka tidak suka mukjizat kebangkitan Lazarus. Selanjutnya, ketakutan akan meluas menyangkut pihak luar yaitu berpengaruh pada pihak Romawi. Jika pihak Romawi marah pada mereka, siapakah yang akan disalahkan?
"Apakah yang harus kita buat? Sebab orang itu membuat banyak mukjizat. Apabila kita biarkan Dia, maka semua orang akan percaya kepada-Nya, lalu orang-orang Roma akan datang, dan merampas tempat suci kita serta bangsa kita.” Mereka punya alasan yang kuat untuk menjadikan Yesus sebagai penyebab kehancurantatanan sosial. Mereka tak ingin disalahkan jika terjadi Sesuatu di kemudian hari. Mereka menjadikan Yesus sebagai “pokok kesalahan”, “sumber kesalahan” atau “kambing hitam”.
Kayafas pun berkata, “Kamu tidak tahu apa-apa! Kamu tidak insyaf, bahwa lebih berguna bagimu, jika satu orang mati untuk bangsa kita daripada seluruh bangsa kita ini binasa.” Inilah pandangan masa depan tentang Yesus dan bangsa Israel. Orang orang Yahudi dan kaum Farisi merasa mendapat angin segar untuk menyingkirkan Yesus. Yang ada di pikiran mereka adalah kematian Yesus. Inilah jalan satu-satunya, supaya mereka tidak terus-menerus diawasi oleh pemerintah Romawi. Inilah kesempatan bagi mereka untuk menyelamatkan satu bangsa. Dalam pergumulan sejarah bangsa-bangsa di dunia, strategi Semacam ini sering digunakan dengan alasan demi keamanan dan kenyamanan masyarakat.
Mereka tidak segan-segan memikirkan kematian orang lain. Mereka mengorbankan Yesus demi popularitas dan kenyamanan pribadi atau kaumnya. Semoga kita tidak punya sikap perilaku semacam itu menjelang Pekan Suci. Janganlah mengorbankan orang lain demi ambisi dan kepentingan pribadi atau suatu kaum.
Penulis : Rm. Albertus Medyanto, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik
SABTU, 20 MARET 2021
PEKAN IV PRAPASKAH
Bacaan I : Yeremia 11:18-20
Bacaan Injil : Yohanes 7:40-53
"NABI BERHATI LEMBUT"
Sepasang anak muda-mudi sedang duduk berdua di serambi pondok yang letaknya tidak jauh dari kampung mereka. Hari itu mereka sungguh-sungguh kelelahan akibat motor yang mereka gunakan tiba-tiba rusak. Beberapa saat kemudian, seorang petugas keamanan melintas di pondok itu. Petugas keamanan ini menghampiri kedua remaja ini dan menegur, ”Nak, kalau mau melakukan tindakan asusila sebaiknya jangan disini, ya.” Kedua remaja ini terkejut dan pelan-pelan mereka berdiri mendorong motor mereka dan pergi. Mereka takut jika mereka dituduh melakukan tindakan yang tidak terpuji. Prasangka buruk tanpa melihat, mendengarkan orang lain, bisa saja terjadi dalam kehidupan kita sehari-hari. Seringkali kita menghakimi seseorang tanpa bertanya pokok atau latar belakang permasalahannya. Bahkan sikap ini juga dapat terjadi dalam situasi orang-orang terpelajar. Orang berprasangka bahwa dirinya yang paling benar. Suatu jenis sikap yang menunjukkan reaksi tidak baik dan dapat merusak hubungan persaudaraan. Dalam Injil hari ini, Yesus memberi gambaran Seorang yang berhati lembut dengan mengambil tokoh Nikodemus. Nikodemus diam-diam mengenal dan menjadi murid Yesus. Ia membuka hati dan pikirannya untuk mengenal pengajaran-pengajaran Yesus.
Pengalaman iman akan Sang Penebus memiliki daya kekuatan untuk dapat mengenal sesama dalam kacamata Kristus. Kita mampu melihat kelemahan orang lain sebagai bagian dari anugerah Tuhan. Nikodemus memberi gambaran kepada kita akan arti iman yang sesungguhnya. Ia tidak mau menyerah Untuk bertemu Yesus. Kita juga dapat belajar dari tokoh binatang keledai; gambaran sosok pekerja keras. Kita sebagai orang-Orang beriman per|u untuk meletakkan dasar yang kuat agar iman kita semakin mendalam. Kita dapat menjadi nabi-nabi Zaman sekarang yang harus mewartakan kebenaran dengan cara-cara yang tidak keras. Justru melalui kelembutan, kita sebenarnya telah dibekali semangatjuang seorang murid sejati.
Penulis : Rm. Tri Prasetyo, C.Carm
Peenerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #catholichome
SABTU, 13 MARET 2021
PEKAN III PRAPASKAH
Bacaan I : Hosea 6:1-6
Bacaan Injil : Lukas 18:9-14
"RAHMAT ALLAH DALAM KERENDAHAN HATI"
Bangsa Tiongkok memiliki sebuah petuah klasik, ”Rendah hati membuat kita maju, sombong membuat kita mundur.” Kaum bijak di Tiongkok sejak ribuan tahun yang lampau telah yakin bahwa sikap rendah hati memudahkan perjalanan manusia untuk menemukan kebijaksanaan. Sebaliknya, sikap sombong menyulitkan perjalanan manusia untuk menemukan kebijaksanaan. Prinsip indah ini kiranya juga berlaku di bidang hidup rohani.
Orang Farisi yang dikisahkan dalam lnjil mewakili sikap sombong dalam hidup rohani. Dalam doanya, orang Farisi itu terus memamerkan keunggulannya dalam hidup rohani dan tidak sekalipun terucap kata-kata untuk memohon rahmat kerahiman Allah. Karena menganggap dirinya sudah sempurna, ia bahkan merasa tidak membutuhkan rahmat kerahiman Allah. Dan lebih mengenaskan lagi, ia malah merasa berhak untuk menghakimi pemungut cukai yang sedang berdoa di sampingnya.
Pemungut cukai yang dikisahkan dalam injil mewakili sikap rendah hati dalam hidup rohani. Dalam doanya tidak ada sepatah kata pun terucapkan untuk memamerkan keunggulannya dalam hidup rohani. Isi doanya hanyalah terus-menerus memohon rahmat kerahiman Allah untuk mengampuni segala dosanya. Pemungut cukai ini sadar bahwa dirinya adalah manusia yang jauh dari sempurna, yang sangat lemah dan rapuh, sehingga sangat membutuhkan rahmat kerahiman Allah.
Santa Teresia dari Lisieux pernah berdoa, “Aku datang kepada-Mu ya Tuhan dengan tangan kosong.” Melalui kata "tangan kosong”, Santa Teresia menunjukkan kepada kita sikap hidupnya di hadapan Allah. la memandang dirinya sebagai manusia yang tidak layak untuk menyombongkan diri di hadapan Allah karena ia tidak memiliki apa-apa dan bahkan bukan siapa siapaIa yakin bahwa hanya dengan rahmat dan bantuan Allah, ia dapat sampai pada keselamatan kekal.
Penulis : Rm. Erik Wahju Tjahjana, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat
SABTU, 06 MARET 2021
PEKAN II PRAPASKAH
Bacaan I : Mikha 7:14-15.18-20
Bacaan Injil : Lukas 15:1-3.11-32
"JALAN-JALAN PERTOBATAN"
Cerita tentang "kembalinya anak yang hilang" tak pernah lekang dari ingatan orang-orang kristiani sepanjang zaman. Memang begitulah cerita yang baik, selalu dikenang, tak pernah hilang. Yesus itu sungguh seorang storyteller (pencerita) yang luar biasa. Kisah ini mau membuka rahasia kehidupan manusia itu, bahwa ia adalah makhluk yang rapuh, tak pernah selesai berbuat dosa. Kemarin berdosa, sekarang berdosa, esok berdosa lagi, begitu seterusnya. Apakah kalau demikian kita tak perlu bertobat kalau toh akan berbuat dosa lagi dan lagi? Yesus menunjukkan jalan lain, yaitu jalan pertobatan. Ayat 17-19 perikop ini memberikan dinamika pertobatan itu.
Pertama, teks berkata, "lalu ia menyadari keadaannya." Rupanya refleksi diri menjadi tahap awal pertobatan. "Kenalilah dirimu" kata Sokrates, sebagai awal pertobatan intelektual. "Pengenalan diri itu jalan awal membangun hidup rohani," kata Santa Teresa dari Avila, sebagai dasar pertobatan spiritual. Refleksi menjadi salah satu ciri orang kristiani karena hal inilah yang bisa membantu kita kembali ke jalan Allah. Kadang perlu kita refleksi secara serius, tentang kerapuhan kita dan tentang pola-pola kedosaan kita.
Kedua, kata anak bungsu itu, "betapa banyaknya orang upahan bapaku yang berlimpah-Iimpah makanannya." Kesadaran akan belas kasih Allah yang berlimpah menjadi tahap selanjutnya dalam pertobatan menurut teks ini. Kebenaran ini, bahwa Allah itu Maharahim panjang sabar dan berlimpah kasih setia-Nya, merupakan karakter dasar Allah kita. Dan pada akhirnya, cinta-Nya yang tak terbatas itu Dia genapi dengan mati di kayu salib. Oh, betapa takterselami kasih Allah itu.
Ketiga, "aku akan bangkit dan pergi kepada bapaku.“ Tindakan konkret pertobatan itu ialah kembali kepada Bapa melalui jalan-jalan-Nya, yaitu jalan-jalan hidup Injili: jalan kasih, jalan hidup benar dan adil, jalan kemurahan hati terhadap sesama, jalan pengampunan.
Penulis :Rm. Lamtarida Simbolon, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #renunganharianberkat
SABTU, 27 FEBRUARI 2021
PEKAN I PRAPASKAH
Bacaan I : Ulangan 26:16-19
Bacaan Injil : Matius 5:43-48
"KASIH YANG SEMPURNA"
"Romo, menjadi orang Katolik itu berat dan sulit, ya?" Kata seorang anak remaja yang mengalami perundungan di sekolah. “Bagaimana tidak? Saya harus mengasihi musuh dan mendoakan mereka yang sudah menjelek-jelekkan saya. Hati ini terasa berat, sakit, tidak nyaman, dan tidak rela untuk menerimanya.”
Yesus memang memberikan ajaran yang berbeda, kalau hanya mengasihi sesama yang juga berbuat baik kepada kita sudah biasa. Tetapi, kalau mengasihi dan mendoakan mereka yang telah menganiaya kita itu baru luar biasa. Kasih merupakan dasar seseorang mau mengampuni. Kasih yang didasari semangat pengampunan dapat menghantar seseorang akan besarnya kasih Allah kepada manusia.
Bagaimana seseorang dapat terus memiliki semangat mengasihi? Kasih dapat ditumbuhkan dalam diri kita. Kasih bukan sekadar kata-kata belaka atau teori belaka, melainkan suatu tindakan nyata. Pertama, dimulai dari diri sendiri melalui kesadaran atas anugerah kehidupan dan kesehatan yang diberikan Tuhan bagi kita. Lalu kesadaran memiliki anggota tubuh yang lengkap, akal budi, dan kemampuan untuk bertindak. Dengan semuanya itu, apa yang sudah kita lakukan, misalnya: sebagai ungkapan kasih, kita berolahraga agar tubuh sehat dan terhindar penyakit, belajar untuk melatih akal budi, ataupun tindakan lainnya. Kesemuanya merupakan ungkapan kasih kita atas diri yang diberikan Tuhan.
Kedua, mengasihi semua orang, entah yang baik maupun yang berbuat jahat kepada kita. Kasih yang sempurna tidak memandang orang itu baik atau jahat. Kasih yang tulus akan menghantar seseorang pada kebahagiaan. Paus Yohanes Paulus II yang sekarang digelari menjadi Santo memberikan teladan dengan mengampuni dan mendoakan Mahmet Ali Agca, orang yang akan membunuhnya.
Tuhan, ajarilah kami untuk mampu mengasihi sesama, seperti kami mengasihi diri kami sendiri, sehingga kami pantas menjadi anak-anak-Mu.
Penulis :Br. Widi Nugroho, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
SABTU, 20 FEBRUARI 2021
Hari Sabtu Sesudah Rabu Abu
Bacaan I : Yesaya 58:9b-14
Bacaan Injil : Lukas 5:27-32
"MENGGAPAI KEKUDUSAN"
Lonceng Gereja Katolik St. Fransiskus Xaverius berdentang ketika jam menunjuk pukul tujuh pagi, menandakan bahwa Perayaan Ekaristi akan segera dimulai. Beberapa pasang anak muda tergesa-gesa menuju pintu utama gereja sambil membawa burung merpati hendak masuk ke dalam gedung gereja. Petugas yang berjaga di muka pintu gereja dengan sigap menegur anak-anak muda ini ketika melihat hal yang tidak wajar katanya, ”Untuk apa burung merpati ini? Jangan dibawa masuk!" salah seorang anak muda menjawab, "Pengantin yang membutuhkannya, Pak."
Penikmat CafΓ© Rohani yang budiman, burung merpati seringkali digambarkan sebagai lambang Roh Kudus. Tidak sedikit para mempelai muda juga menggunakan burung merpati sebagai lambang agar mereka saling mencintai dengan tulus. Burung merpati dilambangkan sebagai tanda kesetiaan yang tidak akan berakhir. Hal inilah yang menjadi dasar kehidupan beriman kita. Kuasa Allah menjadi fondasi awal untuk menjaga kesucian cinta sesama manusia. Dalam bacaan hari ini, Yesus mengajak kita untuk selalu mencintai tanpa batas, bahkan kepada mereka yang berdosa. Yesus mencari orang-orang berdosa untuk bertobat. Hal ini sejalan dengan misi Allah sendiri yang ingin mengumpulkan anak-anak-Nya yang hilang.
Dalam situasi kehidupan kita saat ini, semangat untuk mengampuni menjadi prioritas utama sebagai seorang beriman. Gambaran burung merpati tidak akan memberi makna apa-apa ketika hati kita tertutup oleh sikap egois. Kehadiran Roh Kudus dalam hidup kita seharusnya menjadikan kita pribadi pribadi yang mempersatukan, Mengumpulkan yang tercerai berai. Kita diajak kembali meialui bacaan hari ini agar senantiasa menjadi agen-agen perdamaian. Untuk dapat mencapai kekudusan, tidak dapat terjadi begitu saja. Kita memerlukan bantuan Roh Kudus. Agar kita bisa menjadi orang yang Beriman.
Penulis :Rm. Tri Prasetyo, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
SABTU,13 FEBRUARI 2021
PEKAN BIASA V
Bacaan I : Kejadian 3:9-24
Bacaan Injil : Markus 8:1-10
"BELAS KASIH-NYA SELALU ADA"
Di Mesir, umat kristiani adalah minoritas. Mereka kurang menerima perlakuan yang kurang baik dari pihak setempat. Salah satu contoh perlakuan yang tampak adalah pemerintah menjadikan Bukit Mokattam sebagai TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah-sampah Kota Kairo. Hal ini tentu saja sangat menyakiti hati umat kristiani Mesir, karena di Bukit Mokattam terdapat Gereja Mokattam yang sangat bersejarah. Para peziarah lebih mengenal Gereja Mokattam dengan julukan “Gereja Sampah”. Siapa sangka, perlakuan tidak baik dari pemerintah justru menjadi berkat bagi masyarakat Bukit Mokattam yang ”mayoritas adalah umat kristiani. Sekarang, umat kristiani di Bukit Mokattam sebagian besar hidup dari ”bisnis” jual beli barang bekas yang dihasilkan dari sampahsampah Kota Kairo. Belas kasih Tuhan akan selalu ada bagi mereka yang setia kepada-Nya.
lnjil hari ini berkisah tentang orang banyak yang telah tiga hari mengikuti Tuhan Yesus dan terancam kelaparan karena tidak membawa makanan yang cukup (lih. Mrk 8:1-4). Tuhan Yesus tahu akan situasi tersebut dan seketika itu juga hati-Nya diliputi belas kasihan. la tidak mau orang banyak tersebut kelaparan. Berhubung lokasi mereka jauh dari keramaian, maka membeli roti adalah suatu hal yang tidak mungkin. Oleh karena itu, Tuhan Yesus pun akhirnya melakukan sebuah mukjizat. Tujuh potong roti dan beberapa ikan yang dimiliki oleh para murid digandakan berlimpah-Iimpah, sehingga mampu mengenyangkan semua orang dan bahkan masih meninggalkan sisa sebanyak tujuh bakul. Ini adalah mukjizat penggandaan roti kedua yang dilakukan oleh Tuhan Yesus (bdk. Mrk 6:30-44).
Kita juga memiliki pengalaman seperti umat kristiani di Mokattam. Hidup menjadi tidak mudah karena iman akan Kristus. Iman akan Kristus membuat kita tidak disukai dan dikucilkan.Bahwa belas kasih Kristus akan selalu ada bagi siapa saja yang setia mengikuti-Nya.
Penulis Rm. Erik Wahju Tjahjana, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
SABTU, 06 FEBRUARI 2021
PW SANTO PAULUS MIKI, IMAM, DAN KAWAN-KAWAN, MARTIR
Hari Sabtu Imam
Bacaan I : Ibrani 13:15-17.20-21
Bacaan Injil : Markus 6:30-34
"ME TIME"
Anda mungkin pernah mendengar istilah ”me time ’. Me time dimengertl sebagai waktu untuk sekadar menyenangkan diri atau lstlrahat setelah lelah menjalani kesibukan Bisa diisi dengan menonton film, bersantal, kuliner, atau yang lainnya. Tergantung apa yang disukai. Namun, me time bisa batal manakala ada hal mendesak dan darurat. Kalau sudah begini, setidaknya ada tiga kemungkinan: pertama, membatalkan me time untuk segera bertindak. Kedua, tetap dengan rencana me time dengan alasan saya sudah terlalu banyak meluangkan waktu untuk orang lain. Ketiga, membatalkan me time dengan terpaksa sambil menggerutu.
Rencana Yesus dan para murid-Nya dalam kisah Injil hari ini kiranya hampir serupa. Dikatakan bahwa mereka telah melakukan pelayanan kepada orang lain sampai tak sempat makan (ay. 3031.). Rencana mereka untuk mengasingkan diri dan beristirahat sejenak batal karena ada banyak orang yang mengikuti mereka. Yesus tergerak oleh belas kasihan kepada mereka yang dikatakan seperti domba yang tak bergembala, lalu Ia mengajar mereka (ay. 34).
Sikap belas kasih adalah ciri Allah dan Putra-Nya, Yesus. Tindakan Yesus tersebut mengisyaratkan bahwa para pengikutNya mesti punya sikap semacam ini. Pertanyaannya, "Apakah kita mesti berlelah-lelah diri atau mengorbankan me time sebagai tanda bahwa kita memiliki sikap belas kasih?" Sebelum dijawab, kiranya perlu diperhatikan bahwa poin pentingnya ialah pengikut Yesus mesti memiliki sikap belas kasih, yang tentunya dinyatakan dalam tindakan. Soal apakah harus berlelah diri atau mengorbankan me time, itu relatif. Namun demikian, setiap keputusan memang ada konsekuensinya.
Maka dari itu, mari kita mohon kekuatan agar dimampukan melaksanakan kehendak-Nya, kendati kita sendiri mengalami kesulitan. Tuhan juga tidak akan serta-merta meninggalkan kita yang sudah berbelas kasih kepada sesama. Percayalah, bila Tuhan menghendaki, la pasti membantu.
Penulis : Fr. Fransiskus Febri Putra Dewa, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
SABTU, 30 JANUARI 2021
PEKAN BIASA III
Bacaan I : Ibrani 11:1-2.8-19
Bacaan Injil : Markus 4:35-41
"AMAN BERSAMA YESUS"
Suatu waktu saat masih menjadi frater, seorang ibu pernah berujar kepada saya demikian, ”Frater, kenapa ya semakin saya dekat dengan Tuhan semakin banyak cobaan yang saya alami? Semakin saya berdoa dan melayani Dia selalu saja ada masalah.” Apa yang dialami ibu ini mungkin juga pernah kita alami. Kita bertanya-tanya atau malah lebih dari sekadar bertanya, kita marah-marah bahkan mengancam Tuhan. Kita merasa bahwa Tuhan tidak adil. la membiarkan kita. Namun apakah benar Tuhan tidak memperhatikan kita?
Hari ini kita mendengarkan kisah Injil yang barangkali sepadan dengan situasi yang dialami oleh ibu yang diceritakan di atas. Para murid yang hidup sangat dekat dan ikut melayani bersama dengan Yesus juga mengalami pencobaan dalam perjalanan mereka. Amukan taufan membuat perahu mereka terombang-ambing. Situasi mencekam. Namun di tengah cekaman, Yesus justru tidur begitu lelap. Sebuah kenyataan yang kontras. Oleh karena itu, wajarlah kalau melihat reaksi para murid yang geram. Melihat Sang Guru sangat tenang seakan tak peduli. ”Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?” Pertanyaan ini dalam situasi kecemasan dan tentu intonasi penyampaiannya tidak halus atau lembut tetapi keras bahkan kasar! Mereka marah. Tetapi Yesus dengan tenang bangun menghardik angin itu dan menenangkan danau. Setelah semuanya tenang, Yesus menghardik, ”Mengapa kamu begitu takut? Mengapa kamu tidak percaya?” Para murid diingatkan dan disadarkan bahwa hidup bersama dengan Yesus tidak ada yang harus dicemaskan.
Saudara-saudari terkasih, kisah Injil ini kiranya membantu kita untuk sadar bahwa dalam hidup beriman kepada-Nya, tidak akan ada seorang pun yang dibinasakan oleh apa pun. Sebab kita percaya bahwa tidak ada cobaan yang lebih besar dari kuasa Yesus. Maka, sudahkah kita serahkan semua yang kita hadapi kepada Yesus dan membiarkan Dia menata dengan cara-Nya? Bersama Yesus kita aman.
Penulis :Rm Vinsentius Ndua Woa, O.Carm.
Penerbit: @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
#berkat
SABTU, 23 JANUARI 2021
Hari Keenam Pekan Doa Sedunia
Bacaan I : Ibrani 9:2-3.11-14
Bacaan Injil : Markus 3:20-21
"GILA"
Dalam kehidupan sehari-hari, barangkali ada dari antara kita yang sering menghabiskan banyak waktu untuk fokus pada satu hal sampai lupa memenuhi hal penting seperti makan atau tidur. Sampai-sampai teman atau keluarga terdekat menyebut kita gila atau tidak waras. Ungkapan ini disematkan lantaran mereka kurang memahami maksud dan tujuan yang kita lakukan. Kita mendengar bahwa Yesus dianggap tidak waras. Hal ini disebabkan Ia terlalu sibuk melayani banyak orang sampai makan saja tidak sempat. Bagi orang-orang terdekat Yesus, perilaku Yesus ini dianggap tidak waras karena fokus Yesus pada pelayanan sering kali membuat hal-hal penting seperti makan terlewatkan. Mereka melihat apa yang dikerjakan Yesus ini aneh dan di luar kebiasaan. Bahkan keluarga Yesus sendiri mengatakan hal serupa.
Kadang kita juga sering dianggap gila atau tidak waras oleh orang terdekat kita, lantaran kita fokus pada pelayanan. Fokus pada pekerjaan atau aktivitas kita. Jika kita ada dalam situasi ini, bersabarlah sejenak karena pada akhirnya mereka akan melihat sesuatu yang luar biasa. Orang-orang menganggap seseorang gila atau tidak waras pertama-tama karena mereka tidak mengetahui tujuan atau misi kita bahkan tidak mengenal kita secara dekat. Untuk memahami hal-hal "gila" seperti yang dilakukan oleh Yesus maka kita harus mengenal lebih dekat, pribadi dan tujuan orang tersebut. Mengenal tidak hanya tampilan luar tetapi juga kedalaman hati orang tersebut. Kita harus memiliki keterbukaan hati agar mampu memahami isi hati orang-orang ”gila" ini. Tanpa keterbukaan hati, mustahil kita bisa menangkap maksud dan tujuan setiap aktivitas yang ia lakukan. Selain itu, kita juga diminta berpikir di luar persepsi atau gambaran bahkan pengetahuan yang selama ini kita dapatkan. Hanya dengan cara-cara ini kita mampu memahami hal-hal yang kita anggap ”gila" orang-orang di sekitar kita, bahkan cara semacam ini juga mampu menangkap kehendak Allah di dalam diri kita.
Penulis : Bpk. Aris Kurniyawan
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat berkativitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
SABTU, 16 JANUARI 2021
PEKAN BIASA I
Bacaan I : Ibrani 4:12-16
Bacaan Injil : Markus 2:13-17
ALAM JUGA BUTUH SEMBUH
penerbit : @penerbit_karmelindo
Ketika Anda sakit, apa yang Anda inginkan? Biasanya orang ingin sembuh dari sakitnya. Kiranya kita bisa dengan mudah mengerti bahwa kebutuhan setiap orang yang sakit adalah kesembuhan.
Yesus mengerti sungguh akan hal itu. Maka Dia berkata, ”Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit.” Demikian juga Yesus sungguh memahami bahwa kebutuhan setiap orang berdosa ialah pengampunan, maka Ia berkata, ”Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." Yesus datang untuk menyembuhkan hati kita yang sakit dan terluka akibat dosa. Kita bisa menerima kasih Allah dan hidup selaras dengan kasih itu, maka kita pantas bersatu dengan Sang Kasih itu sendiri. Hanya dengan begitu kita boleh menikmati keselamatan abadi di sisi-Nya.
Pengertian dan pemahaman Yesus tidak selalu menjadi pengertian dan pemahaman manusia. Alih-alih bersimpati dan membantu mereka untuk memperjuangkan pertobatan, ahli-ahli Taurat lebih senang kalau orang-orang berdosa itu tetap saja berdosa. Dengan begitu mereka dapat memelihara kebanggaan mereka akan dirinya sendiri sebagai “orang benar” dan kemudian merasa berhak untuk terus mencerca dan menghakimi para pemungut cukai itu.
Kita tahu, bukan hanya tubuh dan hati kita yang bisa sakit. Alam kita pun demikian. Bukan hanya bisa, sekarang ini alam kita sudah sungguh terluka dan sakit. Hal yang sama dengan situasi para ahli Taurat di atas, tidak semua orang menyadari hal ini dan memahami apa yang dibutuhkan alam ini. Banyak orang tidak menyadari bahwa hal sederhana yang mereka lakukan setiap hari di tempat tinggalnya masing-masing bisa membawa pengaruh pada bumi tempat kita tinggal. Tidak hemat air, listrik serta kertas dan penggunaan plastik merupakan beberapa contohnya.
Yesus datang untuk memanggil orang berdosa untuk bertobat dan diselamatkan. Mari usahakan pertobatan dengan memperbaiki relasi kita dengan alam semesta. [Rm. Ignatius Sukarno,O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
#berkat
SABTU, 09 JANUARI 2021
HARI BIASA SESUDAH PENAMOAKAN TUHAN
Bacaan I : 1Yohanes 5:14-21
Bacaan Injil : Yohanes 3:22-30
HARTA KARUN PADANG GURUN
penerbit : @penerbit_karmelindo
Kita patut merenungkan Yohanes Pembaptis, dia adalah ”suara”. Suara itu terdengar di padang gurun. Suara itu penuh kuasa, karena sejak di kandung ibunya, Yohanes dipenuhi Roh. Roh inilah yang menguatkan dia memilih sebuah cara hidup. Yohanes dipanggil untuk hidup seorang diri bertahunf tahun di padang gurun. Suara dari kesunyian, kering, tandus, dan cuaca ekstrem. Layaknya kehampaan bangsa Israel, yang sejak kematian Maleakhi, selama 400 tahun tidak ada nabi diutus. Maka kehadiran ”suara" nabi ini adalah oase rohani yang sangat dirindukan. Banyak orang haus beragam latar belakang berbondong-bondong datang untuk memperoleh kesegaran.
Di padang gurun, ia berpakaian bulu unta. Yohanes mengambil beberapa keutamaaan unta, sebagai berikut: a) sabar dalam menanggung beban berat dan tetap tenang; b) sangat taat pada tuannya; c) mampu menahan lapar dan haus berhari-hari; d) kuat menghadapi terpaan badai pasir dan kehidupan sangat keras; e) mudah dipotong, nyaris tidak ada perlawanan. Keutamaan ini sungguh hidup dalam Yohanes. Apa yang dilakukan semuanya bukan untuk dirinya sendiri.
Meski tanpa membuat mukjizat, Yohanes lebih besar dari semua nabi Perjanjian Lama. Bahkan dialah yang membaptis Tuhan. Namun Yohanes bukanlah Almasih, ia diutus untuk mendahului dan mempersiapkan jalan bagi-Nya. "Bertobatlah, luruskan jalan bagi Tuhan”, adalah seruan suaranya. Gaung suaranya, demi Pengantin. Dialah sahabat yang bergembira karena ”suara Pengantin”, dan spiritualitasnya, Yesus harus Semakin besar, dan dia harus semakin kecil. Setelah wafatnya, Suara itu semakin nyaring dalam diri Sang Pengantin, pengajaran Surgawi.
Lingkungan alam padang gurun, ternyata menyimpan ”harta karun”, baik nilai materi maupun rohani. Yohanes belajar dari padang gurun dan hewan unta. Hal ini juga mengingatkan kehidupan kita, bahwa akan ada waktunya kita mengalami “masa padang gurun” dan menjalani hidup seperti unta. Yohanes sudah menghadapinya. Jangan putus asa. [RP. Eligius Ipong, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
SABTU, 02 DESEMBER 2021
PW SANTO BASILIUS AGUNG & GREGORIUS DARI NAZIANZE.
Bacaan I : 1 Yohanes 2:22-27
Bacaan Injil : Yohanes 1 :19-28
JUJUR
penerbit : @penerbit_karmelindo
Seorang anak kecil diajar untuk berkata jujur. Kalau dia tidak sengaja merusakkan barang, anak itu diminta untuk berkata jujur kalau dirinya yang melakukan. Ketika beranjak remaja, anak ini menjadi sadar akan pentingnya berkata dan bertindak jujur. Dia merasa hatinya lebih tenang ketika dia berusaha berkata dan hidup jujur.
Dalam Injil hari ini kita mendengar bagaimana Yohanes Pembaptis ditanya orang banyak tentang siapa dirinya. Yohanes sebenarnya memiliki kesempatan untuk berkata bahwa dirinyalah Mesias itu. Tetapi dia sama sekali tidak melakukan hal itu. Dia dengan rendah hati mengakui bahwa dirinya hanyalah suara yang berseru-seru di padang gurun. Yohanes adalah suara, sementara Yesus adalah Sabda. Suara berbeda dengan Sabda. Karena itu, Yohanes menekankan dirinya adalah suara, bukan Sabda. Nantinya Sang Sabda itu akan hadir dan Yohanes mengakui dengan terus terang bahwa membuka tali kasut-Nya pun dirinya tidak layak. Sungguh kesaksian yang jujur dan rendah hati dari Yohanes Pembaptis.
Di zaman sekarang, ketika orang berlomba-lomba untuk menjadi makin populer dengan segala macam cara, agaknya kita perlu melawan arus dengan tetap berusaha hidup jujur. Popularitas tidak boleh dicapai dengan cara yang keliru. Popularitas sebenarnya juga bukanlah tujuan utama yang harus dicapai dan dikejar. Ada hal lain yang lebih mendasar dan penting untuk dicapai yaitu sukacita. Bagaimana orang dapat bersukacita dalam hidupnya? Agaknya dengan cara hidup jujur.
Orang yang berusaha hidup jujur, tidak akan diambangambingkan dengan pikiran apakah diriku akan terkenal atau tidak. Orang yang jujur menyadari bahwa dirinya tidak bisa melakukan banyak hal tanpa bantuan Tuhan. Tuhanlah yang menopang tegal: usaha dan karyanya. Kiranya kita juga digerakkan oleh semangat yang tama, berjuang untuk hidup jujur dan berupaya untuk memberi kesaksian tentang kebaikan Tuhan dalam hidup km. inilah cara kita untuk berbahagia dalam hidup mu; hiduplah dengan jujur. [Rm. Charles Virgenius,O.Carm]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
SABTU, 19 DESEMBER 2020
PEKAN KHUSUS ADVEN
Bacaan I : Hakim-Hakim 13:2-7.24-25a
Bacaan Injil : Lukas 1:5-25
BERIMAN DAN BERUBAH
penerbit : @penerbit_karmelindo
Dalam kehidupan nyata, hidup atau pekerjaan yang tidak berbuah adalah suatu batu sandungan dan memalukan. Manusia malu bukan karena melakukan sesuatu yang salah tetapi karena hidupnya tidak berbuah. Salah satu contoh adalah mandul. Kenyataan yang demikian hanya bisa diterima dengan lapang dada karena kondisi badan, bukan karena melakukan sesuatu yang salah. Meskipun situasi ini mustahil berbuah bagi manusia, tetapi bagi Allah selalu mungkin.
Allah mengetahui dengan sangat baik kerinduan hati kita. Setiapjawaban doa dan kerinduan, setiap penundaan pengabulan doa dan harapan, setiap cobaan dan pahala yang kita terima selalu punya maksud tertentu dari Allah untuk kita, dunia dan sesama. Karena itu, kehidupan dengan segala peristiwanya adalah berkat dan pelajaran bagi kita agar lebih beriman. Berkat dan pelajaran yang diberikan Allah kepada Zakharia adalah juga untuk seluruh dunia. Karena itu dikatakan, ”Engkau akan bersukacita dan bergembira, bahkan banyak orang akan bersukacita atas kelahiran itu.” Allah membuat hidup keluarga Zakharia berbuah, berketurunan. Ini adalah sesuatu yang tidak mungkin kalau tidak campurtangan Tuhan,tetapihalitu terjadi.
Campur tangan Tuhan membuat hidup beriman kita semakin teguh dan kemanusiaan kita berbuah. Membiarkan Tuhan menuntun hidup dan mempersembahkan hidup pada rencana-Nya pasti akan melahirkan buah-buah yang nyata. Kita dijauhkan dari penyakit-penyakit sosial, seperti kemabukan dan perjudian. Demikian juga penyakit-penyakit sosial lain yang sangat meresahkan kehidupan dunia saat ini. Keluarga Zakharia yang dalam keraguan belajar percaya membuahkan kelahiran Yohanes. Yohanes menjadi suara pertobatan bagi dunia dan perintisjalanTuhan.
Kita semua dipanggil untuk hidup beriman, berbuah dan menjadi berkat bagi sesama. Mari kita tanamkan iman takut akan Tuhan dan percaya pada f'irman-Nya dalam keluarga… Semoga keluarga kita menjadi berkat bagi dunia. [RP. Kartolo Malau,O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #renunganharianberkat
SABTU, 12 DESEMBER 2020
PEKAN ADVEN II
Bacaan I : Sirakh 48:1-4.9-11
Bacaan Injil : Matius 17:10-13
KEDATANGAN MESIAS
penerbit : @penerbit_karmelindo
Seorang pria yang merindukan wanita cantik sebagai pasangan hidup, mencoba sebuah aplikasi pencari jodoh. Akhirnya hati pria itu terpaut pada profil seorang wanita yang tampaknya cantik dan seksi. Dia sungguh terpesona dengan suara wanita itu walaupun tidak berjumpa secara langsung. Mereka menjalin hubungan lewat aplikasi itu selama dua bulan. Suatu saat pria itu mengajak untuk bertemu langsung. Namun yang terjadi sungguh di luar dugaan. Ternyata wanita itu adalah seorang nenek tua yang berumur 70 tahun.
Banyak orang sulit menerima kenyataan karena tidak seperti yang diharapkan. Orang-orang Yahudi mengharapkan seorang Mesias yang luar biasa. Mesias yang kaya raya, punya prajurit dan punya wilayah kekuasaan. Semua kriteria yang mereka harapkan itu tidak ada dalam diri Yesus Kristus. Yesus datang sebagai orang yang sederhana dan dekat dengan orangorang miskin dan menderita. Rupanya orang Yahudi memiliki gambaran yang sangat duniawi tentang Mesias. Mereka menciptakan Mesias menurut gambaran mereka. Gambaran orang-orang Yahudi rupanya terbentuk oleh ambisi-ambisi dan kepentingan politik. Mereka sulit menerima Mesias sebagaimana adanya. Bahkan orang-orang Yahudi menolak Yohanes Pembaptis yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Mesias.
Masa Adven menjadi masa yang penuh berkat bagi kita orang-orang Kristiani. Masa dimana kita diajak untuk membuka hati selebar-lebarnya bagi rahmat ilahi. Tuhan sudah menganugerahkan rahmat berlimpah untuk kita manusia dengan mengutus Putra Tunggal-Nya, Yesus Kristus. Dia adalah Allah yang menjadi manusia untuk menebus dosa-dosa kita. Namun manusia begitu sulit untuk membuka hatinya. Mari kita merendahkan diri di hadapan Tuhan. Mari kita memurnikan hati dengan membuang segala nafsu dan ambisi-ambisi pribadi kita. Hanya orang-orang yang rendah hati dan murni hatinya yang bisa melihat dan mengalami bahwa Yesus yang lahir di kandang domba adalah Mesias yang membawa keselamatan bagi manusia. [RP. Sri Joni Pasalli, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
SABTU, 05 DESEMBER 2020
PEKAN ADVEN I
Bacaan I : Yesaya 30:19-21.23-26
Bacaan Injil : Matius 9:35-10:1.6-8
PANGGILAN MENGHADIRKAN KERAJAAN ALLAH
penerbit :@penerbit_karmelindo
Hidup itu tidak mudah dan kadang ada masalah. Karena itu, banyak orang mengalami berbagai penderitaan, terlebih di masa pandemi Covid-19 saat ini. Hal ini sangat tidak sesuai dengan tujuan dan harapan manusia, di mana mereka menghendaki hidup bahagia. Manusia beriman menggantungkan harapan itu kepada Tuhan yang diyakini mampu mengatasi persoalan hidupnya. Tuhan akan bertindak memperbaiki situasi. Tanda-tanda Allah yang bertindak, tampak dalam perubahan keadaan hidup dan sikap hidup manusia yang semakin membaik. Manusia meyakini bahwa mereka merupakan sarana Tuhan untuk memperbaiki keadaan dunia.
Kitab suci hari ini menceritakan bagaimana Tuhan Yesus berkeliling ke semua kota dan desa, mengajar sambil melenyapkan penyakit dan kelemahan. Tuhan Yesus juga mengutus para murid berbuat yang sama: mengusir roh-roh jahat, melenyapkan segala penyakit dan kelemahan, mentahirkan orang lepra, dan menghidupkan orang mati. Salah satu pesan penting disampaikan Yesus kepada para murid, bahwa mereka diminta membagikan kebaikan dengan cuma-cuma, karena mereka telah menerimanya dengan cuma-cuma.
Saat ini banyak orang berbuat baik, tetapi tidak semua menjalankan misi perutusan Allah. Tidak sedikit orang berbuat baik dengan membawa misi pribadi: memperkaya dan mencari keuntungan diri. Ada juga perbuatan baik hanya sebagai kemasan menutupi perilaku jahatnya. Banyak kebaikan diselewengkan dan dimanfaatkan demi pemenuhan tujuan kejahatan. Ada yang mereka .Iupakan daiam berbuat baik, yaitu memberi secara cuma-cuma.
Sebagai manusia lemah, mungkin hal serupa bisa terjadi Dada kita para pengikut Kristus. Kita disadarkan untuk memurnikan motivasi dalam berbuat baik. Apakah kita mengesampingkan tujuan dan keinginan pribadi, ataupun kelompok dalam berbuat baik. Semakin banyak orang berbuat baik dengan cuma-cuma, maka semakin banyak orang merasakan sentuhan dan sapaan Tuhan Allah yang Mahabaik. [Br. Antonius Mungsi, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
0 komentar:
Posting Komentar