RABU, 14 JULI 2021
PEKAN BIASA XV
Bacaan I : Keluaran 3:1-6.9-12
Bacaan Injil : Matius 11:25-27
"KACAMATA SEDERHANA"
Seorang bruder sepuh pernah meminta saya untuk mengamati sebuah tanaman hias yang berdiri tegak di salah satu sudut taman biara. Beliau meminta saya untuk mengamati dan mencari apakah ada hal menarik yang bisa ditemukan dari tanaman hias tersebut. Saya tidak langsung menemukannya. Bagi saya, tanaman ini tidak terlalu mencolok karena ia selalu hadir setiap harinya di taman biara. Namun tidak dengan bruder sepuh ini. Ia menjelaskan dengan begitu kagumnya bahwa tanaman tersebut memiliki pola dan warna daun yang unik. Bayangkanlah, bagaimana bisa daun-daun ini mewarnai dirinya dengan gradasi warna tertentu? Bagaimanakah tanaman ini bisa mengukir pola-pola unik nan berbentuk pada setiap daunnya? Siapa lagi kalau bukan Sang Pencipta sendiri yang melakukannya!
Jawaban bruder sepuh tersebut menyadarkan saya akan cara saya dalam memandang sekitar. Mungkin selama ini saya terlalu muluk dan tinggi, sehingga hanya dapat melihat dan menyadari hal-hal yang wah dan heboh saja. Saya meluputkan hal-hal kecil dan sepele, namun ternyata memiliki kedalaman makna yang tak terselami hanya dengan kasatmata saja.
Begitu pula dengan Injil hari ini. Kehadiran Kerajaan-Nya tidak hanya dinyatakan kepada mereka yang bijak dan pandai. Ia menunjukkannya secara gamblang kepada mereka yang kecil dan sederhana, mereka yang mungkin masih dalam keadaan sulit dan serba kekurangan. Namun, lihatlah mereka! Merekalah orang-orang yang dapat menangkap Kerajaan Allah!
Yesus, lewat perikop ini, hendak mengajak kita semua untuk memandang Kerajaan Allah dengan “kacamata yang sederhana”, Layaknya seorang anak yang memandang BapaNya dengan ketulusan dan kasih, kita juga perlu bersyukur karena Allah mau merunduk pada umat-Nya, tidak hanya duduk dan diam di singgasana-Nya. Sekarang, tugas kita hanyalah terus berusaha menjadi “sederhana”, dengan menyadari betapa kecil kita dihadapan-Nya, namun betapa besar kasih-Nya dalam setiap titik hidup kita.
Penulis : Br. Feodor Esha Diwataru, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
RABU, 07 JULI 2021
PEKAN BIASA XIV
Bacaan I : Kej 41:55-57; 42:5-7a. 17-24a
Bacaan Injil : Matius 10:1-7
"PENTINGNYA FORMASI"
Suatu hari, kami nonton bareng pertandingan bola Liga Inggris di rumah seorang teman. Delapan orang yang ikut acara nobar tersebut, terbelah menjadi dua kelompok. Ketika pertandingan itu berakhir dengan kemenangan untuk satu tim, sontak seorang teman pendukung tim yang kalah berujar dengan kecewa, “Formasi starting eleven-nya keliru. Sayang!”
Saudara sekalian, yang menarik dari membaca dan merenungkan injil tentang panggilan kedua belas orang muridNya hari ini adalah formasi murid-murid yang dituliskan. Urutan susunan nama-nama itu tampak biasa. Namun susunan formasi tersebut adalah yang terbaik. Petrus ditunjuk menjadi pemimpin para rasul pada bagian depan. Di tengah ada Thomas yang kita tahu adalah orang yang ragu-ragu. Akhirnya disebutlah Yudas Iskariot yang menjadi pengkhianat-Nya. Formasi menjadi suatu yang penting dan menentukan. Kekeliruan formasi menghasilkan kehancuran dan kegagalan.
Bisa dibayangkan jika dua belas murid itu berbaris ke belakang dan menghadapi badai. Jika Yudas Iskariot, yang akhirnya mengkhianati Yesus berada pada tempat pertama atau dasar susunan, yakinlah kehancuran akan terjadi. Petrus yang disebut batu karang, yang keras dan kuat, diharapkan menjadi “benteng” atau “fondasi” yang kuat untuk formasi rekan lainnya.
Formasi berkaitan dengan kata form (bentuk) dan format (bentukan/membentuk) yang menjadi penentu untuk langkah berikutnya. Formasi juga terjadi dalam keseharian kita. Hal itu menjadi sangat penting dan terus-menerus terjadi. Anak harus diperkenalkan mana yang baik dan buruk. Itulah formasinya. Remaja harus diperkenalkan apa konsekuensi dan risiko keputusan yang diambil. Itu juga formasinya. Apakah selesai? Belum! Setiap orang dalam masing-masing posisinya akan terus melakukan formasi hingga akhir hidupnya.
Kehidupan yang menghentikan formasinya adalah kehidupan yang kehilangan bentuk. Jika kehilangan bentuk, yang terjadi adalah kerusakan.
Penulis : Bpk. F.A. Hatta Adi Mas P
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 30 JUNI 2021
Pekan Biasa XIII
Bacaan I : Kej 21:5.8-20
Bacaan Injil : Mat 8:28-34
"SEJATINYA IBLIS DAN YESUS"
Identitas adalah kekhasan yang lahir dari apa yang
hidup. Siapa atau apa pun Itu bisa menciptakan identitasnya sendiri-sendiri. Penciptaan Identitas Itu akan terarah pada sesuatu yang dinamakan diri yang sejati, sehingga dengan mengenal Identitasnya, orang bisa langsung tertuju pada pribadi atau apa punitu secara spesifik.
Injil hari Ini menampilkan kisah yang menarik berkenaan dengan identitas atau diri yang sejati itu. Pertama, ketika iblis merasuki dua anak manusia, iblis membawa kedua anak manusia Itu untuk menjadi penghuni kuburan. Di sana ada kesepian kematian, sehingga sangat membahayakan dan bahkan dikatakan tidak ada seorang pun yang mau melalui jalan itu. Tidak ada orang hidup yang ingin tinggal di pekuburan. Itu berarti tidak ada orang hidup yang mau tinggal dalam kesepian kematian. Kesepian kematian membuat orang tidak terjamah kehangatan persaudaraan anak-anak Allah, Sang Kehidupan. Kedua, ketika iblis merasuki sejumlah besar babi, mereka membawa babi-babi itu ke dalam jurang dan membuatnya mati. Dengan merasuki babi-babi dan menerjunkannya ke dalam jurang membuat kita mengenali sosok iblis dengan semakin mendalam. Iblis selalu hadir untuk membawa penderitaan dan kebinasaan. Iblis membuat semua yang dirasuki mengalami situasi kematian atau kebinasaan. Sesuatu yang lebih tragis dari sekadar kesepian walaupun kita tahu bahwa kesepian merupakan jalan menuju jurang kebinasaan.
Dua hal yang ditampilkan di atas kiranya membuka mata kita untuk melihat sejatinya iblis dan Yesus. Yesus datang untuk membuat orang menikmati kehidupan yang layak, sedangkan iblis justru membuat orang atau ciptaan lainnya menderita dan binasa, Semoga dengan mengenali sejatinya iblis dan Yesus ini, kita dibantu untuk menjatuhkan pilihan yang tepat dalam setiap tindakan yang kita ambil. Memilih Yesus untuk menikmati kehidupan atau memilih iblis yang selalu membawa penderitaan dan kebinasaan.
Penulis : Rm. Vinsensius Ndua Woa, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat
RABU, 23 JUNI 2021
PEKAN BIASA XII
Bacaan I : Kej 15:1-12.171-8
Bacaan Injil : Matius 7:15-20
"BUAH YANG BAIK"
Pengalaman saya dalam mendampingi anak-anak ketika retret atau pembinaan, membantu saya belajar banyak hal dalam memahami pola asuh orang tua terhadap anak. Saat sharing maupun dinamika kelompok, kerap kali saya menjumpai pribadi yang unik bahkan ada juga yang “istimewa”. Istimewa karena diperlukan pendekatan tertentu agar dapat berinteraksi dengan anak tersebut. Pengalaman ini mengingatkan saya pada peribahasa, “Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.” Anak-anak sejatinya adalah duplikasi dari orang tua mereka. Karakter mereka memiliki kemiripan dengan orang tuanya. Ada anak yang sangat perfeksionis karena di dalam keluarganya ia meniru ayahnya. Anak-anak yang sangat sopan karena sejak kecil ia diajarkan ibunya untuk sopan dan ramah. Karakter dalam diri anak adalah hasil dari pola asuh dan didikan orang tua.
Hari ini dalam bacaan Injil yang kita dengarkan, Yesus meminta para murid untuk waspada terhadap nabi-nabi palsu yang datang kepada mereka. Nabi-nabi itu menyamar sebagai domba, padahal sesungguhnya mereka adalah serigala. Dalam konteks ini, Yesus sesungguhnya ingin meminta kita waspada pada kepalsuan-kepalsuan di dalam hidup. Bisa saja dalam hal rohani kita akan menjumpai banyak kepalsuan dan kesalehan pada orang-orang tertentu, yang kadang kita lihat baik. Sebagai orang tua kadang kita tampak sangat bijaksana kepada orang lain, tetapi sesungguhnya tidak demikian.
Yesus meminta kita melihat apa yang tampak dalam diri seseorang dari buahnya. Jika hal itu berkaitan dengan hal rohani atau kesalehan, maka kita bisa melihat pada buahnya, yaitu kesederhanaan dan kerendahan hati. Ketika kita melihat orang tua yang tampaknya bijaksana dan baik, kita harapkan bisa melihat juga anak-anak mereka yang menghasilkan buah yang baik, sebagaimana ditanam dan disiram oleh orang tua mereka. Kita semua dapat melihat hasilnya pada buah yang baik.
Penulis : Bpk. Aris Kurniyawan
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat
RABU, 16 JUNI 2021
PEKAN BIASA XI
Bacaan I : 2Korintus 9:6-11
Bacaan Injil : Matius 6:1-6.16-18
"KEWAJIBAN AGAMA"
Ada sebagian orang yang tidak tahu apa persisnya kewajibannya atau bagaimana melakukannya. Ada yang merasa tahu kewajibannya, bahkan detail-detail pelaksanaannya, tapi gagal memahami isi dan maknanya. Hari Ini dalam Injil Yesus, Sang Guru, mengajak para murid-Nya untuk membuka seluruh diri agar dimasuki sekaligus bisa memasuki makna terdalam dari agama, dari kewajiban-kewajiban di dalamnya.
Agama memang berisikan serangkaian kewajiban dan aturan. Hal itu karena memang agama “dibuat” oleh manusia untuk mengatur imannya. Relasinya yang tak kelihatan dengan Dia yang tak kelihatan, perlu diatur, supaya menjadi teratur, terlihat, dan pada gilirannya sungguh membantunya bertemu dengan Dia yang tak kelihatan itu. Bukan sekadar bertemu, tapi menjadi dekat dengan-Nya, bahkan bersatu dengan-Nya, sebagai tujuan akhir dari imannya itu.
Maka setiap aturan, dimaksudkan untuk membantu setiap pemeluk agama mengarahkan dirinya, hatinya, kepada Dia yang diimaninya. Tujuannya adalah Dia, yang memberi makna dari kewajiban itu adalah Dia. Kalaupun orang mendapat sesuatu dari pelaksanaan kewajiban agamanya, itu karena ia menemukannya di dalam Dia, menerimanya dari Dia. Sering kali yang didapat itu tidak terlihat, seperti Dia sendiri tidak terlihat, juga tidak terasa, meski pasti berdampak. Mungkin itu sebabnya banyak orang keliru menginginkan sesuatu yang terlihat dan terasa, meski sering kali tidak ada dampaknya sama sekali.
Hari ini Yesus mengajar kita untuk masuk ke dalam hati, menyadari makna terdalam dari kewajiban agama kita. Ia juga mendorong agar kita masuk lebih dalam lagi dan melaksanakan semuanya dalam ketersembunyian dan ketulusan. Sekiranya memang perlu atau harus terlihat, ketulusan janganlah berkurang sedikit pun kepenuhannya. Semuanya untuk Allah dan Dia yang memutuskan apakah akan mengganjar kita, meskipun kita percaya Dia yang murah hati itu tidak pernah pelit, meskipun kadang kemurahan hati-Nya tersembunyi.
Penulis :Rm. Ignatius Sukarno, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 09 JUNI 2021
PEKAN BIASA X
Bacaan I : 2Korintus 3:4-11
Bacaan Injil : Marius 5:17-19
"LOYALITAS, KOMITMEN. DAN RESPONSIF"
Anjing dipandang sebagai binatang kontroversi. Karena banyak yang suka, namun banyak juga yang anti. Dalam Kitab Suci, binatang ini banyak dijadikan contoh buruk (Ams 26:11: Mat 7:6), tetapi tetap ada segi baik (Hak 7:5: Pkh 9:4). Kalau contoh buruk saja masih memiliki segi positif dengan didikan: jangan buruk seperti itu. Apalagi contoh baik: jadilah baik seperti ini. Kisah inspiratif seputar anjing setia dan pandai, seperti Hachiko di Jepang dan Zanjeer di India, mengajak kita untuk melihat guna dari segi positif.
Perlakuan, didikan, dan relasi baik pada anjing dapat kita temukan daya positifnya. Hewan ini memiliki loyalitas, komitmen, dan responsif terhadap tugas dan fungsinya, bahkan dalam hal-hal sepele terhadap tuannya. Perjumpaan dengan tuan dan pemberian makan selalu menggairahkan mereka.
Injil hari ini mengajak kita untuk paham bahwa Yesus datang bukan untuk meniadakan hukum Taurat, melainkan untuk menggenapinya. Yesus yang taat setia pada perutusan Bapa-Nya, memprioritaskan hati dibandingkan seremoni (Mat 23:25-28), dan cinta kasih dibandingkan hukum (Mat 5:38-44). Pungkasnya adalah kematian Yesus di Salib untuk menggenapi secara paripurna hukum Taurat, dengan bersabda, “Sudah selesai” (Yoh 19:30). Hukum Taurat itu tidak total menyelamatkan. Kasih karunia Allah melalui iman kepercayaan kepada Yesuslah yang menyelamatkan kita.
Belajar dari Santo Fransiskus Assisi, “Anjing itu saudara kita,” maka kita dapat belajar darinya. Kalau Yesus adalah Tuan kita, maka Yesus telah memperlakukan kita super baik.Yesus memberi makan dan menjadi makanan Surgawi bagi kita. Maka seperti “saudara kita”, tidak perlu lagi kita berpikir panjang untuk berani memiliki loyalitas, komitmen, dan respons luar biasa kepada Tuhan Yesus. Perjumpaan rutin dalam doa, meditasi, Ekaristi, serta kehidupan sederhana Sehari-hari, semestinya selalu menggairahkan hidup kita. Amin,
Penulis : Rm. Eligius Ipong, O.Carm.
Sumber : Cafe Rohani, Juni 2021, Hal 25
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik
RABU, 26 MEI 2021
PW SANTO FILIPIS NERI, IMAM
Bacaan I : Sirakh 36:1.4-5a.10-17
Bacaan Injil : Markus 10:32-45
"POSISI"
Ketika seseorang mengambil posisi tertentu dalam sebuah lembaga atau organisasi maka orang tersebut sedang mendudukkan dirinya entah lebih rendah atau lebih tinggi dari orang lain. Gejala yang selalu terjadi di alam bawah sadar manusia adalah bahwa manusia sering memposisikan diri lebih tinggi dari orang lain. Posisi lebih tinggi yang diposisikan ini didasarkan pada keyakinan dan kriteria yang bersifat sangat pribadi, seperti lebih baik, lebih religius, lebih kaya, lebih berbakat, dan sebagainya. Dengan keyakinan seperti ini maka yang terjadi dalam hidup bersama adalah orang lebih suka mengejar posisi daripada kerendahan hati dalam pelayanan.
Yesus tahu benar tentang tugas-Nya dan tahu memposisikan Diri-Nya. Dia datang untuk menebus dosa manusia. Karena tugas-Nya ini, Yesus mengambil posisi serendah-rendahnya sebagai Allah yang menjadi manusia, sebagai orang benar namun mau menderita. Tidak ada posisi yang lebih rendah selain menjadi orang yang menderita, dihukum sebagai orang yang berdosa, meskipun tidak berdosa. Hal demikian berbeda dengan Yakobus dan Yohanes. Mereka memposisikan diri lebih tinggi dari sesamanya dan karena itu para murid lainnya memarahi mereka. Karena itu, mereka ditegur oleh Yesus dengan mengatakan bahwa hal duduk di sebelah kanan atau sebelah kiri-Nya, Yesus tidak berhak. Maksudnya jelas, bahwa kedekatan dengan Yesus mestinya dianggap sebagai kedekatan spiritual dan kemuridan. Sebab yang utama dalam kemuridan adalah hidup sesuai dengan semangat Yesus.
Pelayanan dan penderitaan merupakan dua sisi dalam satu mata visi dan misi Yesus yang sama. Yesus telah menunjukkan teladan kepada kita. Kiranya Tuhan menjauhkan kita dari kecenderungan untuk menempatkan diri lebih tinggi dari orang lain. Sebab, di surga nanti tidak ada lagi tuan atau hamba. Kita semua adalah anak-anak Allah.
Penulis : Rm. Karolus Sola, O.Carm.
Sumber : Cafe Rohani, Mei 2021
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganhariankatolik
RABU, 19 MEI 2021
PEKAN VII PASKAH
Bacaan I : Kis 20:28-38
Bacaan Injil : Yoh 17:11b-19
"PEMIMPIN SEJATI"
Teori kepemimpinan mengenal berbagai sifat, cara, dan karakter pemimpin. Ada pemimpin karismatis yang memimpin dengan menggunakan karisma pribadinya. Daya dan kekuatan yang memancar dari dirinya memainkan kunci utama dalam kepemimpinannya. Ada pula pemimpin spiritual yang menjalankan kepemimpinannya berdasarkan daya rohani yang dimilikinya.
Di samping itu, ada pula pemimpin yang menonjolkan keteladanannya. Dia memimpin dengan memberikan contoh. Rasul Paulus yang disebut dalam bacaan pertama mewujudkan pemimpin yang demikian. “Dalam segala sesuatu telah kuberikan contoh kepada kamu, bahwa dengan bekerja demikian kita harus membantu orang-orang yang lemah dan harus mengingat perkataan Tuhan Yesus, sebab Ia sendiri telah mengatakan: Adalah lebih berbahagia memberi daripada menerima” (Kis 20:35).
Tuhan Yesus menampilkan sosok pemimpin yang setia mendampingi pengikut-Nya. Dia menjaga dan menyertai perjuangan mereka. Tatkala hendak berpisah, Dia berdoa kepada Bapa-Nya untuk pengikut-Nya. Pertama, memohon supaya Bapa memelihara mereka (Yoh 17:11). Kedua, agar Bapa melindungi mereka dari yang jahat (Yoh 17:15).
Di atas semuanya itu, Tuhan Yesus amat memperhatikan sustainabilitas komunitas para murid-Nya. Dia tidak membiarkan mereka tercerai-berai setelah ditinggalkan-Nya. Inilah salah satu Ciri pemimpin sejati. Memercayakan segala yang telah dilakukan kepada para pengikut-Nya. Dengan demikian, visi dan misi yang telah diajarkan dan dilaksanakan-Nya dapat dilanjutkan oleh para pengikut-Nya.
Sabda Tuhan ini meneguhkan kita, para pengikut-Nya, bahwa Tuhan Yesus tidak pernah meninggalkan kita. Sekaligus mengajarkan kita untuk meneladan Dia, yakni dengan menjadi pemimpin sejati dan setia. Jangan sampai kita menelantarkan mereka yang dipercayakan kepada kita.
Penulis :Rm. Albertus Herwanta, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid
RABU, 12 MEI 2021
PEKAN VI PASKAH
Bacaan I : Kis 17:15.22-18:1
Bacaan Injil : Yoh 16:12-15
"PENGHIBUR"
Apa tujuan hidup manusia? Ini pertanyaan klasik namun yang jelas, jawabannya adalah kebahagiaan. Siapa pun dan apa pun profesinya orang hanya ingin bahagia. Meskipun ukuran kebahagiaan setiap orang berbeda, tidak ada orang yang mau hidup sengsara dan menderita.
Kebahagiaan terkadang sangat jauh dari kenyataan yang dialami manusia zaman sekarang. Begitu banyak penderitaan, peperangan, ketidakadilan, ketidaknyamanan, wabah penyakit, dan lain-lain. Kesusahan demi kesusahan hadir dalam kehidupan. Banyak juga yang mulai menghakimi Tuhan. Mereka berpikir, Tuhan tampaknya menempatkan manusia bukan pada tempat yang aman dan nyaman. Tuhan menempatkan manusia seperti domba di tengah-tengah gerombolan serigala. Harus selalu bersiap-siaga dan berjaga terus-menerus. Harus berjuang tanpa henti sampai pada akhirnya kembali kepada Sang Pemberi Hidup.
Tuhan Yesus mengatakan, “Masih banyak hal yang harus Kukatakan kepadamu, tetapi sekarang kamu belum dapat menanggungnya" (ay. 12). Banyak hal yang harus kita tanggung untuk mendapatkan kebahagiaan. Banyak hal yang harus kita Usahakan untuk mengikuti Tuhan sumber kebahagiaan. Meskipun kenyataan sering kali bukan kebahagiaan melainkan penderitaan yang didapat di dunia. Tetapi Yesus berjanji untuk memberi penghibur.
Sebelum Dia meninggalkan kita manusia di dunia ini, Dia berjanji untuk mengutus Roh Penghibur. Penghiburan diberikan kepada setiap manusia yang mau dan layak menerimanya. Kondisi apa pun yang kita alami akan membawa kita pada kebahagiaan, kalau kita berpasrah pada Allah sumber penghibur sejati. Tidak ada lagi kesendirian tanpa orang lain, karena Roh Penghibur yang menemani kita. Hanya saja kita sering kali tidak sadar kalau penghiburan dari Tuhan itu selalu ada dan menyertai setiap Saat. Kebahagiaan seakan-akan jauh dari kita karena tidak merasa ada yang menghibur. Mari, kita kokohkan harapan akan Roh Penghibur dari Tuhan sendiri dalam kehidupan kita. Niscaya kita akan hidup dengan bahagia.
Penulis :Br. Yohanes Suparno, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
RABU, 05 Mei 2021
PEKAN V PASKAH
Bacaan I : Kis 15:1-6
Bacaan Injil : Yoh 15:1-8
"HIDUP SEJATI ITU BERUBAH"
Kita sebagai orang beriman percaya bahwa hidup kita berasal dari Tuhan dan akan kembali kepada Tuhan. Maka hidup kita tidak boleh menyimpang dari jalan yang telah Tuhan tunjukkan agar kita dapat bersatu kembali dengan Tuhan sebagai tujuan akhir. Sama seperti ranting anggur harus menyatu dengan pokok anggur dan menerima suplai makanan dari akar melalui batang dan pokoknya. Kalau ranting tidak menyatu dan bersatu dengan pokoknya tidak akan mampu berbuah, dan bahkan dengan segera akan menjadi mati. Demikian Juga kita manusia, ketika kita tidak bersatu dan bergantung kepada Kristus sebagai pokok, inspirasi, dan jalan utama, kita tidak akan sampai pada persatuan dengan Allah Bapa.
Hidup yang berbuah sebagai seorang kristiani adalah hidup yang mau belajar dari Yesus, duduk bersimpuh di bawah kakiNya, mendengarkan sabda-Nya, dan mengidentifikasi hidup kita dengan hidup-Nya. Dengan demikian, cara kita bersikap dan memandang kehidupan ini sama seperti cara bersikap dan cara pandang Yesus. Maka hidup kita menjadi berbuah, berarti, dan penuh makna. Dibutuhkan kerendahan hati untuk selalu mendengarkan-Nya, mau berkorban seperti Dia mengorbankan Diri-Nya, mau mencintai setiap orang secara tulus sebagaimana Dia dengan sepenuhnya mencintai kita, umat-Nya, sampai menumpahkan darah-Nya di kayu salib
Hidup yang sejati adalah hidup vane”berbuah. Hidup kita bisa berbuah ketika kita menjadi berkat bagi sesama. Hari ini Yesus menandaskan bahwa bersatu dengan-Nya membuat orang tidak hanya sekadar berbuah tetapi berbuah banyak. Maka hidup yang mengalir dari cara hidup Yesug sendiri adalah hidup yang selalu “berbuat lebih” daripada yang biasa dipakai manusia umumnya sebagai standar hidupnya. Sebagai muridmurid Kristus, kita mestinya adalah pribadi-pribadi yang selalu menunjukkan Integritas dalam membangun Kerajaan Allah pada Semya aspek hidup kita.
Penulis :Rm, Tinto Tiopano, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandaktolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat
RABU, 28 APRIL 2021
PEKAN IV PASKAH
Bacaan I : Kis 12:24-13:5a
Bacaan Injil : Yoh 12:44-50
"JADILAH TERANG KRISTUS"
Yesus datang ke dunia sebagai terang, agar manusia tidak hidup dalam kegelapan. Yesus menegaskan agar siapa pun yang mendengar perkataan-Nya, percaya kepada-Nya. Yesus dan Bapa adalah satu, dan Yesus tidak melakukan pekerjaan-Nya sendiri, tetapi melakukan pekerjaan Bapa. Maka setiap orang yang mengakui dan percaya pada Yesus, juga percaya pada Bapa. Yesus adalah tanda nyata kehadiran Bapa di dunia ini.
Kita dipanggil Yesus untuk ambil bagian dalam tugas perutusan-Nya, yaitu membawa terang keselamatan pada dunia. Sanggupkah kita menjadi terang dan cahaya bagi sesama yang berada dalam kegelapan? Tuhan menginginkan kita untuk hidup dalam terang dan menjadi terang bagi orang lain. Hidup dalam terang berarti hidup sesuai dengan kehendak Tuhan. Setiap orang yang hidup dalam terang, berasal dari terang. Terang Yesus yang membuat kehidupan penuh dengan sukacita. Orang yang memiliki sukacita di dalam Tuhan berarti hidup dalam terang. Orang yang hidup tanpa sukacita berarti hidup dalam kegelapan. Kalau sukacita seseorang didasarkan pada harta dunia atau sesuatu yang bukan dari Tuhan, berarti ia hidup dalam gelap.
Kita hidup di dalam dunia yang digelapkan oleh dosa dan kita memerlukan terang itu. Banyak orang saat ini hidup dalam kegelapan dengan menjauh dan meninggalkan Tuhan. Karena jauh dari Tuhan, banyak orang dengan mudah berkompromi dengan dosa. Menikmati dosa tanpa rasa bersalah. Karena nikmat, banyak orang hidup di dalam dosa dan mencari pembenaran untuk dosa yang dilakukannya. Pembenarannya adalah berbuat dosa dianggap biasa, wajar, normal, bahkan berasumsi bahwa semua orang juga melakukannya. Tuhan menghendaki agar kita hidup di dalam terang tanpa berkompromi sedikit pun dengan dosa.
Penulis :Sr. Sarlita Simbolon, H.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #renunganharianberkat #catholichomeid
RABU, 21 APRIL 2021
PEKAN III PASKAH
Bacaan I : Kis 8:1b-8
Bacaan Injil : Yoh 6:35-40
"ROTI KEHIDUPAN"
Seorang imam pernah ber-sharing bahwa dia selalu dengan tekun dan rindu merayakan Ekaristi. Dia berjuang untuk merayakan Ekaristi Kudus setiap hari. Dia mengatakan bahwa di dalam Ekaristi dia sungguh-sungguh mengalami Yesus sebagai Roti Kehidupan. Yesus memberikan Diri-Nya sebagai makanan bagi semua orang, sehingga semua orang tidak lagi mengalami kelaparan.
Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menyatakan diri sebagai Roti Hidup. Setiap orang yang datang kepada Yesus tidak akan lapar dan haus lagi. Yesus ingin supaya manusia mengalami kehidupan yang sepenuhnya. Yesus tidak ingin supaya manusia itu mengalami penderitaan. Yesus merelakan Diri-Nya supaya setiap orang tidak lagi mengalami kekurangan apa pun. Kerelaan Yesus untuk memberikan Diri-Nya sangat tampak nyata bagi kita, manusia. Kehadiran Yesus sungguh menyadarkan kita bahwa Allah begitu mengasihi dan mencintai manusia. Allah ingin supaya manusia beroleh keselamatan. Allah ingin supaya manusia tidak menderita karena dosa yang begitu mendalam.
Kehadiran Yesus meyakinkan kita, manusia, bahwa cinta kasih Allah mengatasi segalanya. Cinta kasih Allah diwujudkan lewat Putra-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus, Sang Roti Hidup. Penderitaan Yesus hingga wafat di kayu salib adalah wujud cintaNya kepada kita. Cinta kasih Allah bahkan mengatasi dosa manusia yang paling mendalam.
Kita sebagai orang kristiani dipanggil untuk sungguhsungguh membuka hati kita terhadap Yesus, Sang Roti Hidup. Yesus sudah menawarkan sesuatu yang sangat berarti bagi keselamatan kita manusia. Apakah kita mau menerimanya atau menolaknya? Kita sering kali kurang memerhatikan tawaran Yesus ini, karena kita begitu sibuk dengan banyak hal. Hati kita masih dipenuhi oleh ambisi duniawi, permusuhan, iri hati, dendam dan permusuhan. Mari, kita belajar untuk membuka diri bagi kehadiran Yesus, Sang Roti Hidup, yang telah turun dari surga untuk kita manusia yang berdosa ini.
Penulis : Rm. Sri Joni Pasalli, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid
RABU, 14 APRIL 2021
PEKAN II PASKAH
Bacaan I : Kis 5:17-26
Bacaan Injil : Yoh 3:16-21
"BELAJAR MENYELAMATKAN ORANG LAIN"
Mungkin di antara kita ada yang geram atau jengkel kalau melihat atau berjumpa dengan seseorang yang senang menghakimi sesamanya, karena orang tersebut seakan merasa diri paling benar di antara yang lain. Sering kali mereka yang suka menghakimi sesamanya berkilah bahwa apa yang mereka lakukan adalah bentuk teguran terhadap sesamanya yang melakukan kesalahan. Padahal menghakimi dan menegur itu jelas berbeda. Sikap menghakimi ada kecenderungan membenci sesama dan sering kali membuat orang lain menjadi sakit hati dan semakin jauh dari perubahan hidup, sebaliknya menegur itu justru mengajak sesama untuk menyadari kesalahannya dan berubah menjadi lebih baik.
Dalam Injil hari ini, Tuhan menegaskan bahwa “Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” Ini artinya, setiap orang yang datang dikasihi-Nya. Tidak ada manusia yang sempurna. Ia mengerti kelemahan kita. Perikop ini juga bisa menjadi semacam “teguran keras” bagi kita yang suka menghakimi sesama. Kalau Tuhan saja tidak suka menghakimi manusia, mengapa kita manusia suka menghakimi orang lain?
Seni dari bercocok tanam adalah bagaimana caranya mengupayakan tanaman tetap subur dan berkembang dengan baik, meski kondisi tanah atau bibitnya kurang baik. Demikian pula dengan hidup, seninya adalah ketika kita membantu sesama berkembang menjadi lebih baik, meski situasi dan kondisi hidupnya barangkali kurang baik. Memang bukan hal yang mudah. Namun, hidup ini akan menjadi lebih indah bila kita saling “menyelamatkan” dan tidak saling menghakimi. Yesus tidak pernah mengajari kita untuk menghakimi sesama. Yesus mengajari kita untuk mencintai orang lain. Kalau kita saja geram melihat seseorang yang suka menghakimi sesamanya, mengapa kita tidak memilih untuk menjadi orang-orang yang mau menyelamatkan orang lain? Ketika kita menyelamatkan orang lain, berarti kita telah membawa dan menjadikan hidupnya menjadi terang.
Penulis : Rm. Petrus Harsa Trihapsara, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
RABU, 07 APRIL 2021
HARI RABU DALAM OKTAF PASKAH
Bacaan I : Kisah Para Rasul 3:1-10
Bacaan Injil : Lukas 24:13-35
"MENGUNDANG"
Peristiwa menyedihkan kerap kali membuat kebanyakan orang tidak mampu berpikir jernih dan memandang segala sesuatu dengan jelas karena kesedihannya itu. Lebih lagi peristiwa kematian orang yang sangat dicintai. Orang terdekatnya akan benar-benar terpukul dan sangat kecewa. Rasa kehilangan semacam itu membuat emosi gampang tersulut.
Serangkaian peristiwa seputar sengsara, wafat, dan kebangkitan Yesus benar-benar menjadi sebuah permenungan iman bagi kita. Ibu Yesus jelas menjadi orang yang paling kehilangan atas wafat Yesus di salib. Namun demikian, penulis Injil menuliskan bahwa Maria berdiri di bawah kaki salib. Frasa itu tampaknya biasa saja, namun bila kita merenungkannya betapa Maria, ibunya, menjadi orang yang kuat. Ia tetap berdiri —tidak ngesot—di bawah salib.
Dalam Oktaf Paskah, kita diajak merenungkan peristiwa dua murid Emaus yang begitu kecewa dan sedihnya atas kematian Yesus: tidak lagi mengenali Yesus yang sedang berbicara kepada mereka selama perjalanan menuju Emaus. Pengenalan yang terganggu itu pun mendorong mereka mengundang Yesus untuk tinggal bersama mereka malam itu. Akhirnya, pandangan dua murid itu terbuka dan mengenali Yesus berada bersama mereka pada saat memecahkan roti.
Kita sering mengundang Tuhan dalam kesedihan yang kita rasakan. Tuhan pun sudah berkenan hadir dan masuk ke dalam kehidupan kita yang sedang sedih. Sayangnya, kita tidak pernah mengenali kehadiran-Nya. Bahkan saat kita hadir dan mengikuti Ekaristi. Kerap kali kita hanya sekadar mengikuti Ekaristi tanpa menyadari bahwa Yesus hadir di sana. Entah karena kesedihan yang kita rasakan atau karena kesibukan atau karena sekadar rutinitas yang harus dilakukan sebagai penganut agama. Ekaristi menjadi cara Emaus mengenali Yesus, kiranya menjadi cara kita juga mengenali kehadiran-Nya dalam kehidupan kita.
Penulis :Bpk. FA. Hatta Adi Mas Prihandono
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #renunganharianberkat #semogamenjadiberkat #catholichomeid
RABU, 31 MARET 2021
HARI RABU DALAM PEKAN SUCI
Bacaan I : Yesaya 50:4-9a
Bacaan Injil : Matius 26:14-25
"YUDAS DAN KELEDAI"
Keledai dikenal sebagai hewan yang sangat penurut terhadap tuannya. Begitu penurutnya, keledai kadang diperlakukan semena-mena. Namun, keledai tetap setia bekerja dan menjalankan perintah. Ia tidak pernah protes atau bahkan mengkhianati tuannya,
Yudas dipilih Yesus dengan penuh kasih. Yudas mendapat tempat yang sejajar layaknya para rasul yang lain. Bahkan, ia diberi tanggung Jawab untuk mengurus keuangan mereka. Kepercayaan Ini menunjukkan bahwa Yesus tidak pernah meremehkan atau mengucilkan Yudas dari antara para murid yang lain. Yesus memperlakukan mereka semua secara sama. Namun, Yudas Justru “menjual” Gurunya kepada orang-orang Yahudi untuk ditangkap, dibunuh, dan disiksa. Demi mendapatkan Uang, Yudas gelap mata. Yudas mengkhianati Guru-Nya yang penuh kasih.
Mari kita bandingkan keledai dan Yudas. Perbandingan yang tidak sebanding, sebenarnya. Tetapi kenyataannya justru menunjukkan kebalikan antara satu dengan yang lain, yang berakal budi tampak seperti tidak berakal budi, dan sebaliknya, yang tidak berakal budi tampak seperti berakal budi dan mampu menunjukkan tanggung jawab dan ketaatannya.
Dari sisi ketaatan dan kerendahan hati, Yudas harus belajar dari keledai. Yudas berlaku seperti makhluk yang tidak berakal. Padahal hewan yang hanya menggunakan instingnya masih Mampu taat pada tuannya. Hal ini menunjukkan bahwa orang yang berkhianat, orang yang berselingkuh lebih rendah, bahkan dari seekor keledai (hewan).
Martabat manusia adalah baik. Namun, manusia merusak Citra dirinya dengan perbuatan-perbuatan yang tidak terpuji Sebagaimana yang dilakukan oleh Yudas. Dengan berlaku jahat terhadap sesamanya, manusia sebenarnya sedang merendahkan dirinya sama dengan makhluk yang tidak berakal, bahkan mungkin lebih rendah dari itu. Mari, tunjukkan jati dan citra diri kita dengan senantiasa menebar kebaikan yang adalah berkat bagi semua orang.
Penulis :Rm. Atanasius Marianto Vity Eka, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #renunganharianberkat
RABU, 24 MARET 2021
PEKAN V PRAPASKAH
Bacaan I : Daniel 3:14-20.24-25.28
Bacaan Injil : Yohanes 8:31-42
"KEBENARAN YANG MEMBESARKAN"
Abraham diakui sebagai bapa orang beriman, baik bagi agama Yahudi, Kristen, dan Islam. Status sebagai pribadi yang teruji Imannya oleh Tuhan, membuat banyak orang Yahudi mengakui bahwa mereka adalah anak-anak Abraham. Bahkan sampai ratusan keturunan sesudah kematiannya, orang masih menghubungkan dirinya dengan sosok Abraham. Sebab memang sangat membanggakan boleh menyebut diri sebagai anak Abraham yang dikenal sebagai Bapa yang sungguh beriman.
Dalam kisah Injil hari ini, Yesus mengundang orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya untuk benar-benar menjadi murid-Nya. Yesus berulang kali menegaskan betapa pentingnya percaya kepada-Nya, Sang Kebenaran yang membebaskan. Dialah yang akan membebaskan mereka, karena memang Dia datang untuk menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka (bdk. Mat 1:21).
Namun orang-orang Yahudi tidak mengerti maksud Yesus. Mereka merasa tidak perlu dibebaskan karena mereka adalah keturunan Abraham. Memang, mereka adalah keturunan Abraham, namun mereka tidak melakukan apa yang menjadi semangat hidup Abraham. Pertentangan antara Yesus dan orang Yahudi semakin keras. Mereka malah berusaha membunuh Yesus. Hal ini karena ketidaktahuan mereka akan kebenaran. Hati mereka sulit dibuka.
Bukankah sikap kita juga sering demikian? Betapa sering kita mencari-cari alasan untuk menolak mengakui bahwa kita berdosa. Kita terus membenarkan diri dengan pelbagai pendapat sedemikian rupa sehingga hati kita makin keras. Kita merasa diri benar dan bebas karena kita menjelaskan semua dasar atas perbuatan kita yang salah, yaitu dosa-dosa kita.
Yesus mengundang kita untuk belajar dari Guru Kebenaran dan hidup dalam kebenaran. Kebenaran itulah yang akan membebaskan dan menyelamatkan kita dari belenggu dosa. Untuk itu, marilah kita terus percaya kepada Yesus dan menerima Dia sebagai Juruselamat kita, Sang Kebenaran yang membebaskan.
Penulis: Rm. Nolaskus Harsantyoko, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #renunganharianberkat #catholichomeid
RABU, 17 MARET 2021
PEKAN IV PRAPASKAH
Bacaan I : Yesaya 49:8-15
Bacaan Injil : Yohanes 5:17-30
"CERMINAN BAPA"
Kita semua pasti mengenal cermin. Setiap saat, ketika bangun tidur, selesai mandi, sebelum ke luar rumah untuk berbagai keperluan, tentu terlebih dahulu kita mampir di depan cermin untuk melihat wajah kita yang merupakan cerminan dari diri kita. Apakah sudah pas untuk keluar rumah dan melakukan sesuatu atau masih ada sesuatu yang perlu dibereskan sebelum meninggalkan kamar atau rumah?
Yesus dalam lnjil hari ini, mengingatkan kita akan kesatuan antara Diri-Nya dengan Bapa yang telah mengutus-Nya. Kesatuan ini terungkap dalam kesatuan karya, bahwa apa yang dikerjakanNya bukan berasal dari Diri-Nya sendiri, melainkan berasal dari Bapa yang telah mengutus-Nya. Ini berarti pelbagai pekerjaan baik yang dilakukan Yesus bersumber dan mengalir dari Bapa Sang sumber kebaikan. Bapa yang telah mengutus Yesus adalah Sang Bapa yang baik. Kebaikan Bapa terpancar secara nyata dalam setiap karya dan pewartaan Yesus.
Pertanyaan kecil untuk kita masing-masing, sudahkah kita dalam keseharian hidup di tengah komunitas keluarga, komunitas biara dan masyarakat, menunjukkan jejak-jejak kebaikan Allah yang telah membimbing dan menyelamatkan kita? Dalam dan melalui kebaikankebaikan yang dipikiran, yang dikatakan dan yang diperbuatkan, secara tidak langsung kita sedang menunjukkan wajah Allah Bapa yang mencintai dan menyelamatkan kita. Kalau Allah begitu baik dengan mengutus putra-Nya untuk menyelamatkan dan menghidupkan kita, maka kita secara langsung diajak untuk menunjukkan buah-buah keselamatan Allah dalam diri kita kepada orang lain. Sebagaimana Yesus telah menjadi cermin dari Bapa yang telah mengutus-Nya, demikian pula kita diajak menjadi cermin dari Yesus yang telah menyelamatkan kita. Kebaikan dan keselamatan Allah yang telah diterima melalui Yesus tidak hanya untuk diri kita sendiri, tetapi juga untuk orang lain yang kita jumpai.
Penulis :Rm. Ferdinandus Tay, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #renunganharianberkat #catholichomeid
RABU, 10 MARET 2021
PEKAN III PRAPASKAH 2021
Bacaan I : Ulangan 4:1.5-9
Bacaan Injil : Matius 5:17-19
"KASIH PENGGENAPAN HUKUM TAURAT"
Seorang pastor mengendarai sepeda motor terburu-buru hendak melayani Misa di sebuah stasi. Di tengah perjalanan, ia menjumpai seorang pengendara motor yang mengalami kecelakaan. Motor yang dikendarai jatuh dan pengendaranya mengalami luka berat. Jalanan saat itu sepi, pastor tersebut segera memberhentikan motornya dan bergegas menolong si korban. Pastor memutuskan membawa korban ke puskesmas terdekat untuk diobati. Karena menolong si korban, jadwal Misa di stasi harus ditunda beberapa jam. Apakah dalam hal ini tindakan pastor yang menunda jam Misa mengecewakan umat?
Injil hari ini berbicara tentang Yesus dan hukum Taurat. Keberadaan Yesus pada zamannya menjadi pertentangan banyak orang, termasuk di kalangan pemuka agama yang memegang peraturan hukum Taurat. Segala pikiran, perkataan, gerak-gerik serta tindakan Yesus selalu dicurigai dan dijadikan bahan perdebatan.
Di beberapa kisah dalam Injil, diceritakan Yesus dan para murid-Nya melanggar kebiasaan aturan hukum Taurat. Contohnya, ketika Yesus membiarkan para murid-Nya memetik gandum pada hari Sabat, atau Yesus menyembuhkan orang sakit pada hari Sabat. Menurut aturan hukum Taurat, tindakan Yesus dalam beberapa kisah yang disebutkan di atas adalah sebuah pelanggaran. Maka tindakan Yesus yang melanggar aturan dianggap sebagai perbuatan untuk meniadakan hukum Taurat. Akan tetapi, sebenarnya Yesus tidak berniat untuk melanggar aturan. Ada nilai lebih yang ingin disampaikan ketika Yesus melakukannya, yakni belas kasih dan nilai kemanusiaan.
Yesus menghendaki agar dalam melaksanakan aturan dan hukum hendaknya mengutamakan belas kasih. Ada perintah Taurat dilarang membunuh, Yesus mengamini perintah ini, bahkan Yesus menambahnya dengan perintah lain, setiap orang yang membenci saudaranya adalah seorang pembunuh (bdk. Yoh 3:15).
Selamat beraktivitas. Berakh Dalem π
Penulis : Br. Angelus More, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
#berkat
#berandakatolik #renunganharianberkat #semogamenjadiberkat #catholichomeid
RABU, 03 MARET 2021
PEKAN II PRAPASKAH
Bacaan I : Yeremia 18:18-20
Bacaan Injil : Matius 20:17-28
"HARAPANKU"
Menjadi yang terbaik dan mendapat yang terbaik adalah cita-cita luhur setiap orang. Untuk itu kita belajar keras, bekerja cerdas, dan berhati tulus dalam melakukan segala hal. Benar bahwa manusia hanya bisa berusaha dan Tuhanlah yang menentukan segalanya. Karena itu, berharaplah dengan benar seperti kata pemazmur bahwa yang menabur dengan mencucurkan air mata akan menuai dengan sorak-sorai.
Harapan anak, orang tua dan yang sudah lanjut usia adalah sama. Apakah itu? Silakan bertanya kepada mereka. Intinya, hal terbaik yang kita idamkan selama di bumi ini adalah jika kelak bisa ikut ambil bagian dalam kemuliaan surga setelah meninggal. Harapan itu adalah benih terbaik yang siap tumbuh dalam kehidupan kini dan kelak. Karena itu, harapan menyiapkan kita untuk bersikap yang benar dan tepat dalam hidup.
Salah satu sikap yang diajarkan Yesus hari ini adalah kerendahan hati yang tulus untuk melayani dan semangat untuk siap-sedia berkorban. Hal ini sangat jelas ditekankan oleh Yesus dengan mengambil contoh dari kebiasaan yang dilakukan oleh oknum-oknum pemerintah dan penguasa di zaman yang lalu dan saat ini; yaitu melayani dengan kuasa, perintah, dan gila hormat.
Seorang Katolik diharapkan bisa menjadi figur yang membawa perubahan di sekitarnya sesuai dengan lingkup kerjanya. Menjadi pribadi yang memiliki semangat kasih dalam melayani, bersaudara dalam hidup sehari-hari dan ringan tangan untuk menolong. Sikap demikian menjadi tanda kehadiran Kerajaan Allah lewat kita di dunia ini. Hidup yang demikian adalah hidup yang benar-benar bercermin pada Yesus dan dijiwai oleh semangat Injil. Jika kita senantiasa bersikap demikian, apa pun yang kita harapkan dan minta kepada Allah, pasti akan dipertimbangkan oleh Allah, dan segala sesuatu akan menjadi indah pada waktunya.
Harapan Yesus, hendaklah kita menjadi orang yang hebat dengan semangat pelayanan dan pengorbanan. Apakah harapan kita sejalan dengan harapan Yesus?
Penerbit : Rm. Kartolo Malau, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik
RABU, 24 FEBRUARI 2021
PEKAN I PRAPASKAH
Bacaan I : Yunus 3:1-10
Bacaan Injil : Lukas 11:29-32
"TANDA DAN TOBAT"
Istilah "tanda” dalam Injil, berarti mukjizat pilihan yang mengungkapkan otoritas Yesus sebagai Allah. Yesus menolak memberi tanda atas dua alasan, yaitu: pewartaan Yunus dan daya kebijaksanaan Salomo. Kata-kata pewartaan Yunus mampu menggetarkan ketakutan bangsa sebesar Niniwe, sehingga raja beserta rakyatnya melakukan ritus pertobatan massal; Kata-kata kebijaksanaan Salomo mampu meluluhkan hati ratu dari selatan untuk bertobat, dan percaya kepada AlIah Israel.
Pesan Tuhan pada hari ini dapat disingkat dalam satu kata, yaitu: Bertobatlahl Khotbah dan pribadi Yesus lebih mulia daripada Yunus. Kebijaksanaan-Nya melebihi Salomo. Dalam Diri Yesus, harapan akan keselamatan dan kehidupan terpenuhi. Bila orang Niniwe saja mau bertobat setelah mendengar pewartaan Yunus, maka seharusnya kita pun mau merubah seluruh hidup kita, karena telah menerima Yesus.
Bertobat berarti berbalik dari pikiran, perkataan, sikap, dan perbuatan yang buruk kepada yang baik. Banyak orang enggan bertobat, padahal efek pertobatan itu sungguh besar: Pertama, dari kisah Yunus, kita mengetahui bahwa pertobatan dapat membatalkan rencana hukuman yang akan dijatuhkan Allah kepada kita. Kedua, dari perumpamaan tentang “domba yang hilang“ (Luk 15:1-10), kita mengetahui bahwa pertobatan membawa kegembiraan besar bagi Allah dan seisi surga. Ketiga, dari perumpamaan tentang “anak yang hilang” (Luk 15:11-32), kita mengetahui bahwa pertobatan menghapus semua kesalahan dan dosa.
Dalam Masa Prapaskah ini, mari kita merefleksikan diri kita dan bertobat. Dengan berefleksi, kita akan semakin bisa melihat betapa besar campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Kita seringkali tidak percaya akan kebaikan Tuhan, karena kita kurang menyadari bahwa la selalu hadir bagi kita. la hadir secara nyata melalui orang-orang yang mencintai kita, atau yang berani menegur kita, juga melalui berbagai peristiwa hidup yang kita alami.
Penulis : Rm. Nolaskus Harsantyoko, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 17 FEBRUARI 2021
HARI RABU ABU, Pantang dan Puasa
Bacaan I : Yoel 2:12-18
Bacaan II: 2Kor 5:20 - 6:2
Bacaan Injil : Mat 6:1-6, 16-18.
"Berbalik kepada Allah"
Hari ini kita memasuki suatu Retret Agung atau Masa Prapaskah yang ditandai dengan penerimaan tanda salib abu di dahi atau ditabur di kepala. Hal ini mengingatkan bahwa kita hanya sekedar dari debu dan akan kembali menjadi debu. Maka kita harus rendah hati karena kerapuhan kita.
Kita semua diajak umtuk menaruh kepedulian bersama untuk bertobat dan bebenah diri. Kita harus berbalik kepada ALLAH secara konkrit untuk mengubah perilaku yang tidak berkenan pada ALLAH dan merugikan sesama. Nabi Yoel menegaskan dalam Bacaan Pertama: "Koyakkanlah hatimu dan jangan pakaianmu, berbaliklah kepada Tuhan, ALLAH-mu" (Yoel. 2:13). Mengoyakkan hati berarti membersihkan hati kita dari semua jenis dosa supaya kita menjadi orang yang berkenan kepada ALLAH dan dapat ikut ambil bagian dalam Kebangkitan-NYA.
Gereja menyediakan tiga sarana utk menjalani masa Retret Agung itu sesuai dengan Sabda TUHAN yaitu sedekah, doa dan puasa. Yang terpenting dalam pertobatan ini adalah ketulusan bukan kepura-puraan atau sikap munafik dan mencari perhatian. Dalam hal memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu apa yang di perbuat tangan kananmu" (Mat 6:3). Dalam hal berdoa masuklah dalam kamarmu tutuplah pintu dan berdoalah kepada BAPA-mu" (ayat 6),jangan seperti orang munafik atau orang yang mencari perhatian dan pujian. Sementara dalam hal berpuasa, kita tidak perlu menunjukkan wajah yang muram seperti orang munafik. Puasa dan pantang bukan tujuan melainkan sarana untuk mencapai suatu kesucian hati. Karena itu aturan puasa dan pantang dalam Gereja Katolik tidak terlalu berat sebab yang paling pokok adalah pertobatan yg harus terbukti dalam perbuatan dan tindakannya. Misalnya, hidup yang materialistik dan hedonistik harus diubah menjadi lebih spiritual, sederhana dan bersikap sosial. Mampukah kita bertobat secara radikal seperti harapan KRISTUS?
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
#rabuabu
RABU, 10 FEBRUARI 2021
PW SANTA SKOLASTIKA, PERAWAN
Bacaan I : Kejadian 2:4b-9.15-17
Bacaan Injil : Markus 7:14-23
"HATI YANG BERSIH"
Yesus dalam Injil hari ini mengingatkan kita bahwa ”dari dalam, dari hati orang, timbul segala pikiran jahat, percabulan, pencurian, pembunuhan, perzinahan, keserakahan, kejahatan, kelicikan, hawa nafsu, iri hati, kesombongan, kebebalan. Semua hal-hal jahat ini timbul dari dalam dan menajiskan orang. Kejahatan itu sebenarnya tidak terjadi secara tiba-tiba, tetapi sudah ada lebih dahulu dalam hati manusia. Bahkan bisa dikatakan dosa atau kejahatan itu adalah buah dari hati yang jahat.
Biasanya bentrokan, perkelahian, atau permusuhan terjadi kalau hati orang itu telah dirasuki rasa benci. Adanya korupsi di masyarakat, perampokan, perburuan hewan yang dilindungi, eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan, pencurian yang terjadi di mana-mana itu juga diakibatkan oleh hati orang yang dipenuhi keserakahan. Kalau orang itu mempunyai hati bersih, maka perbuatannya juga bersih. Hidupnya juga bersih dari kesalahan. Hati yang suci dan bersih akan menghasilkan keutamaan dan cinta kasih.
Santa Skolastika yang kita peringati hari ini adalah adik kandung Santo Benediktus, pendiri Ordo Benediktin dan Abbas termasyhur biara Monte Kasino. Semenjak mudanya, Skolastika bercita-cita menjadi seorang biarawati agar lebih total menyerahkan hidupnya kepada Allah dalam doa dan tapa. Karena kesucian hatinya, Tuhan selalu berkenan mendengarkan dan mengabulkan setiap permintaan doanya.
Pada 10 Februari 543, Skolastika wafat. Benediktus melihat jiwa saudarinya dalarn rupa burung merpati yang terbang tinggi menuju surga. Benediktus bersikacita dan bersyukur kepada Tuhan dengan lagu puji-pujian,sebab saudarinya boleh kembali kepada Tuhan dengan cara seindah itu.
Agar mampu menangkap apa yang baik dalam diri kita, hati yang jernih, Roh Allah tinggal dalam hati dan membimbing kita, kita perlu meluangkan waktu untuk hati dan pikiran agar dapat mendengarkan suara Tuhan yang berbicara.
Penulis : Br. Angelus More, O.Carm
Penerbit :@penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem
#berkat
#berandakatolik
RABU, 03 FEBRUARI 2021
PEKAN BIASA IV
Bacaan I: Ibrani 12:4-7.11-15
Bacaan Injil : Markus 6:1-6
"HERAN"
Heran adalah merasa ganjil atau aneh ketika melihat atau mendengar sesuatu dari apa yang terjadi. Kita bisa heran karena suatu perubahan di luar dugaan kita. Perubahan yang bisa jadi jauh lebih baik atau jauh lebih buruk. Intinya, sesuatu yang terjadi di luar dari perkiraan manusiawi yang wajar, bisa membuat kita heran atau kagum.
Manusia adalah ciptaan yang unik, misterius dan mengherankan. Ini terjadi karena Allah menciptakan kita istimewa dan berharga. Ia memberi kita akal budi, hati dan kebebasan. Karena itu, dalam perjalanan waktu, perub ahan bisa terjadi pada siapa saja secara luar biasa. Persis seperti Injil hari ini, Yesus mengajar dengan penuh hikmat dan melakukan karya-karya mukjizat. Yesus melakukan semua itu karena Ia adalah Allah dan Ia sangat peduli dengan kita semua. Yesus ingin agar kita menjadi pribadi yang berhikmat, beriman dan berbakti. Khususnya orang-orang yang sekampung halaman dengan Dia, Yesus ingin agar warga sekampungnya maju, bertumbuh dan berkembang dalam hal yang baik dan berguna.
Biasanya, orang akan kagum dan bangga jika ada warga desa yang kembali untuk membangun desanya. Inilah harapan kita bahwa orang berilmu dan berhikmat dapat menolong sesamanya, sekampungnya. Namun berbeda halnya dengan yang dialami oleh Yesus. Ia ditolak di kampung halaman-Nya, menolak ditolong dan diberdayakan. Yesus heran mengapa orang sekampung-Nya menolak pencerahan yang dilakukanNya. Lewat Injil hari ini, kita diajak untuk membuka diri dan cara pandang. Pandangan yang lekat pada masa lalu dan menilai orang dari apa yang kelihatan saja akan semakin membuat kita tertutup dan jauh dari perkembangan. Ini sama halnya dengan tidak percaya bahwa manusia itu unik dan rencana Allah melampaui akal budi kita.
Karena itu, tetaplah percaya meski sulit. Hidup akan semakin sulit tanpa kepercayaan. Ingat, banyak hal akan mengherankan kita dan dunia, jika kita percaya penuh pada Allah.
Penulis : Rm. Kartolo Malau, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 26 JANUARI 2021
PEKAN BIASA III
Bacaan I : Ibrani 10:11-18
Bacaan Injil : Markus 4:1-20
MENABUR BENIH KEBAIKAN
Seorang petani akan mengangkat bebatuan dari lahan tanah, agar mudah dicangkul dan ditanami tanaman. Dengan penuh kesabaran dan ketekunan supaya subur dan mudah ditanami sehingga menghasilkan panenan yang baik. Meskipun begitu, tanah bebatuan dan berkapur perlu juga diolah untuk kehidupan. Petani ataupun penabur tidak boleh menyerah. Ia harus mencari cara agar tanah yang menghasilkan panen yang baik. Inilah tantangannya keluar dari situasi sulit dan muncul kreativitas baru.
Yesus mewartakan Kerajaan Allah dengan perumpamaan seorang penabur. Penabur berusaha menaburkan benih baik di lahannya. Hasil buah yang baik dan berkelimpahan terjadi berkat usaha keras si penabur. Tuhan memberikan kemampuan pada setiap orang untuk menerima Firman dan melaksanakan firman dalam hidup keseharian. Sikap hidup, mental, dan jiwa manusia turut memengaruhi setiap orang dalam menangkap pesan Firman Tuhan. Firman Tuhan bergema atau tidak bergema, juga bergantung dari kemauan baik setiap orang yang mendengarkannya.
Berapa banyak orang yang rapuh di saat menghadapi ancaman atas hidup berimannya. Mereka dengan pertimbangan yang tidak matang meninggalkan Tuhan di masa sulit. Mereka tidak terbiasa mengo|ah firman Tuhan dan menjadikannya rhema dalam hati. Di setiap langkah kehidupan, firman yang masuk dalam pikiran dan perasaan manusia, akan membentuk manusia seperti yang diinginkan Allah.
Setiap orang memiliki kesempatan menabur benih yang baik. Apakah kesempatan itu digunakan? Ada yang cerdik menaburkannya. Ada yang malas dan membiarkan kesempatan emas hi|ang tak berbekas. Hari ini saya menaburkan benih baik berupa apa? Peliharalah firman yang telah kita terima sejak mengenal Tuhan Yesus. Singkirkan segala bebatuan yang menghambat tumbuh suburnya iman. Kalahkan apa pun bentuk yang menghalangi kita untuk dapat mencintai Tuhan Yesus.
Penulis : Rm. Albertus Medyanto, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 20 JANUARI 2021
PEKAN BIASA II
Hari Ketiga Pekan Doa Sedunia
Bacaan I : Ibrani 7:1-3.15-7
Bacaan Injil : Markus 3:1-6
PRIOTAS HIDUP
Yohanes adalah seorang katekis di sebuah stasi terpencil yang letaknya jauh dari pusat paroki. Meski hanya dengan mengendarai sepeda, ia tidak pernah merasa putus asa karena tugasnya ini dilakukan dengan semangat dan cinta. Ia berpikir bahwa kalau tidak ada yang mengajar anak-anak tentang hidup beriman, bagaimana kelak perkembangan iman mereka. Meski di usianya yang sudah mencapai setengah abad, Yohanes tetap bersemangat untukterus mendidik anak-anak di stasi tersebut.
Dalam perjalanan iman, kita tentu mengalami jatuh bangun yang terus-menerus, bahkan pada situasi tertentu kita mengalami putus asa. Injil hari ini meneguhkan iman kita. Yesus berpesan kepada kita akan pentingnya memberikan prioritas pada keselamatan. Kita dapat belajar dari satu tokoh hewan unta yang mampu bertahan hidup di lingkungan yang sangat sulit sekalipun. Tidak semua hewan dapat hidup di daerah yang kering dan tandus, tetapi seekor unta mampu bertahan hidup karena sudah mempersiapkan diri untuk kebutuhan hidupnya. Hari ini Yesus mengajak kita untuk terus berjuang, memberikan yang terbaik untuk hidup kita. Sering kita terjebak dalam situasi dan kondisi tatanan hidup yang sebenarnya kita buat sendiri. Pekerjaan dan tanggung jawab kita sebagai umat beriman adalah memberi kesaksian yang benar akan tujuan akhir hidup kita. Pengalaman hidup memang sangat penting untuk membina dan mendidik kita agar dari waktu ke waktu kita mampu mencerminkan wajah kasih Allah.
Penikmat Cafe' Rohani yang budiman, situasi hidup kita yang dewasa saat ini membutuhkan ketepatan dalam membuat prioritas hidup. Kita bisa saja berpikir sempit seperti sejumlah kecil orang-orang Farisi yang berpegang pada tata aturan, tanpa melihat satu hal yang jauh lebih penting, yaitu keselamatan manusia. Melalui cara dan tindakan Yesus, kita dapat menjadi agen-agen pewarta untuk menjadikan hidup kita lebih berkualitas.
Penulis : Rm. Tri Prasetyo, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 13 JANUARI 2021
PEKAN BIASA I
Bacaan I : Ibranj 2:14-18
Bacaan Injil : Markus 1:29-39
TAAT ITU NIKMAT
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Romo Parmin dan Romo Parman adalah saudara kembar yang dibesarkan di sebuah desa terpencil. Setelah menjadi imam, Romo Parmin ditugaskan berkarya di Jakarta. Kenyamanan kota Jakarta membuat Romo Parmin susah untuk dipindahkan ke tempat lain. Setiap kali Romo pimpinan kongregasi datang memintanya untuk pindah, Romo Parmin selalu menolak dengan alasan belum siap. Berbeda Romo Parman, ia imam yang taat. Jika pimpinan memintanya pindah, ia selalu mematuhinya tanpa banyak bicara. Setiap kali Romo Parman pulang liburan, anak-anak selalu mencari dan memintanya bercerita. Anak-anak senang karena ia bisa bercerita tentang upacara Saur Matua, upacara Tiwah, upacara Rambusolo, prosesi Semana Santa, tradisi Bakar Batu, dan upacara Ngaben. Sedangkan Romo Parmin tidak menarik perhatian anak-anak, karena ia hanya bisa bercerita Monas dan Kebun Binatang Ragunan. Romo Parman telah menikmati buah dari ketaatannya.
Kehadiran Tuhan di Kapernaum memperoleh sambutan yang antusias. Bahkan Injil bersaksi bahwa pada waktu itu berkerumunlah seluruh penduduk kota itu untuk menemui Tuhan Yesus (lih. Mrk 1:33). Secara manusiawi, Tuhan senang berada di tengah~tengah masyarakat Kapernaum yang menyambutnya dengan penuh antusias. Bahkan, bisa jadi muncul sebuah godaan dalam hati Tuhan Yesus untuk terus tinggal di Kapernaum. Namun, seandainya godaan itu ada, Tuhan Yesus tidak mau menurutinya. Ia memutuskan untuk terus berkeliling memberitakan Injil ke seluruh Galilea sesuai dengan rencana Allah Bapa (lih. Mrk 1:38-39).
Ketaatan pada kehendak AIlah Bapa adalah prinsip yang tak tergoyahkan dalam diri Tuhan Yesus. la tidak mau menjadikan pemuasan diri sendiri sebagai tujuan hidup-Nya. Sebaliknya, Ia selalu menjadikan kehendak Allah Bapa sebagai tujuan hidupNya yang utama. Kita hendaknya juga berlaku seperti Tuhan Yesus, karena mewujudkan kehendak Allah adalah tujuan hidup kita yang utama sebagai orang kristiani. Semoga. [Rm. Erik Wahju Tjahjana, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 06 JANUARI 2021
HARI BIASA SESUDAH PENAMPAKAN YESUS
Bacaan I : 1Yohanes 4:11-18
Bacaan Injil : Markus 6:45-52
AKU INI, JANGAN TAKUT
penerbit : @penerbit_karmelindo
Setelah mengalami "kesuksesan" besar dalam memberi makan lima ribu orang, para murid mengalami kegoncangan yang amat dahsyat. Mereka hampir ditenggelamkan oleh angin sakal. Iman mereka masih dangkal. Hidup bersama Yesus sekian lama dan sering melihat mukjizat-mukjizat-Nya, tidak menjamin mengenal Yesus. Buktinya Yesus dikira hantu.
Ini adalah pengalaman kita. Kadang kita puas dan gembira menyaksikan kesuksesan terjadi dalam hidup kita. Namun ketika kesulitan datang, kadang kita susah melihat kehadiran Tuhan itu. Kadang hantu-hantu itu, entah yang mewujud dalam bentuk kegelisahan, kekuatiran, ketakutan, keputusasaan, dan sebagainya, begitu menghantui kita sehingga Yesus yang hadir untuk menolong kita pun kita anggap hantu.
Yesus harus meyakinkan mereka bahwa benar Dia sendirilah yang datang itu. Yesus harus mengeluarkan jurus kunci-Nya dengan berkata “Aku lni, jangan takut.” Kata-kata "Aku ini” adalah kata-kata Yahweh atau Tuhan sendiri ketika dia menyatakan Diri-Nya kepada Musa. Dalam tradisi Perjanjian Lama, orang-orang Yahudi sangat hafal bahwa hanya Yahweh atau Tuhan sendirilah yang mengucapkan kata-kata ini. Maka ketika Tuhan Yesus mengucapkan kata-kata itu, para murid yang sangat menghayati tradisi Perjanjian Lama itu, langsung mengerti bahwa Yesus ini bukanlah orang sembarangan. Dia ini Tuhan. Dia yang selalu menyertai.
Kita membutuhkan suatu “pengingat” akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, sebagaimana orang Yahudi memiliki “Aku ini” sebagai pengingat akan kehadiran Allah. “Pengingat” akan kehadiran Yesus ini bisa berupa kata-kata Yesus yang sungguh membekas dalam hati dan hidup kita atau bisa juga berupa ayat emas kitab suci yang sangat penting dalam hidup kita, misalnya kata-kata Yesus “Akulah jalan, kebenaran dan kehidupan". Ayat emas, kalau dihayati sungguh-sungguh, bisa menjadi pengingat akan kehadiran Tuhan Yesus bagi kita meski kita mengalami goncangan dan kesulitan yang sangat besar. [Rm. Lamtarida Simbolon, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
#berkat
RABU, 30 DESEMBER 2020
Hari Keenam dalam Oktaf Natal
Bacaan I : 1Yohanes 2:12-17
Bacaan Injil : Lukas 2:36-40
SANG CAHAYA UNTUK MAJU
penerbit : @penerbit_karmelindo
Hari Minggu yang lalu kita merayakan Pesta Keluarga Kudus Nazaret: Yesus, Maria dan Yusuf. Gemanya masih terasa dalam 2 bacaan hari ini. Atas nama Yesus, surat Yohanes menyapa orang tua, orang muda dan anak-anak untuk melaksanakan kehendak Allah maka hidup keluarga akan ber-nas. Dan ketika Yesus dipersembahkan di Bait Allah setelah berjumpa dengan Simeon, keluarga ini bertemu dengan nabiah Hana.
Nabi atau nabiah adalah saksi kebenaran. Oleh karena doa, puasa dan ibadah, mereka mempunyai mata hati yang tajam, telinga terasah, iman mendalam, dan energi visi ke depan. Melihat tidak hanya permukaan tetapi isi, sehingga Simeon dan Hana mengenali pancaran cahaya keluarga kudus dan peristiwa penyelamatan yang akan mengikuti nya.
Suatu keluarga biasanya hidup dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain, peran masing-masing, dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya. Dalam hal ini Yesuslah pusat segala, Maria ibu sahaja menjadi contoh ketulusan bagi semua wanita, dan Yusuf sebagai bapa setia yang mencukupi kebutuhan hidup, menjadi contoh setiap lelaki. Saling mengasihi, menjadi kunci dan terang ilahi dalam keluarga kudus ini.
Bagaimana keluarga Kristiani saat ini? (Iya, kita!) Interaksi, peran masing-masing dan habitus? Bagaimana buah sakramen baptis dalam ambil bagian dalam tri tugas Kristus: Imam, Nabi dan Gembala? Tanpa melalaikan tugas imam dan gembala, maukah kita belajar dari cara hidup para nabi dan nabiah itu?
Negara wujudnya masyarakat, yang terdiri dari keluargakeluarga. Negara maju kalau setiap keluarga kuat. Maju tentu bukan hanya soal ekonomi, sosial, budaya dan politik untuk kesejahteraan dunia. Tetapi juga perkara akhirat, yakni kedalaman dan kebenaran iman. Untuk ikut membangun Indonesia maju, Umat Kristiani harus mempunyai iman yang dewasa, seperti para nabi dan nabiah. Bila sudah demikian, maka cahaya keluarga kudus akan datang menaungi keluarga kita. TUhan bersamamu. Dan bersama rohmu. [RP. Eiigius Ipong, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 23 DESEMBER 2020
PEKAN KHUSUS ADVEN
Bacaan I : Maleakh 3:1-4; 4:5-6
Bacaan Injil : Lukas 1:57-66
MENCERDASKAN ANAK BANGSA
penerbit : @penerbit_karmelindo
Ada banyak tokoh modern yang berjasa dalam dunia pendidikan. Salah satunya adalah Saur Marlina Manurung yang lebih akrab dipanggn ”Butet”. Salah satu kontribusi terbesarnya adalah Program pendidikan bertahun-tahun untuk anak-anak suku Kubu, di hutan Bukit Dua Belas, Jambi. Si Butet benar-benar berjuang mencerdaskan anak Indonesia yang kurang mendapatkan perhatian dari segi pendidikan. Tidak hanya mengajar membaca dan berhitung, melainkan juga mengajar anak-anak suku Kubu untuk berkomunikasi dan berorganisasi. Usahanya itu selain menyelamatkan anak-anak dari ancaman kebodohan, juga memberikan wawasan baru untuk bertahan hidup menghadapi beberapa kelompok manusia yang mengancam keberadaan mereka.
Yohanes Pembaptis juga “mencerdaskan" bangsanya yang sekian lama dibelenggu kelaliman dan dosa! Injil hari ini menggambarkan bagaimana mukjizat yang terjadi dalam riwayat kelahirannya. Mukjizat itu memperlihatkan rencana Allah untuk mendidik dan mencerdaskan “rohani” bangsanya! “Menjadi apakah anak ini nanti, sebab tangan Tuhan menyertai dia!” (Luk 1:66). Tugas ”khusus” sudah menantinya, menyiapkan jalan bagi sang Mesias. Jalan pertobatan menjadi jalan utama untuk mencerdaskan bangsanya. Sebelum melakukan pewartaannya, dia tinggal di padang gurun dan mentobatkan dirinya sendiri lewat mati raga. Ketika masa pewartaan tiba, dia menyerukan pertobatan dan membaptis banyak orang.
Sebentar lagi, kita merayakan Kelahiran Juruselamat! Apakah kita sudah menyiapkan ”jalan” untukTuhan? Pertobatan yang diserukan Yohanes Pembaptis juga berlaku untuk kita semua yang mengimani Kristus. Kita perlu juga mencerdaskan “rohani” kita agar kita mampu menerima Sang Mesias dan berani mewartakan lnjil dalam kehidupan kita. Sudah saatnya kita bangun dari tidur yang panjang karena dosa dan masa lalu kita. Kita songsong Sang Penyelamat dunia bersama dengan semangat Yohanes Pembaptis, yang mencerdaskan anak bangsa! [RP.AIexanderTeguh O.Carm]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 16 DESEMBER 2020
PEKAN ADVEN III
Bacaan I : Yesaya 45:6b-8.18.21b-25
Bacaan Injil : Lukas 7:19-23
KEMBALI PARA KRISTUS
penerbit : @penerbit_karmelindo
Para saudara yang terkasih, sebagian besar bahkan setiap orang pasti pernah mengalami kesulitan atau masalah dalam hidupnya. Entah itu berupa masalah ekonomi, kesehatan, bisnis atau bahkan yang berhubungan dengan iman. Dalam menghadapi permasalahan itu tentu setiap orang mempunyai cara yang berbeda untuk menyelesaikannya.
Seperti dalam Injil tadi, Yohanes mengalami keraguan akan semua berita yang telah ia dengar tentang Yesus, karena itu ia mengirim dua orang muridnya untuk bertanya secara langsung: siapakah Yesus itu sebenarnya? Menjawab pertanyaan kedua murid Yohanes itu, Yesus mengutip sabda Tuhan yang telah disampaikan oleh nabi Yesaya tentang tanda-tanda kehadiran Allah: ”Orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta menjadi tahir, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar baik.” Secara sederhana, Yesus telah mengungkapkan bahwa Ia adalah Allah yang telah datang ke dunia. Karena itu, di akhir Injil tadi Yesus bersabda, ”Berbahagialah orang yang tidak menjadi kecewa dan menolakAku."
Satu pesan sederhana yang bisa kita renungkan dari Injil hari ini adalah kesadaran yang besar dari setiap pengikut Kristus. Artinya, suatu kesadaran yang nyata dalam tindakan bahwa yang diikuti dan diimaninya itu adalah benar-benar Allah yang hidup, pernah menjadi manusia dan tinggal bersama kita di dunia ini. Sehingga, bukan sekadar kesadaran iman yang tinggal dalam hati dan pikiran tanpa ada suatu tindakan yang nyata, karena hanya melalui tindakan itulah terungkap semua yang diimaninya.
Jika kita memang benar-benar mengimani Kristus, ketika dihadapkan pada berbagai permasalahan hidup maka hanya Kristuslah satu-satunya jawaban dan solusi yang harus diambilnya. Bukan diri sendiri atau bahkan mencari jawaban dari yang lain. Karena itulah para saudaraku yang terkasih, sebenarnya melalui Injil hari ini kita diajak untuk kembali pada Kristus Tuhan bukan hanya dalam iman tapijuga dalam tindakan nyata. [RP. V.B. Didik Prihartono, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
RABU, 09 DESEMBER 2020
PEKAN ADVEN II
Bacaan I : Yesaya 40:25-31
Bacaan Injil : Matius 11:28-30
MAJU ITU TIDAK MEM-BULLY
penerbit : @penerbit_karmelindo
Menurut National Centre Against Bullying, bullying atau perundungan terjadi ketika terdapat individu atau kelompok dengan power yang lebih kuat secara terus-menerus dan berulang-ulang melukai serta membahayakan orang lain yang lebih lemah dari mereka sehingga tidak mampu melawan. Orang dikondisikan tunduk dan mengakui cap-cap yang dibuat dalam bentuk bullying tersebut. Bullying bisa berupa ejekan, sampai dengan penyiksaan (dipukul, ditendang, dijewer). Itu salah satu bentuk kuk sosial yang dapat merusak hidup orang lain.
Apa itu kuk? Kuk adalah sepotong kayu besar yang biasanya dibentuk sedemikian rupa, untuk ditaruh di bagian pundak hewan. Biasanya satu kuk akan dipasang pada sepasang hewan, dengan kuk tersebut mereka akan menarik beban. Itulah sebabnya Yesus berkata, "Kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Ku pun ringan." Secara manusiawi mustahil manusia mengerjakan hukum Tuhan dengan sempurna, namun di dalam Yesus, melalui karya salib-Nya, hal itu menjadi mungkin. Adalah baik jika setiap orang berbagi perhatian, pikiran positif dan kebaikan yang meringankan beban. Tindakan mengejek, menghina, menyiksa seseorang bukanlah sebuah langkah untuk maju dalam kehidupan bersama. Sebaliknya, tindakan kasih yang kita lakukan kepada sesama adalah sebuah langkah untuk membuat orang lain menjadi lebih baik dalam hidupnya.
Yesus mengingatkan kita untuk mengapresiasi yang baik kepada setiap orang atas bentuk fisik, kepribadian, dan usaha yang mereka lakukan. Dengan demikian kita menciptakan budaya maju yang sehat dan bermartabat.. Kuk dan beban yang kita berikan kepada sesama hendaknya sesuai kemampuannya. Kita tidak lagi hidup dalam kedagingan, tapi hidup di dalam Roh, karena Roh Allah diam di dalam kita, karena kita adalah milik Kristus (Rom 8:9). Hal ini menuntun kita untuk bergerak maju dengan ketaatan yang utuh. Ketaatan itulah yang akan membawa kita pada penggenapan rencana Allah dalam hidup kita. Hidup yang maju itu tanpa mem-bully sesama. Mampukah kita? [RP. Adrianus FeriyantO; O-Carm]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
RABU, 02 DESEMBER 2020
PEKAN ADVEN I
Bacaan I : Yesaya 25:6-10a
Bacaan Injil : Matius 15:29-37
ALLAH YANG PENUH BELAS KASIH
penerbit : @penerbit_karmelindo
Seorang bapak bertanya, ”Romo, kata Romo, Tuhan itu Allah yang penuh belas kasih, tapi mengapa Tuhan tidak mau membuat saya kaya raya seperti para konglomerat?” Lalu romo pun balik bertanya, “Pernahkah Bapak mengalami sakit kemudian sembuh, dan lapar kemudian kenyang?" Bapak itu menjawab, ”Sering, Romo.” Lalu romo berkata, ”Ketahuilah, meskipun tidak kaya raya seperti konglomerat, yang menyembuhkan ketika sakit dan mengenyangkan Bapak ketika lapar adalah Tuhan, Allah yang penuh belas kasih."
Kita juga sering kali bersikap seperti bapak yang disebutkan diatas. Kita lebih fokus untuk memerhatikan hal-hal yang kurang dalam hidup ini, daripada rahmat membahagiakan yang dikaruniakan oleh Tuhan setiap hari. Akibatnya, kita menjadi orang yang jarang bersyukur kepada Tuhan. Hidup selalu dipenuhi oleh keluh kesah dan kemuraman.
Injil berkisah tentang Yesus yang menyembuhkan penyakit dan memberi makan ribuan orang melalui mukjizat. Injil bersaksi bahwa Tuhan Yesus melakukan itu semua karena hatiNya tergerak oleh belas kasih (Mat 15:32). Sesungguhnya, Tuhan juga sering menyelenggarakan mukjizat yang didasari oleh hatiNya yang berbelas kasih. Dalam hidup, Tuhan berkali-kali menyembuhkan kita dari penyakit yang kita derita. Dengan belas kasih-Nya, Tuhan juga selalu memenuhi segala sesuatu yang kita butuhkan, terutama makanan sehari-hari.
Penyakit yang diderita dapat sembuh karena kita pergi ke dokter dan mengonsumsi obat yang baik. Kita juga sering berpikir bahwa kita bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari karena kita telah bekerja dengan keras. Sama sekali tidak terlintas dalam pikiran kita bahwa di balik rahmat itu sesungguhnya ada belas kasih dan campur tangan Tuhan. Oleh karena itu, marilah kita senantiasa bersyukur atas belas kasih Tuhan dalam hidup kita, dan kiranya tidak ada ungkapan syukur yang lebih baik selain berbelas kasih kepada sesama yang menderita sebagaimana Tuhan telah berbelas kasih kepada kita. [RP. Erik Wahju Tjahjana,o.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
0 komentar:
Posting Komentar