KAMIS, 15 JULI 2021
PW SANTO BONAVENTURA, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA
Bacaan I : Keluaran 3:13-20
Bacaan Injil : Matius 11:28-30
"BELAJAR DARI YESUS"
Pada dinding ruang tamu di suatu tempat retret, terdapat sebuah lukisan indah disertai tulisan kalimat berikut, Jika Anda memiliki masalah dalam hidupmu, tetapi Anda mau mengangkat tangan untuk memohon bantuan Tuhan, maka Dia akan turun tangan menolongmu. Sebaliknya, jika Anda turun tangan sendiri dan tidak mau melibatkan Tuhan, maka Tuhan pun akan angkat tangan dari persoalan hidupmu.”
Dalam Injil hari ini, Yesus mengundang semua orang yang letih lesu dan berbeban berat untuk datang kepada-Nya. Undangan ini sekaligus disertai dengan janji bahwa Ia akan memberikan kelegaan kepada mereka. Walaupun demikian, Yesus tidak menghilangkan kuk yang harus dipikul oleh seseorang. Ia justru memasang kuk itu sambil mengajak untuk belajar dari pada-Nya. Dengan menggunakan gambaran tradisional dari hukum Taurat sebagai pikulan kuk (bdk. Sir 51:23-27), Yesus menjanjikan kesegaran dan istirahat dalam sekolah kebijaksanaan-Nya.
Dalam Yesus, kebijaksanaan Allah hadir dan dapat dipelajari. Santo Bonaventura yang kita rayakan peringatannya hari ini, yakin akan hal tersebut. Baginya, belajar berarti berdoa. Ia menulis karya-karya yang sangat mendalam isinya. Ketika ia ditanya dari mana ia mendapatkan kepandaiannya, ia menunjuk Salib Yesus, "Dari Dia! Saya mempelajari Yesus yang disalibkan."
Sebagai Guru yang baik, Yesus tidak hanya mengajar tetapi la sendiri memberikan contoh, memanggul salib di pundak-Nya. Namun salib-Nya membawa keselamatan. Menjadi pengikutNya, tidak berarti secara otomatis kita akan luput dari tantangan. Setiap manusia tidak akan pernah luput dari aneka persoalan dan kesulitan. Namun orang yang sungguh beriman pada janji penyertaan Kristus, akan menanggung semuanya dengan penuh sukacita dan pengharapan.
Penulis : Rm. Hendrikus Dasrimin, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat
KAMIS, 08 JULI 2021
PEKAN BIASA XIV
Bacaan I : Kej 44:18-21.23-29;45:1-5
Bacaan Injil : Mat 10:7-15
"BARANG BAWAAN ANDA BERLEBIH"
Anton Budiman harus menanggung kerugian karena membawa bagasi melebihi yang ditetapkan maskapai penerbangan. Ia tidak diperkenankan terbang kecuali membayar denda kelebihan bagasi atau mengeluarkan dan meninggalkan sebagian barang bawaannya. Ia harus rela meninggalkan sebagian menurut prioritas. Mau tidak mau meskipun berat rasanya, ia membuka kopernya dan mulai mengeluarkan sebagian barangnya.
Hari ini Yesus mengutus para murid pergi, tapi dengan suatu larangan yang sangat tegas. Yesus berkata, “Janganlah kalian membawa emas atau perak atau tembaga dalam ikat pinggangmu. Janganlah kalian membawa bekal dalam perjalanan, janganlah kalian membawa baju dua helai, kasut atau tongkat, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya” (Mat 10:9-10). Yesus sangat tahu apa yang paling perlu dalam perjalanan perutusan para murid. Ia tidak ingin para murid disibukkan dan diganggu oleh barang bawaan atau "bagasi" yang berlebihan itu.
Membatasi berat bagasi, sesungguhnya mengajar penumpang untuk selektif dalam membawa barang ketika dalam suatu perjalanan. Demikian halnya larangan Yesus kepada murid-Nya hari ini, menegaskan agar kita membawa yang kita perlukan saja. Kita diajar untuk tidak menjadi rakus, tidak menjadi tamak, juga agar kita tidak kehilangan fokus utama kita, yakni melayani Tuhan. Sudah barang tentu, semakin banyak barang bawaan kita, semakin banyak “bagasi”, semakin kita disibukkan olehnya.
Mari, kita belajar menyeleksi apa yang perlu untuk tugas perutusan kita masing-masing. Kita memiliki atau membawa yang memang benar-benar kita butuhkan, bukan benar-benar kita inginkan. Di sinilah seorang kristiani diuji untuk membedakan antara keinginannya dan kebutuhannya. Agar dengan demikian, kita tidak terhalang oleh banyaknya hal-hal yang tidak perlu yang justru menjadi beban bagi perjalanan dan perutusan kita.
Penulis : Rm. Kardiaman Simbolon, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat
KAMIS, 01 Juli 2021
PEKAN BIASA XIII
Bacaan I : Kej 22:1-19
Bacaan Injil : Mat 9:1-8
"DALAM YESUS ADA KESEMPURNAAN"
Pusat kebugaran, tempat perawatan wajah, dan rumah sakit tidak pernah sepi. Kenyataan tersebut menunjukkan bahwa kesehatan fisik-ragawi sangat penting. Orang rela menghabiskan ratusan juta untuk kesehatan fisik. Tetapi, bagaimana dengan kesehatan jiwa? Kiranya tidak sedikit orang yang mengabaikan kesehatan jiwa. Padahal untuk kesehatan jiwa biasanya tidak memerlukan biaya banyak. Perayaan Sakramen Tobat tidak memerlukan biaya. Apa gunanya orang memiliki raga yang sehat tetapi jiwanya cacat, berdosa?
Dalam warta hari ini, Yesus berbeda pandangan dengan kebanyakan orang. Ketika seorang lumpuh dibawa kepada-Nya, yang pertama kali dilakukan adalah menyembuhkan jiwanya, "Percayalah, anak-Ku, dosamu sudah diampuni" (Mat 9:2). Tindakan tersebut memancing emosi ahli Taurat karena dianggap menghujat Allah.
Kepada para ahli Taurat, Yesus bertanya, "Mengapa kalian memikirkan hal-hal yang jahat dalam hatimu?” (Mat 9:4). Hati yang jahat adalah hati yang sakit. Karenanya, Yesus bukan hanya menyembuhkan orang yang lumpuh fisiknya, melainkan juga ahli Taurat yang lumpuh hatinya, jiwanya, batinnya.
Secara manusiawi mengatakan, “Dosamu sudah diampuni” lebih mudah dan tidak berisiko. Sementara mengatakan, “Bangunlah dan berjalanlah” mengandung risiko yang sangat besar. Karena jika orang lumpuh itu tetap tidak bangun apalagi berjalan, orang yang mengatakan, “Bangunlah dan berjalanlah” akan dicaci maki. Sedangkan secara rohani mengatakan, “Dosamu sudah diampuni” lebih sulit. Banyak nabi dan orang biasa yang dapat menyembuhkan penyakit fisik. Akan tetapi, tak seorang pun bisa menyembuhkan cacat rohani, mengampuni dosa. Yesus mampu melakukan keduanya, sebagaimana difirmankan, “Tetapi supaya kalian tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa” (Mat 9:6). Ia juga menyembuhkan fisik orang lumpuh, “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu, dan pulanglah ke rumahmu!” (Mat 9:6). Percayalah, dalam Yesus ada
kesempurnaan.
Penulis : Rm. Hugo Susdiyanto, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
KAMIS, 24 JUNI 2021
HARI RAYA KELAHIRAN SANTO YOHANES PEMBAPTIS
Bacaan I : Yesaya 49:1-6
Bacaan Injil : Lukas 1:57-66.80
" AKU BUKAN SIAPA-SIAPA"
Kerendahan hati dan kesederhanaan semakin mahal dan langka di zaman ini. Banyak orang berpacu untuk meraih kekuasaan, kemewahan, dan kehebatan. Segala daya upaya dilakukan untuk memperolehnya. Bukan hanya orang awam, tidak sedikit para pemimpin agama atau Gereja pun sibuk mencari hal tersebut. Akibatnya, pewartaan bisa berubah menjadi alat untuk mencari nama baik, pamor, pujian, dan kemegahan diri sendiri.
Hari ini Gereja merayakan Hari Raya Kelahiran Santo Yohanes Pembaptis. Yohanes Pembaptis hadir sebagai pribadi yang rendah hati. Ia sadar akan peranannya sebagai nabi yang mempersiapkan jalan bagi kedatangan Tuhan. Maka ia berseru, "Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api” (Mat 3:11). Baginya, Yesus adalah segalanya, sedangkan dirinya bukanlah siapa-siapa, hanyalah pembuka jalan saja.
Yohanes Pembaptis sungguh mengakui kekecilannya. Baginya, hidup hanyalah untuk Kristus dan memberi diri bagi keselamatan manusia. Kebahagiaan sejatinya adalah bahagia di dalam Allah dan menghadirkan Allah bagi sesama.
Semangat Yohanes Pembaptis ini sudah ditanamkan oleh Zakharia dan Elisabet. Zakharia dan Elisabet yang hidup penuh iman, akhirnya dikaruniai anak oleh Allah pada masa tua mereka. Iman ini kemudian dihidupi oleh Yohanes. Iman yang kuat akan rencana Allah mendorong Yohanes untuk tekun menyambut kedatangan Yesus dengan penuh pengharapan dan sukacita.
Kerendahan hati adalah sikap membiarkan Allah semakin besar, dan kita semakin kecil. Sebagaimana Yohanes Pembaptis sadar akan kekecilannya di hadirat Tuhan, semoga kita pun tidak sombong, tidak merasa diri hebat, dan tidak mencari kemegahan diri. Marilah kita bersikap rendah hati di hadapan Tuhan dan sesama. Kebahagiaan dan ketenteraman batin akan tercipta dari kesederhanaan dan kerelaan untuk berbagi. Tuhan memberkati.
Penulis : Rm. Nolaskus Harsantyoko, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
KAMIS, 17 JUNI 2021
PEKAN BIASA XI
Bacaan I : 2Korintus 11:1-11
Bacaan Injil : Matius 6:7-15
"CARA BERDOA"
Bagi kita, berdoa barangkali merupakan salah satu kegiatan yang sangat akrab, karena hampir setiap hari kita melakukannya. Doa menjadi salah satu bagian penting dalam hidup beriman. Doa merupakan salah satu cara mengungkapkan iman kepada Allah. Atau dengan kata lain, doa menunjukkan relasi atau hubungan kita manusia yang terbatas dengan Allah Bapa kita yang tidak terbatas.
Kesadaran akan keterbatasan kita sebagai manusia mengantar kita pada Tuhan. Di sanalah doa itu mendapat maknanya. Kita yang terbatas bersikap sadar bahwa hanya melalui perjumpaan dengan Tuhan melalui doa, kita akan dicukupkan dalam hidup. Santa Teresa dari Avila menyebutkan bahwa doa sebagai suatu percakapan dengan seorang sahabat yang sungguh mencintai kita. Doa bisa dilihat sebagai ungkapan cinta antara kita manusia dengan Sang Sahabat, yaitu Allah yang sungguh mencintai kita.
Penginjil Matius hari ini, tidak hanya mengajarkan apa isi doa kita kepada Allah, tetapi ia juga mengajarkan bagaimana seharusnya kita berdoa. Doa Bapa Kami yang selalu kita doakan setiap hari merupakan isi doa yang diajarkan Yesus. Tetapi bukan hanya itu saja, satu ajakan penting yang juga disampaikan Yesus adalah hendaknya doa kita tidak bertele-tele. Ajakan untuk berdoa secara singkat atau tidak bertele-tele didasarkan atas kesadaran bahwa Allah, Sang Bapa yang merupakan tujuan dari doa kita sudah mengetahui apa yang kita butuhkan dalam hidup kita setiap hari. Oleh karena itu, yang la kehendaki adalah keterarahan hati kita sepenuhnya kepada-Nya, bukan pada keindahan kata yang mau kita rangkaikan untuk Allah. Kita tidak perlu merangkai keindahan di hadapan Allah yang merupakan keindahan yang sempurna. Di hadapan-Nya, yang dibutuhkan dari kita adalah kemurnian dan keikhlasan hati untuk berani datang kepada Bapa, sumber dan tujuan kebaikan kita.
Marilah kita memaknai doa-doa dalam kehidupan kita setiap hari dengan cara yang sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Yesus sendiri
Penulis :Rm. Ferdinandus Tay, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
Kamis, 10 Juni 2021
TIGA DOSA BESAR
Mat 5: 20-26
Tingkatan dosa bukanlah hitungan matematis. Hanya sebagai pengingat betapa dalamnya tingkat kebencian. Yang muncul dari dalam hati kita.
Inilah yang tampak dalam Injil hari ini. Ketiga dosa ini adalah MARAH pada level pertama, KAFIR atau raqa pada level dua, dan JAHIL atau fool pada level ketiga. Betapa marah itu amat dalam dosanya. Ini benar-benar muncul dari dalam hati kita. Menjadi dosa besar karena itu mengarah pada yang lain. KAFIR menjadi dosa besar berikutnya karena itu menempatkan yang lain pada level terendah. Mengubah posisi dari setara ke inferior ini tentu amat tidak baik. Ini selevel ke bawah dari dosa marah tadi. Pada level berikutnya JAHIL ada indikasi yang lebih keras dari kafir. Ini menganggap orang lain kehilangan jiwa atau kehilangan kesadaran moral. Anggapan ini tentu membahayakan orang lain.
Ketiga dosa ini tentu merusak kebaikan hidup bersama. Sabda Yesus hadir untuk menyadarkan kita. Bahwa pengajaran yang bersifat baru ini bukan untuk kebaikan orang lain. Tetapi pertama-tama untuk kebaikan diri kita sendiri. Marah misalnya amat kuat melekat dalam diri kita. Kadang-kadang kita menggunakan dalil wajar secara emosional untuk membenarkannya. Meski itu membahayakan, sikap ini menempatkan rasa marah sebagai sesuatu yang bukan dosa.
Setiap kita pasti pernah, sedang, dan bahkan akan marah. Kita punya kecenderungan ini. Karena itu melekat dalam diri kita. Agar jadi pribadi yang baik, kita perlu menghilangkannya. Yesus menawarkan ajaran baru ini untuk tujuan ini. Yesus ingin membebaskan kita dari belenggu dosa amarah. Maukah kita bebas dari kelekatan sikap marah ini?
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
@gordi_sxid
KAMIS, 03 JUNI 2021
PW SANTO KAROLUS LWANGA, DKK, MARTIR
Bacaan I : Tobit 6:10-11;7:1.6.8-13;8:1:5-9
Bacaan Injil : Markus 12:28b-34
"SEMAKIN ILAHI DAN MANUSIAWI"
Setiap orang ingin menjadi pribadi yang luar biasa di alam semesta ini. Kita ingin menjadi pribadi yang saleh dan menyenangkan hati Tuhan. Kita juga Ingin menjadi pribadi yang menyenangkan dan berguna bagi orang-orang di sekitar kita. Intinya, kita mau menjadi alat yang berguna di tangan Tuhan dan berkat bagi segenap ciptaan. Apa yang harus kita lakukan untuk mencapai itu? Mengasihi Tuhan, sesama, dan ciptaan.
Kasih adalah kualitas utama dari manusia. Ini adalah keistimewaan, keunikan, dan kekayaan kita. Karena itu, mengandung kebenaran jika dikatakan, “Kita bisa membeli jam, tetapi tidak bisa membeli waktu. Kita bisa membeli tempat tidur, tetapi tidak bisa membeli tidur yang nyenyak. Kita bisa membeli makanan, tetapi tidak bisa membeli sehat, kita bisa mempunyai banyak asuransi, tetapi tidak menjamin keselamatan. Tetapi dengan memiliki kasih dan Allah, kita bisa merasakan semuanya itu dengan berkelimpahan.” Allah adalah kasih dan mengasihi adalah hukum utama. Ketika kita mengasihi Allah dengan setulus jiwa dan raga, kualitas Allah hadir nyata dalam diri kita. Ketika kita mengasihi sesama dan ciptaan dengan kasih Allah, Kerajaan Surga terlihat nyata di bumi ini.
Tidak ada suatu kebaikan apa pun yang lebih indah dan mulia daripada mengasihi. Mengasihi musuh, perbedaan, orang asing, dan ketidaksempurnaan membuat kita semakin ilahi dan manusiawi. Mengasihi berarti menerima keunggulan, mengampuni kesalahan, menopang yang lemah, merangkul yang terasing, menuntun yang lemah, merobohkan tembok pemisah, dan membangun jembatan menuju kemanusiaan yang lebih beradab dan ber-Tuhan.
Saudaraku, indah sekali perkataan Yesus ini, “Engkau tidak jauh dari Kerajaan Allah.” Jadikanlah dunia ini kerajaan kasih. Dunia adalah tempat terindah untuk mengasihi. Sesama adalah saudara kita berbagi kasih. Jangan sampai melewatkan kesempatan Anda di bumi ini dan jangan mengabaikan sesamamu untuk berbagi kasih.
Penerbit :Rm. Kartolo Malau, O.Carm
Penerbit :@penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalemπ
KAMIS, 27 MEI 2021
PEKAN BIASA VIII
Bacaan I : Sirakh 42:15-25
Bacaan Injil : Markus 10:46-52
"IMAM YANG MENYELAMATKAN"
Anda sehat jasmani dan rohani. Bersyukurlah pada Tuhan! Hari ini kita mendengar Injil tentang Bartimeus, seorang pengemis yang buta jasmani sejak lahir. Hidupnya sangat bergantung pada belas kasih orang lain. Namun ia mempunyai telinga yang mampu mendengar segala yang baik. Buta jasmani tidak menghalanginya menerima kabar gembira tentang Yesus Kristus. Ia mengandalkan indra pendengarannya untuk mengenal Yesus dari semua yang dibicarakan orang tentang Yesus. Dengan telinganya sendiri pula Ia mendengar kata-kata Yesus.
Dialog antara Bartimeus dengan Yesus sangat menarik. Bartimeus berseru, “Yesus, Anak Daud, kasihanilah aku!” Ia memanggil Yesus lengkap dengan identitas pribadi yang jelas sebagai Anak Daud. Ia pasti bukan pertama kali mendengar kabar berita tentang Yesus, Anak Daud.
Perjumpaan itu berpuncak pada pertanyaan Yesus, “Apa yang kau kehendaki supaya Aku perbuat bagimu?” Pertanyaan Yesus menimbulkan harapan baru dalam diri Bartimeus. Sebuah kerinduan dan penantian yang panjang. Apa yang kau kehendaki, apa yang kau rindukan, apa yang kau inginkan. "Rabuni, supaya aku dapat melihat!” Itulah jawaban Bartimeus, orang buta itu. Ia sangat yakin Yesus memberikan kesembuhan.
Melihat. Inilah kerinduan, impian, harapan, cita-cita paling dalam dari Bartimeus. Ia melihat bukan hanya dengan mata jasmani. Ia menemukan keselamatan berkat keyakinan yang teguh, harapan yang kuat, dan perhatiannya pada Yesus Anak Daud. Berapa banyak di antara kita yang sungguh punya kerinduan seperti Bartimeus?
“Pergilah, imanmu telah menyelamatkan engkau!” Bartimeus pun sembuh sesuai dengan sabda Yesus. Yesus melihat kesungguhan batin Bartimeus dan Bartimeus pun mendapatkan kelegaan dari Yesus, berkat kepercayaannya. Sikap percaya Bartimeus membawa pembaruan pada hidupnya. Semoga hidup kita juga berubah dan selalu dibarui seperti
Bartimeus karena melaksanakan iman kepada Yesus.
Penulis : Rm. Albertus Medyanto, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid
KAMIS, 20 MEI 2021
PEKAN VII PASKAH
Bacaan I : Kis 22:30;23:6-11
Bacaan Injil : Yoh 17:20-26
"PERSATUAN DENGAN ALLAH"
Hewan lembu mempunyai peranan penting dalam kehidupan masyarakat Yahudi. Di dalam kitab suci kita sering menjumpainya sebagai salah satu hewan yang digunakan untuk kurban persembahan kepada Allah. Perjanjian Lama melukiskan bagaimana orang-orang Yahudi menggunakan lembu jantan sebagai korban penyatuan kembali hubungan manusia dengan Allah.
Banyak orang berusaha menggambarkan kesatuan Allah Tritunggal. Ada yang berusaha memberi penjelasan melalui campuran benda-benda tertentu. Ada juga yang mengungkapkan dengan contoh-contoh yang menarik. Semua ini rupanya belum mampu secara tuntas membuat orang dapat memahami rahasia besar Allah. Kesatuan Allah Bapa dengan Allah Putra tetap menjadi satu rahasia yang hanya dapat dipahami dengan sikap iman yang terbuka akan kuasa Roh Kudus.
Yesus dalam pewartaan-Nya hari ini mengajak kita untuk bersama-sama mengenal Allah Bapa secara lebih dekat. Upaya untuk menjadi dekat dengan Allah Bapa itu dapat dilakukan dengan salah satu cara sederhana, yaitu doa. Cara Yesus sendiri yang berdoa kepada Bapa-Nya memberi harapan baru kepada kita. Harapan yang meneguhkan jaminan kehidupan kekal sebagaimana dijanjikan Allah kepada kita. Kita sebagai umat beriman percaya bahwa Allah telah “melayakkan” kita anakanak-Nya melalui sakramen pembaptisan yang kita terima.
Injil hari ini ingin menegaskan kepada kita arti kesatuan di mana Yesus mengharapkan kerukunan dan persatuan antara kita sebagai umat beriman. Gambaran persatuan antara Dia sendiri dengan Bapa-Nya menjadi nyata ketika kita mau menghayatinya dengan sikap iman yang teguh. Yesus mengajak kita sebagai umat beriman agar tetap menjaga semangat kesatuan yang telah Ia ajarkan kepada kita. Maka, marilah kita berdoa kepada Allah Bapa agar Roh Kudus berkenan menunjukkan kita rahasia besar ini. Agar setiap dari kita memiliki semangat yang sama untuk saling menjaga persatuan antara satu dengan yang lain.
Penulis :Rm. Tri Prasetyo, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid
KAMIS, 13 MEI 2021
HARI RAYA KENAIKAN TUHAN
Bacaan I : Kis 1:1-11
Bacaan Injil : Mark 16:15-20
"PERPISAHAN YANG MENDEWASAKAN"
Perpisahan dengan orang yang kita kasihi pasti akan mendatangkan perasaan sedih di hati kita. Demikian pula halnya dengan para rasul, mereka tentu sangat bersedih ketika harus berpisah dengan guru mereka yang naik ke surga. Rasa sedih tidak hanya muncul akibat perpisahan secara fisik, tetapi juga karena pikiran akan masa depan yang akan mereka hadapi. Menghadapi masa depan tanpa kehadiran Sang Guru memunculkan rasa takut, khawatir, cemas, dan gelisah di dalam hati para rasul. Namun demikian, bila Yesus tidak meninggalkan mereka, maka para rasul pun tidak akan mulai belajar untuk lebih dewasa dan matang dalam hidup rohani. Padahal, tugas pewartaan Injil harus segera dijalankan dan itu membutuhkan hidup rohani yang matang dan dewasa. Maka, peristiwa Kenaikan Tuhan Yesus Kristus ke surga seharusnya ditanggapi oleh para rasul dengan hati yang penuh syukur dan sukacita.
Setelah Tuhan Yesus naik ke surga, terbukti bahwa kasih dan perhatian-Nya kepada para rasul tidaklah pernah berhenti. Tuhan Yesus tahu bahwa pewartaan Injil bukanlah sebuah tugas yang mudah. Maka Ia pun mengutus Roh Kudus untuk menerangi dan menguatkan hati para rasul agar mampu mewartakan Injil dengan penuh keberanian dan kepercayaan diri (bdk. Kis 2:113). Peristiwa itulah yang disebut dengan Pentakosta.
Dalam kehidupan tidak jarang kita merasa ditinggalkan oleh Tuhan. Ketika kita mengalami berbagai pengalaman pahit dalam kehidupan ini, kita merasa Tuhan tidak hadir untuk menolong kita. Kita merasa Tuhan membiarkan kita menderita sendirian. Benarkah perasaan kita itu? Boleh jadi, terkadang Tuhan memang sejenak menjaga jarak dengan kita. Tetapi, seperti pengalaman para rasul “kepergian” sejenak Tuhan dari hadapan kita sering kali memang perlu agar hidup rohani kita menjadi lebih matang dan dewasa, Dan seperti juga pengalaman para rasul dalam peristiwa Pentakosta.
Penulis : Rm. Erik Wahju Tjahjana, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Selamat Hari Raya Kenaikan Tuhan. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid
#harirayakenaikan
KAMIS, 06 MEI 2021
PEKAN V PASKAH
Bacaan I : Kis 15:7-21
Bacaan Injil : Yoh 15:9-11
"TINGGAL DALAM KASIH TUHAN"
Kasih bagaikan bahan bakar dalam hidup manusia. Orang yang memiliki kasih akan memikii kehidupan yang optimis dan gembira, serta memancarkannya kepada orang-orang di sekitarnya. Sebaliknya, kurangnya pengalaman kasih dalam diri seseorang sering kali menghambat pertumbuhan dalam berbagai aspek kehidupan seseorang.
Kita memiliki pengalaman kasih yang selalu belum penuh. Berbagai pengalaman seperti kerapuhan manusiawi, egois, perselisihan dengan sesama, membuat pengalaman kasih itu sering kali menjadi samar-samar kita yakini dan alami. Hari ini Yesus mengundang kita semua untuk tinggal dalam kasih-Nya. Dia tahu bahwa kasih manusia itu penuh kekurangan dan sering kali egois (mengasihi supaya dikasihi). Karena itu, Dia memanggil kita kepada kasih-Nya, karena hanya kasih Tuhanlah yang sempurna, yang bisa menjadi model bagi kita semua.
Tinggal dalam kasih Yesus berarti: Pertama, kita meyakini bahwa kita ini sungguh dikasihi Tuhan. Kalau kita ragu-ragu, maka kita akan sulit untuk mengalami dan merasakannya. Keyakinan bahwa “Tuhan begitu mengasihi saya” menjadi bahan bakar yang tidak pernah habis nantinya. Keyakinan bahwa saya dikasihi Tuhan ini akan melahirkan keyakinan baru yaitu bahwa hidup saya sungguh berharga.
Kedua, keyakinan bahwa saya sungguh dikasihi Tuhan akan membuat kita menjadi orang yang bersukacita, seperti dikatakan Yesus, Kita bersukacita karena merasa sungguh berharga di mata Tuhan. Hal ini membuat kita menjadi orang yang semakin bergembira dalam hidup, menjadi semakin percaya diri, penuh Optimisme dan harapan serta menyebarkan hal-hal positif dan penuh berkat kepada sesama di sekitar kita.
Kalau hidup kita dipenuhi keyakinan dan pengalaman akan kasih Ini, kita akan menjadi orang yang tidak mudah goyah di tengah berbagai peristiwa dan pengalaman hidup yang menyakitkan sekalipun. Pengalaman kasih itu akan menjadi seperti minyak bagi pelita yang membuatnya tetap menyala dan bercanaya.
Penulis : Rm. Lamtarida Simbolon, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandaktolik
KAMIS, 29 APRIL 2021
PW SANTA KATARINA DARI SIENA, PERAWAN DAN PUJANGGA GEREJA
Bacaan I : Kis 13:13-25
Bacaan Injil : Yoh 13:16-20
"MENJADI DUTA DAMAI"
Kampanye Perdamaian untuk menghadapi radikalisme di Indonesia.” Demikianlah tugas lima perempuan Lamongan yang terpilih menjadi duta perdamaian (Girl Ambassador for Peace) dalam acara pertemuan bilateral di Jakarta (11-12 Januari 2018). Radikalisme dan terorisme menjadi ancaman yang harus diwaspadai. Para duta ini selanjutnya akan menyusun strategi mengikis kekerasan dan terorisme bersama dengan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Komnas Perempuan dan The Global Network for Woman Peacebuilder (GNWP).
Hari ini, Gereja memperingati tokoh perempuan luar biasa, yaitu Santa Katarina dari Siena. Dia bukan seorang biarawati, melainkan seorang awam yang saleh serta menghidupi semangat puasa dan askese keras. Perutusannya diawali setelah mengalami persatuan mistik dengan Yesus, di usia 23 tahun. Dengan berani dan penuh semangat, dia menulis surat kepada para raja, ratu dan pemimpin Gereja di Italia yang sering berkonflik. Dia juga menulis surat kepada Paus supaya meninggalkan Avignon dan memindahkan kepausan ke Roma. Bagi Katarina, hidup damai adalah hidup bersama orang lain dengan penuh cinta, saling menerima, memberi pengampunan. Usahanya membuahkan perdamaian dari para raja dan pemimpin Gereja.
Katarina dipilih untuk menjadi utusan, “Aku tahu siapa yang telah Kupilih. Aku berkata kepadamu, “Sesungguhnya barangsiapa menerima orang yang Kuutus, Ia menerima Aku, dan barangsiapa menerima Aku, menerima Dia yang mengutus Aku.” Demikian pula, Paulus. Dengan berani dan penuh sukacita, ja mewartakan Kristus kepada orang-orang Antiokhia (Kis 13:48). Mereka semua bersukacita setelah mendengarkan pewartaan Paulus. Itulah sukacita yang dijanjikan Tuhan.
Penulis :Rm. Alexander Teguh, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandaktolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat
KAMIS, 22 APRIL 2021
PEKAN III PASKAH
Bacaan I : Kis 8:26-40
Bacaan Injil : Yoh 6:44-51
"DIPILIH ALLAH"
Mengapa kita menjadi pengikut Yesus? Mungkin salah satu jawaban yang paling umum, terutama mereka yang dibaptis sejak kecil adalah karena "nasib" Maksudnya, kareng saya dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua yang percaya kepada Yesus Kristus, maka saya dengan sendirinya menjadi orang yang percaya juga kepada Yesus Kristus. Mungkin jawaban itu jika dilihat sudut pandang sosiologi atau budaya bisa jadi benar, karena sekitar kita akan membentuk dan mengarahkan cara hidup kita termasuk juga dalam hal meyakini suatu agama. Oleh karena itu, beberapa waktu lalu sempat beredar tulisan yang menjadi kesukaan banyak orang bahwa tidak seorang pun bisa memilih lahir menjadi suku jawa, batak atau, tionghoa: memilih jadi Kristen, Islam, atau Hindu. Tetapi, benarkah demikian bahwa menjadi pengikut Yesus adalah melulu karena kebetulan orang tua yang membesarkan kita percaya kepada Kristus?
Dalam Injil hari Ini Yesus bersabda, “Tidak seorang pun dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku” (Yoh 6:44). Sabda ini menjadi penting dan menjadi dasar kepastian bagi kita mengapa kita menjadi pengikut Yesus. Kita menjadi pengikut Yesus bukanlah suatu nasib atau takdir, tetapi memang dikehendaki oleh Allah sendiri. Orang tua atau siapa saja yang menjadi penghantar dan akhirnya menjadikan kita pengikut Yesus adalah sarana yang dipakai oleh Allah agar kita bisa mengenal dan kemudian menjadi pengikut Yesus. Tidak ada kebetulan menjadi pengikut Yesus. Yang ada adalah kepastian bahwa Allah memang menghendaki-Nya. Inilah rahmat yang diberikan Allah kepada kita.
Keputusan Allah menarik kita untuk percaya kepada Yesus tentulah memiliki tujuan. Yang pasti tujuan itu adalah agar hidup kita sungguh menjadi hidup yang berkelimpahan, hidup yang melahirkan sukacita dalam diri sendiri dan juga bagi orang lain (bdk. Yoh 10:10). Inilah tantangan sesungguhnya bagi kita yang sudah dipilih Allah. Bersediakah kita hidup sebagai orang-orang terpilih?
Penulis : Rm. Krispinus Ginting, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS, 15 APRIL 2021
PEKAN II PASKAH
Bacaan I : Kis :5:27-33
Bacaan Injil : Yoh 3:31-36
"RENDAH HATI"
"Saya alumni dari sekolah A. Sekolah kami fasilitasnya lengkap, guru-gurunya hebat.” “Sekolah kami banyak mendapat penghargaan, akreditasi A.” Kalimat seperti ini sering kali dilontarkan oleh para siswa, yang sebenarnya hanya ingin mengungkapkan kebanggaan pada almamater dan para guru mereka. Lebih seru lagi jika hadir pihak kedua di mana mereka saling membandingkan satu dengan lainnya. Masing-masing akan mengunggulkan sekolahnya dan pada saat yang sama berusaha membeberkan kekurangan pihak lawan.
Hal yang hampir sama, kurang lebih ditemukan juga pada zaman Yesus. Konteks pengajaran Yohanes dalam Injil hari ini adalah ketika berhadapan dengan para muridnya yang bertanya tentang seorang tokoh lain, yang menurut informasi, sama besar dengan guru mereka. Dalam masyarakat umum pada waktu itu, setiap guru mempunyai pengikut. Yohanes mempunyai murid, demikian juga dengan Yesus. Maka menjadi hal yang lumrah jika ada sedikit perdebatan di antara para murid. Ketidakpuasan ini muncul dalam diri para murid Yohanes, sehingga mereka menyampaikan hal itu kepada guru mereka.
Kesempatan ini digunakan Yohanes untuk mengajarkan tentang Mesias. Yohanes memberi distingsi yang tajam, antara gagasan bawah dan atas, terang dan gelap, percaya dan tidak percaya, dan semua berpusat pada pribadi Kristus yang datang sebagai utusan Allah dan memberi kesaksian tentang apa yang telah Ia lihat.
Yohanes dengan rendah hati menyampaikan hal itu kepada para muridnya. Ia dengan jujur mewartakan kebenaran. Ia tidak menyatakan dirinya sebagai yang paling hebat supaya mendapat banyak pengikut. Ia tahu dan sadar tentang siapa dirinya. Ia rela merendahkan diri, lalu mengarahkan dirinya sendiri dan para muridnya untuk percaya pada Yesus. Dari Yohanes, kita belajar untuk berani mengakui kekurangan pribadi dan dengan rendah hati mengakui kelebihan orang lain. Bersama Yohanes, mari berjuang menjadi saksi kebenaran dan mengarahkan hati dan iman pada Yesus.
Penulis :Rm. Hendrikus Dasrimin, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS, 08 APRIL 2021
HARI KAMIS DALAM OKTAF PASKAH
Bacaan I : Kis Para Rasul 3:11-26
Bacaan Injil : Lukas 24:35-48
"MENJADI SAKSI KEBANGKITAN"
Peristiwa kebangkitan Yesus terjadi secara tersembunyi dan sangat rahasia. Kitab suci juga tidak menceritakan bagaimana persisnya peristiwa kebangkitan itu terjadi. Yang kita tahu bahwa sesudah kebangkitan Yesus menampakkan Diri kepada Maria Magdalena dan juga kepada semua murid dalam beberapa kesempatan.
Yesus menampakkan Diri kepada dua orang murid dalam perjalanan ke Emaus. Sesudah itu Ia juga menampakkan Diri kepada semua murid, saat mereka berkumpul dan membicarakan tentang peristiwa Emaus. Pada waktu itu Yesus mengingatkan muridnya akan nubuat ini, “Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga. Dan kamu adalah saksi dari semuanya ini" (bdk. Luk 24:35-48). Yesus menegaskan bahwa para murid adalah saksi dari kebangkitan-Nya.
Kita sebagai murid Tuhan Yesus sekarang ini juga dipanggil untuk menjadi saksi kebangkitan-Nya. Kita dan para rasul samasama juga tidak melihat persis peristiwa kebangkitan. Meskipun tidak melihat peristiwa itu secara langsung, namun kita diminta menjadi saksi. Bagaimana kita memberi kesaksian tentang kebangkitan Yesus? Kesaksian apa yang bisa kita berikan tentang kebangkitan Tuhan sementara kita bukanlah saksi mata?
Kita harus mengalami, melihat dan meyakini dengan jelas bukti kebangkitan Yesus dalam hidup kita. Kebangkitan Yesus tidak hanya bisa disaksikan dan dilihat pada peristiwa dua ribu tahun silam, tapi saat ini dalam pengalaman hidup kita secara nyata. Apakah kita mengalami dan merasakan bahwa Yesus hidup? Sungguhkah kita rasakan karya-Nya dalam hidup kita? Itulah bukti dari kebangkitan kalau kita menemukannya dalam hidup.
Jangan sampai kita hanya menjadi saksi-saksi palsu, yang memberi kesaksian tentang Yesus tanpa melihat secara nyata kebangkitan itu dalam hidup kita. Kita mestinya melihat peristiwa kebangkitan itu dalam hidup kita, mengalaminya secara nyata, barulah kita menjadi saksi.
Penulis :Rm. Kardiaman Simbolon, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat
KAMIS, 01 APRIL 2021
KAMIS PUTIH
Bacaan I : Keluaran 12:1-8.11-14
Bacaan Injil : Yohanes 13:1-15
"IDENTITAS KRISTIANI"
Kita tentu mengenal peribahasa, "lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya”, artinya tiap-tiap negeri atau bangsa berlainan adat kebiasaannya. Dalam budaya Jawa, sungkem dilakukan oleh orang yang lebih muda kepada orang yang lebih tua, misalnya anak kepada orang tua, dan tidak pernah terjadi sebaliknya. Dalam budaya Yahudi, membasuh kaki dilakukan oleh hamba bagi orang terhormat, dan tidak terjadi sebaliknya. Itulah sebabnya, ketika Tuhan Yesus mau membasuh kaki para rasul, Petrus menolak dengan keras (Yoh 13:8). Karenanya, Tuhan Yesus memberikan pemahaman kepadanya, "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak akan mendapat bagian bersama Aku" (Yoh 13:8).
Dengan tindakan membasuh kaki para rasul, Tuhan Yesus mau mengajarkan jati diri seorang murid, yakni mengasihi. Seseorang layak menyebut diri sebagai murid Kristus, jika ia mengasihi. Kasih-mengasihi harus mewujud dalam tindakan, perbuatan, sebagaimana ditegaskan-Nya, “Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan. Nah, jikalau Aku, Tuhan dan Gurumu, membasuh kakimu, maka kamu pun wajib saling membasuh kaki. Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepadamu, supaya kamu juga berbuat seperti yang telah Kuperbuat padamu” (Yoh 13:13-15).
Apa yang telah diteladankan Tuhan Yesus inilah kiranya yang menjadi identitas, jati diri setiap orang yang mengaku sebagai pengikut Kristus. Inilah kiranya Gereja, yakni kumpulan orang-orang yang hidup berbekal apa yang diteladankan Tuhan Yesus. Inilah wujud Gereja yang paling rohani, paling spiritual.
Gereja yang memiliki wujud spiritual masih harus berjuang di dunia, wilayah yang dikuasai kekuatan jahat, kekuatan gelap. Kekuatan-kekuatan tersebut kemungkinan memengaruhi anggota Gereja. Dalam konteks inilah Tuhan Yesus mengingatkan, “tidak semua kamu bersih” (Yoh 13:11).
Penulis : Rm. Hugo Susdiyanto, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #BerandaKatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #kamisputih #renunganharianberkat
KAMIS, 25 MARET 2021
HARI RAYA KABAR SUKACITA
Bacaan I : Yesaya 7:10-14;8:10b
Bacaan Injil : Lukas 1:26-38
"MEMILIH BERSUKACITA"
Siapa yang tidak suka dunia yang damai dan penuh sukacita? Dunia yang penuh rasa persaudaraan dan mengesampingkan rasa individualistis, itulah yang diinginkan Paus Fransiskus dalam ensiklik Fratelli Tutti. Pesan senada terungkap dalam Hari Raya Kabar Sukacita yang kita rayakan. Suatu kabar yang membawa sukacita, kedamaian dan kegembiraan bagi seluruh umat manusia. Kabar yang berawal dari sapaan Malaikat Gabriel kepada Maria, “Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau,” ini menjadi sarana pemenuhan janji Allah kepada bangsa Israel yang disampaikan oleh para nabi pada masa lampau. Janji untuk memberikan raja damai yang kerajaannya tidak akan pernah berkesudahan.
Undangan dari Allah pada Maria menjadi sebuah keputusan yang mengubah dunia yang terluka karena dosa menjadi penuh sukacita. Kegembiraan yang pernah dirasakan di Taman Firdaus dan hilang karena ketidaktaatan manusia dapat dirasakan kembali. Inilah teladan hidup beriman yang ditunjukkan Bunda Maria kepada sekalian umat dari zaman ke zaman. Teladan iman Ini nyata dalam hidup sehari-hari. Meski zaman telah berubah dan generasi telah berbeda namun kasih Allah tetap nyata dalam hidup orang beriman. Inilah yang menjadi tugas kita sebagai umat beriman untuk menemukan kasih itu dalam kehidupan nyata bukan hanya dalam buku atau kisah orang orang kudus, tapi dalam kehidupan kita sehari-hari.
Dalam hidup sehari-hari, kita sadar bahwa kita dipanggil Untuk bersukacita. Kita pun tahu dari khotbah atau bacaan tohani bahwa Tuhan menjanjikan hidup bahagia. Namun, tidak Semua dari kita memilih untuk menjadi gembira. Kita lebih cinta dengan beban hidup dan pikiran-pikiran kita sendiri. Kita Membuat banyak “keruwetan” yang sebenarnya tidak perlu.Kita tidak seberani Maria yang mengambil keputusan untuk mengubah dunia supaya bersukacita.
Penulis :Rm. Y.B.Didik Prihartono, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat
KAMIS, 18 MARET 2021
PEKAN IV PRAPASKAH
Bacaan I : Keluaran 32:7-14
Bacaan Injil : Yohanes 5:31-47
"YESUS, SANG HARAPAN BARU"
Presiden Joko Widodo terus mengebut pembangunan infrastruktur. Para menteri di kabinet kerjanya pun diperintahkan untuk selalu menekankan pentingnya infrastruktur yang mendukung pertumbuhan ekonomi dan pemerataan kesejahteraan sosial. Melalui kerja keras dan tekad yang bulat, pemerintah berhasil melakukan berbagai macam pembangunan infrastruktur bagi rakyatnya. Jokowi menjadi harapan baru bagi kemajuan Indonesia. Seperti seekor keledai yang memiliki karakter pandai, kuat, sekaligus pekerja keras, begitu pula kepemimpinan Presiden Joko Widodo harus memiliki karakter demikian untuk menumbuhkan harapan baru bagi Indonesia.
Demikian juga dalam perjalanan hidup sebagai orang Katolik, kesaksian Yesus tentang Diri-Nya sungguh dibutuhkan oleh Gereja. Yesus memberi kesaksian tentang Diri-Nya dalam konteks Ia berada di Yerusalem. Yesus dan Bapa adalah satu, tak terpisahkan. Tugas perutusan Yesus berasal dari Bapa. Ia mendapat kuasa dari Bapa sendiri. Maka Ia mempunyai kasih dan kuasa seperti Bapa. Dari relasinya ini, Yesus membawa pengharapan baru, la datang dengan menawarkan ”taurat” baru, yakni Diri-Nya sendiri.
Bagi kita, hukum dan pengharapan baru itu menjadi sumber hidup kita. Harapan itulah yang ada dalam Yesus. Ketika kita senantiasa membaca dan merenungkan sabda-sabda Tuhan, maka kita mempunyai sumber pengharapan yang tidak pernah meninggalkan kita sedetik pun. Dinamika kehidupan kita di dunia ini harus kita hadapi dengan kepandaian yang kita miliki, kekuatan yang penuh, dan juga dengan kerja keras yang tinggi. Jangan menyerah dengan berlaku hidup tanpa harapan, tetapi berserah kepada Aliah dalam Putra-Nva, Yesus Kristus. Bersama Yesus, di dalam Yesus, dan bagi Yesuslah harapan keselamatan, kita perjuangkan dan kita persembahkan.
Penulis : Rm. Adrianus Feriyanto, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #renunganharianberkat #semogamenjadiberkat #catholichomeid
KAMIS, 11 MARET 2021
PEKAN III PRAPASKAH
Bacaan I : Yeremia 7:23-28
Bacaan Injil : Lukas 11:14-23
"APAKAH YESUS ADA?"
Dalam sebuah tayangan video klip di internet dikisahkan seorang penginjil hendak memangkas rambut. Si tukang pangkas, yang mengenal bahwa ia adalah penginjil langsung bersungut-sungut, "Tidak ada Tuhan di dunia! Seandainya Tuhan ada, mengapa Ia masih membiarkan ada orang terkena penyakit yang mematikan? Mengapa masih banyak orang yang menderita? Bukankah saat Yesus hidup, Ia menyembuhkan semua itu?” Sang Penginjil tidak menjawabnya. Namun, sesaat setelah ia keluar dari tempat pangkas, ia membawa seorang gelandangan yang memiliki rambut sangat panjang. Dan ia berkata, “Tak ada tukang pangkas di dunia ini!" Tukang pangkas tersenyum sinis. Si penginjil langsung meneruskan, ”Seandainya tukang pangkas ada, maka tak ada orang yang berambut gondrong seperti ini!” Tukang pangkas berkata, “Kami ada! Tetapi dia yang tak mau datang pada kami untuk dipangkas." Maka penginjil langsung berkata, ”Tuhan juga ada, tetapi manusia yang tidak mau datang pada-Nya.”
Injil hari ini berkisah tentang orang yang hatinya dipenuhi dengan iri hati, dengki dan dendam. Hati sebagai tempat kediaman Allah dinodai dengan sifat manusiawi yang negatif. Manusia lebih mencintai dirinya. Mereka menuduh Yesus mengusir setan dengan memakai kuasa setan. Yesus menutup perikop Injil hari ini dengan pernyataan yang tegas, ”Siapa tidak bersama Aku, ia melawan Aku dan siapa tidak mengumpulkan bersama Aku, ia mencerai-beraikan.”
Sikap hati yang dipenuhi dengan iri hati, dengki, dan dendam adalah hal-hal yang bertentangan dengan ajaran kasih Yesus. Hal-hal tersebut akan membawa kita pada posisi yang bertentangan pada Yesus. Maka, siapa pun pengikut Yesus hendaknya mencamkan sabda Yesus di atas dan senantiasa sadar diri. Kiranya Masa Prapaskah ini dapat menjadi momen yang tepat bagi kita untuk selalu mengambil posisi diri yang sepihak dengan Tuhan, dengan cara datang pada-Nva: mendengar, menghayati dan mengamalkan ajaran-Nya. Amin
Penulis : Rm. Aditya Permana, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat
KAMIS, 04 MARET 2021
PEKAN II PRAPASKAH
Bacaan I : Yeremia 17:5-10
Bacaan Injil : Lukas 16:19-31
"MENYESAL KEMUDIAN TIADA BERGUNA"
Ada ungkapan, “Menyesal kemudian tiada berguna." Menyesal karena apa yang seharusnya kita perbuat, justru tidak kita perbuat. Menyesal juga melakukan apa yang sebenarnya dilarang dan akibatnya fatal. Contohnya, seorang siswa menyesal karena tidak belajar serius dan akibatnya tidak lulus ujian. Contoh lain, para orang tua juga menyesal karena tidak mendidik anak dengan semestinya.
Kisah orang kaya dan Lazarus yang miskin menginspirasi soal mengisi waktu. Orang kaya menyesal tidak mengisi hidup dengan perbuatan baik. Ketika mendekam dalam api, ia sadar bahwa kesempatan berahmat telah diabaikannya. Sebaliknya dengan Lazarus, yang menderita selama hidupnya kini berdiam dalam pangkuan Abraham.
Konteksnya bukan berarti hidup kaya itu dilarang dan kita menjadi miskin. Bukan juga kekayaan adalah sesuatu yang nista dan miskin itu berkat. Kisah ini mau mengajarkan bagaimana seharusnya kita hidup sebagai orang yang beriman. Cerita ini berbicara tentang relasi cinta, empati, dan solidaritas antar sesama. Hidup orang beriman adalah sebuah panggilan untuk berbuat baik, saling membagikan rahmat Allah, dan beri perhatian pada yang miskin, sakit, lapar, dan menderita.
Pada faktanya, betapa hati manusia dibutakan oleh harta. Oleh kekayaan, nurani manusia dihalangi untuk membedakan mana yang baik dan mana yang tidak baik. Orang menghalalkan segala cara untuk mengejar dan mempertahankan kekayaan. Sekat antara manusia pun tercipta karena kekayaan.
Apakah kita sering bersikap seperti orang kaya dalam kisah ini? Yesus lewat kisah Injil ini meminta kita untuk menjadikan hidup dan apa yang kita miliki sebagai sarana untuk membagikan berkat-Nya bagi sesama. Tuhan tidak melarang kita memiliki harta dan kekayaan, sebaliknya Tuhan menghendaki supaya kita bekerja dan berjuang agar bisa hidup layak.
Penulis :Rm. Simon Taa, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat
KAMIS, 25 FEBRUARI 2021
PEKAN I PRAPASKAH
Bacaan I : 1Ester 4:10a.10c-12.17-19
Bacaan Injil : Matius 7:7-12
"MINTA KEPADA TUHAN"
Hari ini kita disuguhkan Injil yang sangat indah, terutama bagi kita orang beriman. Di sana dikatakan bahwa setiap orang yang meminta pasti akan menerima, yang mencari akan mendapatkan dan yang mengetuk pintu akan dibukakan. Gambaran yang sempurna akan Allah sebagai Bapa yang berbelas “kasih. Namun yang menjadi pertanyaan bagi kita mengapa setiap doa dan permohonan kita sering kali tidak dikabulkan oleh Tuhan? Padahal, Tuhan sendiri bersabda, ”Mintalah maka akan diberikan padamu.”
Sebagai orang beriman, meminta kepada Tuhan dalam doa itu hal yang biasa. Hampir setiap hari seluruh doa kita selalu dipenuhi dengan permintaan hingga lupa untuk bersyukur: Semua permintaan dalam doa-doa kita, hanya lewat begitu saja. Sehingga akhirnya menjadi pertanyaan bagi kita, dimanakah yang salah? Sabda itu atau doa kita yang salah?
Bukan sabda atau doa itu yang salah, tapi kita yang lupa membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Kebutuhan merupakan suatu hal mendasar bagi kehidupan, sedangkan keinginan rrerupakan segala sesuatu yang bisa membuat kita lebih menikmati kehidupan. Kadang keinginan akan sangat kita perjuangkan, padahal masih ada kebutuhan yang harus dipenuhi. Mungkin karena kita lupa membedakan kedua hal itu sehingga semuanya terlihat seperti kebutuhan. Selain itu, doa merupakan gambaran relasi antara umat beriman dengan Tuhan Allah dan sesama. Dengan demikian kita dapat melihat, jika dalam doa kita hanya meminta, meminta dan meminta maka demikian pula relasi kita dengan sesama. Kita hanya meminta dan lupa berbagi. Karena itulah melalui Injil hari ini kita diingatkan, jika doa dan permohonan kita belum mendapat jawaban dari Tuhan maka kita diajak untuk melihat kembali relasi kita dengan Tuhan Allah dan sesama. Apakah selain meminta, kita juga sudah mau berbagi dengan sesama? Bukankah kita sebagai umat beriman juga dituntut untuk sempurna seperti Bapa di surga yang sempurna adanya?
Penulis :Rm. Y.B. Didik Prihartono, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS, 18 FEBRUARI 2021
Hari Kamis Sesudah Rabu Abu
Bacaan I : Ulangan 30:15-20
Bacaan Injil: Lukas 9:22-25
"RELASI SALIB KASIH"
Kusadari besarnya cinta Tuhan, nyawa-Nya pun Dia relakan, gantikan nyawaku agar kuhidup; Dia tak pedulikan latar belakangku; terima kasih Tuhan atas cinta-Mu yang tak bersyarat bagiku; aku tak dapat hidup di luar kasih-Mu, Tuhan tetaplah bersamaku selamanya sebab tanpa Tuhan, aku tak berarti.” Inilah ungkapan hati seorang pengikut Kristus. Ia mencoba mensyukuri iman akan Kristus, Tuhan dan Juru selamatnya.
Perjalanan iman seorang kristiani adalah perjalanan memanggul salib kasih bersama Kristus. Salib kasih yang menuntun setiap orang yang percaya kepada Kristus, adalah jaminan penebusan atas dosa-dosa manusia. Yesus mengatakan tawaran dunia adalah kebinasaan dan kerugian semata. Ketika Ia datang kembali dalam kemuliaan, kita akan diselamatkanNya. Kita harus setia memikul salib, menyangkal diri, dan berjalan mengikuti-Nya. Barangsiapa kehilangan nyawa oleh karena Dia, Ia akan menyelamatkannya. Suatu relasi salib kasih yang menguatkan dan menyelamatkan.
Tantangan bagi manusia di zaman milenial ini adalah sibuk mengejar dunia yang dianggap dapat menjamin nyawanya. Manusia mengorbankan kesehatan demi uang dan menghabiskan uang demi kesehatannya. Ada anggapan bahwa dengan memenuhi segala keinginan akan membuat hidup menjadi sukacita Oleh karena itu, dengan mempersembahkan Tubuh dan Darah-Nya yang tercurah di kayu salib, Kristus menjadi tebusan bagi semua manusia. Salib kasih, itulah tanda kasih Kristus yang senantiasa memberikan pedoman dan arah hidup yang membahagiakan. Seperti sepasang merpati, yang ' mengajarkan hidup dalam kasih, setia satu sama lain, serta mau berkurban demi kebahagiaa pasangannya. Bukankah aspek kehidupan kita yang paling pokok adalah relasi kita dengan Tuhan dan sesama. Tanpa relasi, kita hanya menemukan kehidupan dan dunia yang hampa; Dengan ikatan relasi salib kasih, kita membangun kekuatan untuk membentuk dunia yang mendatangkan sukacita kasih. Amin.
Penulis: Rm. Adrianus Feriyanto, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS, 11 FEBRUARI 2021
PEKAN BIASA V
Hari Orang Sakit Sedunia
Bacaan I : Kejadian 2:18-25
Bacaan Injil : Markus 7:24-30
"KASIH MELAMPAUI BATAS"
Mengawali renungan hari ini, kita dapat bersenandung di dalam hati Iirik lagu Kasih Ibu. Lirik lagunya berbunyi demikian, ”Kasih ibu kepada beta tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi, tak harap kembali, bagai sang surya, menyinari dunia." Singkat, padat, mendalam dan sarat makna. Tidak dapat disangsikan bahwa cinta ibu “melampaui batas” ruang dan waktu yang digambarkan" dengan sinar surya yang selalu menyinari dunia Saya dan Anda pasti punya pengalaman cinta seorang ibu yang terus menyala dan terngiang-ngiang dalam hidup. Saya menemukan pengalaman ini ketika mengamati ibu saya setiap kali pulang dari acara pertemuan. Ibu selalu membawakan makanan dari pertemuan untuk kami (mungkin itu jatahnya).
Bertolak dari pengalaman cinta seorang ibu, yaitu rela berbuat apapun demi kebaikan anaknya, maka kisah dialog antara ibu dan Yesus dapat kita pahami meskipun terasa sangat keras. Terjadilah sebuah dialog yang menarik antara ibu dan Yesus yang juga ada kaitannya dengan hal ini. Apakah ini sebuah kebetulan? Tentu tidak. Ada dua alasan, yang pertama soal ungkapan anjing. Bangsa Israel merasa diri sebagai bangsa pilihan Allah, sehingga dalam Yes 56:11, kita bisa melihat bangsa bangsa di luar bangsa terpilih kadang-kadang dibandingkan dengan anjing. Kita juga bisa menemukan ”jejak-jejak" itu dalam kitab suci lewat ungkapan ”jangan memberi barang kudus kepada anjing” (Mat 7:6 bdk. Flp 3:2; Why 22:15). Salah satu bangsa yang diremehkan itu adalah bangsa Siro-Fenisia dengan sebutan anjing. Kedua, soal “persamaan konteks peristiwa sebelumnya, yaitu Yesus menghapus soal cara makan yang najis dan tidak najis (Mrk 7:14).
Yesus memakai istilah demikian mau menunjukkan pada orang Yahudi dan non-Yahudi bahwa karya penwelamatan melampaui batas-batas ras, sosial, ekonomi dan budaya. Karya penyelamatan mengalir dari cinta kasih Ilahi seperti kasih ibu pada anaknya yang menghadirkan keselamatan.
Penulis :Rm. Aditya Permana, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS, 04 FEBRUARI 2021
PEKAN BIASA IV
Bacaan I : Ibrani 12:18-19.21-24
Bacaan Injil : Markus 6:7-13
"SELALU MENGANDALKAN TUHAN"
Apa yang kita lakukan ketika hendak melakukan sebuah perjalanan? Tentu yang kita pikirkan adalah apa saja yang perlu bahkan harus kita bawa. Kita menjadi gelisah jika persiapan kita belum matang, kita takut jangan-jangan hal itu mengganggu perjalanan dan kegiatan kita nanti. Makanan, pakaian, dan perlengkapan lain tidak boleh luput dari perhatian kita. Kita tentu sudah mulai mempelajari atau mencari informasi tentang tempat tujuan perjalanan kita, apa yang harus kita lakukan di sana, merencanakan strategi-strategi agar apa yang menjadi tujuan perjalanan kita bisa tercapai.
Bacaan lnjil hari ini sungguh menarik. Yesus mengutus para murid pergi ke desa-desa dan kota-kota untuk memberitakan Kerajaan Allah. Suatu tugas yang tentu tidak mudah karena tanpa sebuah persiapan. Pada awal Injil dikatakan bahwa Yesus memberi mereka ”kuasa”. Di sini, para murid belajar tentang satu hal: Iman. Mereka harus yakin bahwa kuasa Allah memungkinkan segaIanya. Dan apa yang terjadi? Karena kuasa itu mereka menyembuhkan banyak orang. Di sini para murid belajar bagaimana mengandalkan Tuhan.
Sebagai seorang imam dan biarawan, teks ini membantu saya mengintrospeksi diri: apakah saya sudah mengandalkan Tuhan dalam hidup saya? ketika diutus ke sebuah tempat, justru pertanyaan-pertanyaan ini yang muncul: apakah saya mampu, apakah di sana ada sarana yang mumpuni, apakah di sana ada internet, apakah daerah itu bisa dimasuki mobil, berapa potong pakaian yang harus saya bawa, apakah saya bisa menghasilkan uang di sana, apakah suhu udara disana cocok dengan kondisi tubuh saya?
Tuhan yang mengutus sudah memperhitungkan apa yang kita butuhkan. Jika kita percaya, kuasa Tuhan sungguh bekerja, dan kita tidak akan berkekurangan. Pengalaman para murid mengaiarkan kita satu hal yang sungguh penting: kita harus selalu mengandaikan Tuhan dalam setiap usaha, pekerjaan, dan karya kita. Tidak ada yang mustahil bagi orang yang sungguh percaya. Amin
Penulis :Rm. Simon Taa, O.Carm.
Penerbit: @penerbit_karmelindo
Selamat berkativitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
KAMIS, 28 JANUARI 2021
PW SANTO TOMAS AQUINO, IMAM & PUJANGGA GEREJA
Bacaan I : Ibrani 10:19-25
Bacaan Injil : Markus 4:21-25
MENDENGARKAN
Mendengarkan merupakan hal sederhana yang tidak mudah. Dikatakan sederhana karena setiap saat berbagai suara masuk ke telinga. Dikatakan tidak mudah karena orang sulit menyaring dan memilih mana yang baik dan bermanfaat, bahkan mengingat kembali setelah beberapa saat saja berlalu. Semakin susah lagi ketika orang diminta merenungkan dan mengambil manfaat dari apa yang didengar. Sering kali orang hanya memerhatikan suara-suara yang dianggap enak dan nyaman. Padahal, yang enak dan nyaman didengar belum tentu baik. Semakin ramai dan tidak mau hening seseorang, semakin susah untuk mendengarkan. Mendengarkan adalah kuncl perkembangan hidup manusia.
Hari ini Yesus menegaskan pentingnya mendengarkan, terlebih mendengarkan firman Tuhan. “Barangsiapa mempunyai telinga, hendaklah ia mendengar!” Menurut Yesus, orang mendengar tidak hanya sekadar mendengar, melainkan harus menyertakan organ pengindraan yang iain, yaitu hati. Orang perlu mendengar dengan menyertakan hati dan perasaan. Ketika orang mendengarkan sabda Tuhan dengan menyertakan hati dan perasaan, Allah akan menumbuhkan dalam dirinya pemahaman baru yang memperkaya hidup rohaninya. Bukti bahwa ia mendengarkan dengan baik akan tampak dalam perubahan pola pikir, sikap, dan perilaku. Ketika orang tidak mendengar dengan baik, bisa saja ia salah langkah atau terjadi hal yang merugikan. Ketika orang tidak mampu memaknai apa yang didengar, ia tidak mampu belajar dari pengalaman. Ketika orang tidak mendengar dengan baik, bisa saja orang itu dianggap tidak mengindahkan nasihat, perintah, bahkan peringatan. Ketika orang tidak mendengar sabda Tuhan dengan baik, mungkin dia juga tidak akan mendapat apa-apa.
Bila Anda ingin berkembang dalam hidup, berusahalah mendengar penuh perhatian, sepenuh diri, dan hati. Maka sisihkan hal-hal yang sekiranya mengganggu dan menghambat Anda dalam mendengarkan. Selamat mendengarkan dengan sepenuh hati.
Penulis : Br. Antonius Mungsi, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat #berandakatolik
KAMIS,21 JANUARI 2021
PW SANTA AGNES, PERAWAN & MARTIR
Bacaan I : Ibrani 7:25-8:6
Bacaan Injil : Markus 3:7-12
SANG PENYEMBUH
Seorang yang mengalami sakit pasti ingin segera sembuh. Dia akan berjuang untuk kesembuhan itu. Dia akan mencari dokter dan obat yang terbaik untuk bisa memberikan kesembuhan. Sakit yang berkepanjangan sering kali membuat orang bisa putus asa. Pertanyaan manusia ketika mengalami sakit adalah siapakah yang bisa memberi kesembuhan dalam waktu yang cepat? Dari mana kekuatan yang dahsyat yang bisa menyembuhkan manusia?
Yesus tampil sebagai seorang penyembuh sejati. Kehadiran Yesus sungguh mewartakan bahwa Allah sanggup mengatasi setiap kesakitan dan persoalan yang dihadapi oleh manusia. inilah bukti nyata kesetiaan Allah terhadap manusia. Allah datang untuk menyembuhkan dan memulihkan manusia. inilah Allah yang dirindukan manusia. Allah yang selalu peduli dengan keadaan manusia. Allah yang mau terlibat dalam pergumulan dan kesakitan yang dialami oleh manusia. Santa Agnes yang dirayakan hari ini adalah seorang pribadi yang menghadirkan Allah yang setia. Kesetiaan Allah dihayati oleh Santa Agnes dalam hidupnya dengan kesetiaan sampai akhir hayatnya dalam iman akan Yesus Kristus. Kesetiaan Santa Agnes sampai pada kemartiran menjadi tanda bahwa Allah telah memulihkan dan menyembuhkan Santa Agnes. Allah telah mengangkat segala luka dan kesakitannya serta mengubahnya menjadi sebuah keberanian dan kerelaan untuk mengorbankan diri dalam mahkota kemartiran.
Kita sebagai orang kristiani diajak untuk menghadirkan Allah yang menyembuhkan manusia. Allah ingin supaya manusia mengalami kehidupan yang baik dan sejahtera. Allah ingin supaya manusia tidak menderita. Dalam rencana keselamatan, Allah ingin manusia selamat dan memperoleh pemulihan yang total. Yesus datang ke dunia untuk mewartakan hal ini. Mari kita sebagai pengikut Kristus juga mewartakan dalam hidup kita warta penyembuhan. Mari kita berjuang agar kata-kata dan tindakan kita sungguh membawa kesembuhan bagi orang lain di sekitar kita.
Penulis : Rm. Sri Joni Pasalli, O.Carm.
Penerbit :@penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS, 14 JANUARI 2021
PEKAN BIASA I
Bacaan I : Ibrani 3:7-14
Bacaan Injil : Markus 1:40-45
SIAP SEDIA
penerbit : @penerbit_karmelindo
Salah satu sikap penting dalam dunia kerja dan hidup membiara adalah sikap kesiapsediaan. Artinya seseorang siap untuk ditempatkan atau bekerja apa pun dan di mana pun. Sikap tersebut sangat memudahkan pimpinan dalam menempatkan atau menugaskan seseorang. Di kalangan anak muda, sikap kesiapsediaan ini sering kali mereka sebut “selalu ada” untuk orang lain atau untuk pacarnya.
Dalam Injil hari ini, kita mendengar tawaran si kusta kepada Yesus ”kalau Engkau mau”. Yesus pun menjawabnya dengan jawaban tegas, ”Aku mau.” Jawaban Yesus menunjukkan sikap kesiapsediaan-Nya terhadap mereka yang menderita dan membutuhkan-Nya. Yesus selalu ada bagi siapa pun yang datang kepada-Nya.
Jawaban tegas Yesus atas tawaran si kusta meneguhkan bahwa jawaban yang sama diberikan oleh Yesus atas doa-doa ataupun permohonan kita. Hanya saja, terkadang kita terlalu memaksa Tuhan supaya selalu menjawab ”Ya” untuk setiap keinginan kita. Padahal Tuhan tahu apa yang terbaik untuk kita.
Pertanyaan bagi kita, kalau Yesus senantiasa ada bagi kita umat-Nya, apakah kita juga selalu ada bagi Yesus? Apakah kita memiliki sikap kesiapsediaan atas rencana Tuhan dalam hidup kita? Peristiwa pandemi bisa menjadi kesempatan untuk merenungkan pertanyaan-pertanyaan di atas. Selama pandemi, Yesus selalu ada dan hadir bagi kita, meskipun kehadiran-Nya dilihat lewat misa online. Yesus juga hadir lewat pribadi tenaga-tenaga medis dan orang-orang yang berjuang selama pandemi ini. Lalu, bagaimana dengan kita? Apakah kita memiliki sikap kesiapsediaan untuk Tuhan? Ataukah malahan kita melawan anjuran-anjuran pemerintah dan menyalahkan banyak pihak?
Peristiwa pandemi yang terjadi menjadi alat ukur seberapa besar sikap kesiapsediaan yang kita miliki. Ketaatan terhadap pemerintah menjadi bukti bahwa kita selalu siap sedia dan selalu ada untuk orang lain. ”Aku mau” taat terhadap pemerintah supaya orang lain selamat dan pandemi ini cepat berakhir. [Rm. Petrus Harsa Trihapsara, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
#berkat
KAMIS, 07JANUARI 2022
HARI BIASA SESUDAH PENAMPAKAN TUHAN
Bacaan I : 1Yohanes 4:19-5:4
Bacaan Injil : Lukas 4:14-22a
BERBUAT KASIH
penerbit : @penerbit_karmelindo
Kita mungkin pernah menyaksikan sebuah film pendek tentang kesabaran seseorang. Adalah seorang anak bersama ayahnya yang sudah berusia lanjut sedang duduk di sebuah taman. Pandangan dan pendengaran sang ayah sudah banyak berkurang. Sebuah peristiwa terjadi ketika si anak merasa jengkel kepada ayahnya karena mempertanyakan berulang kali burung apakah yang sedang berkicau di taman itu. Dan pada akhirnya, sang ayah berdiri, mengambil buku catatan hariannya dan menunjukkan bahwa si anak pada masa kanakkanaknya melakukan hal yang sama bahkanjauh lebih banyak.
Kisah tersebut senada dengan apa yang kita renungkan dalam Injil tentang satu perbuatan yang mendapatkan respons. Yesus yang senantiasa berbuat baik kepada siapa saja, bahkan hingga akhir hidup-Nya; mendapatkan respons yang beragam. Respons yang positif, tentu tidak asing bagi kita. Yang terasa janggal adaiahketika perbuatan baik mendapatkan respons yang negatif. Dan itulah yang terjadi di dalam kehidupan Yesus hingga menghembuskan napas-Nya. Yesus, yang mengajarkan kita kasih; telah memberikan dan menjadi teladan yang pertama. Teladan untuk tetap mengasihi meskipun harus mendapatkan respons negatif. Teladan untuk semua orang agar tetap mengasihi meski menerima respons negatif. Tidak semua tindakan baik dapat ditangkap atau diterima baik.
Semisal ketika seseorang dimintai saran atau pendapat. la menjadi enggan dan bahkan marah ketika saran pendapatnya tidak dilakukan. Ada banyak situasi lain, yang menjadikan seseorang kehilangan kasih. Entah orang tua yang menjadi kerap marah terhadap pilihan anaknya. Entah pelajar yang berputus asa ketika mendapatkan nilai jelek. Satu hal baik untuk kita renungkan bahwa perbuatan baik (kasih) itu harus tetap m njadj milik kita, meski respons yang terjadi bisa apa saja. Di sanalah letak kasih itu, yang selalu memberi, bukan meminta. Dia lah kasih yang ikhlas meiepaskan dan memberikan, bukan us” mengikat dan memaksa orang memberi respons positif.
[Bpk. FA. Hatta Adi Mas Prihandono]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berandakatolik
#berkat
KAMIS, 31 DESEMBER 2020
Hari Ketuju dalam Oktaf Natal
Bacaan I : 1Yohanes 2:18-21
Bacaan Injil : Yohanes 1:1-18
HADIAH YANG INDAH
penerbit : @penerbit_karmelindo
Seorang anak memberi kado sebagai hadiah ulang tahun ayahnya. Perlahan dan penasaran ayah membuka kado tersebut. Betapa terkejutnya ia ketika melihat di dalam kado tidak ada apa-apa. “Apa maksudmu memberikan ayah kado kosong?” Mukanya berubah dari gembira menjadi marah. Sambil meneteskan air mata, anaknya berkata, ”Ayah, aku memasukkan beribu-ribu cintaku ke dalam kado ini untuk ayah.” Sontak, ayahnya kaget lalu menghampiri anaknya dan memeluk dengan erat sambil berkata, ”Maafkan ayah, Nak, hadiahmu sangat indah, ayah juga mengasihimu."
Allah ingin memberikan kejutan dengan memberikan hadiah terindah. Apakah kita mau hadiah yang paling indah dari Tuhan? Kasih karunia besar ditunjukkan Allah dengan kedatangan Yesus sebagai hadiah terbesar. Bagaimana sikap kita dengan kehadiran-Nya di tengah-tengah kita? Apakah Natal sebuah rutinitas setiap tahun yang kita rayakan dengan pesta?
Kehadiran Yesus tampak nyata apabila kita mau melihat lebih dalam. Pada zaman Konstantinus I, ia sangat membenci orang Kristen. Saat ia menderita penyakit kusta ia datang kepada Santo Silvester I dan menyediakan diri dibaptis. Berkat kasih Allah, Konstantinus menjadi sembuh. Hadiah terindah diperoleh umat Kristen di mana mereka terbebas dari rasa takut akan penganiayaan dan berkembangnya gereja.
Hadiah Tuhan menghantar seseorang dari kegelapan menjadi terang yang membawa harapan. Di penghujung tahun ini, marilah kita melihat perjalanan kita sepanjang tahun ini. Hadiah terindah apa yang sudah Tuhan berikan? Apakah kita sudah bersyukur atas hadiah tersebut? Kalaupun kita merasa bahwa Tuhan begitu jauh dan tidak pernah memberikan hadiah kepada kita, cobalah perlahan-Iahan membuka hati kita dan melihat berbagai peristiwa sebagai rahmat yang Ia berikan. Mari kita mohon juga kepada-Nya agar di tahun baru yang sebentar lagi datang, Tuhan senantiasa memberikan hadiah terindah, seraya agar kita juga tidak lupa memberikan hadiah indah bagi Sesama. [Br. Widi Nugroho, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS, 24 DESEMBER 2020
PEKAN KHUSUS ADVEN
Bacaan I : 2Samuel 7:1-5.8b-12.16
Bacaan Injil : Lukas 1:67-79
NYANYIAN PUJIAN ZAKHARIA
penerbit : @penerbit_karmelindo
Dalam kidung Zakharia, ada banyak tema Yang menarik untuk direnungkan. Mulai dari pemenuhan janji Allah dalam Perjanjian Lama, yaitu Aiiah mengunjungi umat-Nya, kemaharahiman Allah, identitas Sang Mesias, peranan Yohanes Pembaptis, dan sebagainya. Kadang tema-tema ini luput dari perhatian kita karena menjadi biasa, terutama mereka yang mendoakan Ibadat Harian, karena kidung Zakharia ini selalu didoakan dalam Ibadat Pagi.
Bagian pertama adalah tentang Yesus sendiri meskipun tidak disebutkan secara eksplisit. Zakharia memuji Tuhan karena telah memenuhi janji-Nya menyelamatkan umat-Nya, dengan mengutus Mesias, yaitu Yesus. Misi pertama Mesias ialah "melepaskan kita dari musuh-musuh kita". israel dalam perjalanan sejarahnya terus-menerus dikepung musuh. Mereka mengharapkan Sang Penyelamat. Kita, para pengikut Yesus pun dikepung musuh terus-menerus, yaitu dosa. Hanya Yesus yang mampu melepaskan kita dari musuh. Ia membawa hidup beribadah pada Tuhan dalam kekudusan dan kebenaran.
Misi kedua Mesias ialah "menunjukkan rahmat-Nya kepada nenek moyang kita". Allah menjanjikan dan mewartakan DiriNya sebagai Allah yang "panjang sabar dan berlimpah kasih setiaNya". Umat Perjanjian Baru melihatjanji ini dengan sangat jelas. Allah Maharahim diwujudkan Yesus dalam misi-Nya untuk menyelamatkan, mulai dari kemauan-Nya menjadi manusia dan lahir di kandang hina hingga menumpahkan darah di kayu salib. Inilah wajah Allah berbelas kasih itu. Maka saat malam Natal, baiklah kita ingat juga akhir hidup-Nya di kayu salib sembari memuji Tuhan karena belas kasih-Nya yang amat besar.
Bagian kedua berbicara tentang peran Yohanes Pembaptis dalam "menyiapkan jalan Tuhan", yakni menjadi pendahulu Yang mempersiapkan umat menyambut Yesus Sang Mesias. Dia berkata, "Biarlah Dia semakin besardan aku semakin kecil.”
Selamat merayakan Natal, mari memuji Allah Maharahim, yang mau lahir di palungan dan wafat di kayu salib demi menyelamatkan kita. [RP. Lamtarida Simbolon, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS, 17 DESEMBER 2020
PEKAN KHUSUS ADVEN
Bacaan I : Kejadian 49:2.8-10
Bacaan Injil : Matius 1:1-17
INKARNASI
penerbit : @penerbit_karmelindo
Allah yang kita lmanl bukanlah Allah yang statis. la tidak diam mematung sambil cuma mengamat-amati dari jauh.
Ia selalu bergerak dan terlibat aktif dalam dinamika kehidupan manusia. Betapapun kadang karya-Nya tidak dipahami secara baik karena keterbatasan manusiawi kita, namun yakinlah bahwa Allah selalu bekerja untuk kemajuan hidup kita.
Peristiwa inkarnasi adalah karya besar Allah untuk manusia. Sabda memilih rupa manusia dan bersedia tinggal di antara mereka bukan pertama-tama bertujuan untuk memamerkan kekuasaan Allah.Tetapi, inkarnasi terjadi demi kepentingan manusia.
Allah bersedia untuk menanggalkan segala kepentingan-Nya agar manusia memperoleh keselamatan. Melalui pribadi Yesus Kristus, Allah masuk ke dalam silsilah manusiawi dari Abraham hingga Yusuf untuk memenuhi janji Mesianis-Nya. Janji itu berupa persatuan abadi di dalam Kerajaan Allah. Allah ingin mengumpulkan semua manusia menjadi anak-anak-Nya. Ia pun berkehendak agar tidak ada seorangpun yang binasa akibat diperdaya dosa. Tentu saja, ini adalah kabar baik bagi manusia. Tetapi, adakah manusia menanggapinya secara positif?
Sulit untuk memastikan bahwa semua manusia mensyukuri rahmat inkarnasi. Alasannya, banyak di antara kita yang tidak menunjukkan perubahan yang serius dalam hal iman. Kita beranggapan bahwa iman akan inkarnasi cukup terungkap dalam perkataan saja. ”Saya percaya bahwa Allah telah menjadi manusia.” Kata-kata ini dinilai telah berdaya menyelamatkan. Padahal, hal terpenting dari suatu pengakuan iman adalah realisasinya. Sudahkah keyakinan itu berbuah dalam tindakan? Inilah yang mesti dipertanyakan untuk diupayakan kehadirannya. Maka, bila dalam inkarnasi, Allah telah menunjukkan kerendahan hati-Nya kepada kita, sudahkah kita pun rendah hati kepada sesama di sekitar? Bila Allah sungguh berlimpah belas kasih saat inkarnasi, apakah kita pun telah bersikap demikian dalam hidup harian? Kemajuan dalam iman sungguh ditentukan oleh kesanggupan untuk menjembatani antara perkataan dan perbuatan. [RP. Valentino Untung Polo Maing, O.Carm.]
Selamat Beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS, 10 DESEMBER 2020
PEKAN ADVEN II
Bacaan I : Yesaya 41:13-20
Bacaan Injil : 11:11-15
INTERNALISASI
penerbit : @penerbit_karmelindo
Pada Masa Adven, umat Katolik berpartisipasi dalam retret, Prekoleksi, doa novena, pengakuan dosa dan Iain-Iain. semua kegiatan rohani itu sangat penting dan berguna dalam menyambut kelahiran Tuhan Yesus Kristus. Aktivitas rohani itu perlu dilakukan dengan sungguh-sungguh dan mendalam.
Ada gejala umum, bahwa orang merasa puas mengikuti kegiatan rohani tanpa internalisasi. Artinya, terlepas dari kehidupan sehari-hari alias kurang dihayati. Alhasil, kegiatan itu berhenti pada pikiran atau menambah pengetahuan dan memuaskan perasaan subjektif. Orang merasa bangga, karena mengikuti pelbagai macam kegiatan. Sedangkan hidupnya sama saja. Semestinya bagaimana?
Yesus bersabda bahwa di antara semua yang dilahirkan tidak ada yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis. Namun, yang terkecil dalam Kerajaan Surga lebih besar daripadanya (Mat 11:11). Mengapa demikian?Apa yang dimaksud?
Yohanes adalah nabi terbesar dalam Perjanjian Lama, karena secara langsung dia mempersiapkan jalan bagi Tuhan (Luk 1:76). Namun, di atas dia masih ada orang yang lebih besar. Siapa itu? Mereka adalah orang-orang yang menghayati ajaran Tuhan dan tidak hanya menyambut kelahiran Tuhan dalam upacara ritual keagamaan, tetapi mereka sungguh menghayati imannya sehingga berubah hidupnya. lmannya melampaui Pengetahuan dan perasaan.
Setiap tahun kita diberi kesempatan untuk mempersiapkan diri menyambut kelahiran Yesus. Masa Adven ini mengingatkan kita untuk menghayati iman kita. Dengan demikian, seperti Yohanes Pembaptis, kita menyiapkan jalan bagi Tuhan. Makin menghayati iman dan merasakan kehadiran Allah. Allah Sungguh lahir dalam hati, sehingga mereka dilahirkan dalam Tuhan. Mereka disebut terbesar dalam Kerajaan Surga. Jadi, Menyatukan iman dengan hidup sehari-hari itu penting. Iman benar-benar mengubah kehidupan, karena telah menjadi bagian penting dari hidup seseorang. Terinternalisasi. [RP. Alt"mns Herwanta, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#berandakatolik
KAMIS 03 DESEMBER 2020
PESTA SANTO FRANSISKUS XAVERIUS, IMAM DAN PELINDUNG MISI
Bacaan I : 1Korintus 9:16-19.22-23
Bacaan Injil : Markus 16:15-20
MENJADI PEWARTA INJIL
penerbit : @penerbit_karmelindo
“Pergilah ke seluruh dunia dan beritakanlah Injil kepada segala makhluk.” Sebuah seruan Yesus kepada pengikut-Nya. Sebuah seruan Yesus terakhir sebelum la terangkat ke surga. Mengapa seruan terakhir ini menjadi seruan penting? Apakah ada sesuatu yang belum Yesus selesaikan dengan hidup-Nya di dunia ini? Bukankah dalam kepasrahan total sebelum wafat di atas kayu salib, Yesus berujar ”Selesailah sudah”? Apakah Ia bangkit dari kematian hanya untuk memberitahu kita bahwa yang terujar di atas salib itu sebenarnya belum selesai? Tentu ada banyak pertanyaan lain untuk direfleksikan. Seruan Yesus ini ditujukan untuk pengikut-Nya. Menjadi pengikut Yesus berarti hidup seperti Yesus. Hidup mewartakan kabar gembira! Atas dasar itu, seruan Yesus mengingatkan kembali identitas Yesus kepada semua pengikut-Nya. Seruan ini membantu para pengikut-Nya supaya tidak lupa diri atau lupa identitas.
Dalam hidup-Nya, Yesus menunjukkan banyak model pewartaan Injil. Berdoa, berjalan dari desa yang satu ke desa yang lain sambil berbuat baik, menyembuhkan orang sakit, berkhotbah, memberikan pengharapan bagi yang kehilangan harapan, dan masih banyak lagi. Semua itu diajarkan melalui pengajaran lisan maupun melalui cara hidup-Nya. Yesus mengharapkan supaya semua pengikut-Nya meneladan hal itu sebagai pewartaan yang hidup kepada semua makhluk di seluruh dunia. Dengan melakukan cara hidup yang diwariskan oleh Yesus, semua pengikut-Nya dapat menyebarkan warta keselamatan kepada banyak orang.
Santo Fransiskus Xaverius yang diperingati hari ini menjadi pengikut Yesus yang memberi teladan nyata bagi kita. la meninggalkan kemapanan hidupnya supaya nama Yesus semakin dikenal dan cara hidup Yesus diikuti di seluruh dunia. Semua itu demi suatu tujuan yang mulia yaitu agar semua yang hilang dari anak-anak Allah bisa kembali menikmati hidup yang layak sebagai anak-anak Allah. Apakah kita siap untuk melakukan hal yang sama? Mari merenung, Tuhan menyertai kita! [RP. Vinsentius Ndua Woa, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem π
#berkat
#beradakatolik
0 komentar:
Posting Komentar