MINGGU, 11 JULI 2021
HARI MINGGU BIASA XV

Bacaan I : Amos 7:12-15
Bacaan Injil : Markus 6:7-13

"MEMBERI RUANG BAGI ALLAH DAN SESAMA"

Bu, minggu depan tugas mazmur ya?” “Waduh, jangan saya, Pak. Suara saya pas-pasan. Anaknya Bu Fitri suaranya bagus.” “Ya sudah Ibu tugas lektor saja, kan cuma baca ga perlu nyanyi.” “Jangan, Pak. Saya grogi kalau baca di depan umum”. “Baiklah, Ibu tugas kolektan, ya?” “Jangan saya deh, Pak. Saya bantu nyanyi koor saja. Suara saya lumayan kok.” 

Dialog di atas memang fiktif. Namun, sering hal yang serupa di atas terjadi di antara umat. Tidak hanya di kalangan awam. Bahkan juga kecenderungan menolak tugas juga bisa terjadi di kalangan biarawan/wati dan para imam. Ada jutaan alasan logis sampai yang mengada-ada untuk menolak tugas yang diberikan. 

Hari ini, para murid diutus Yesus pergi mengabarkan keselamatan. Uniknya, mereka hanya boleh membawa tongkat dan alas kaki. Dilarang membawa roti, bekal, uang, bahkan baju ganti! Bisa dibayangkan kalau saya diminta pindah tempat karya dan hanya boleh membawa sandal, tidak boleh bawa baju, dompet, handphone, dan lain-lain. Tidak mungkin! 

Tetapi bukan perkara barang-barang itu yang Yesus maksud. Yesus ingin mengajar para murid-Nya percaya bahwa Allah memelihara mereka. Yesus mau mereka tidak bergantung pada diri sendiri namun terbuka pada rahmat Allah. Maka, ketika kita menolak tugas pelayanan yang dipercayakan kepada kita, kita sedang bergantung pada diri sendiri. Kita sedang tidak percaya akan rahmat Allah. Taat dan menerima tugas pelayanan yang diberikan kepada kita memberi Allah ruang yang lebih luas untuk berkarya dalam diri kita. Ketaatan membuka ruang hati kita bagi Allah untuk bekerja. 

Selain itu, Yesus juga mengutus para murid pergi berdua-dua, tidak sendirian. Ketaatan juga memberi ruang bagi sesama yang mengingatkan, membantu, mendukung, menegur, dan menyertai kita. Kehadiran sesama dalam tugas pelayanan kita, meringankan dan membantu melihat lebih luas apa yang kita kerjakan. Kita tak akan pernah bisa berjuang seorang diri. 

Penulis : Rm. Dio Aditya, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏

#berkat
#berandakatolik


MINGGU, 04 JULI 2021
HARI MINGGU BIASA XIV

Bacaan I : Yehezkiel 2:2-5
Bacaan Injil : Markus 6:1-6b

"RAHMAT ALLAH BUTUH TANGGAPAN MANUSIA"

Bagaimana  rasanya bila kehadiran kita ditolak? Tentu kita merasa sakit hati, pedih, kecewa. Apalagi penolakan itu datang dari orang-orang yang dekat dengan kita. 

Yesus dalam Injil hari ini mengalami penolakan itu. Dia tentu mengharapkan orang-orang sekampung-Nya menerima pengajaran-Nya seperti yang terjadi di tempat-tempat lain. Namun, seperti “Jauh panggang dari api”, demikian yang terjadi di kampung halaman-Nya sendiri. “Kehebatan” Yesus memang sungguh terdengar gaungnya sampai ke tempat Ia berasal. Warga sekampung-Nya tentu ingin menyaksikan Yesus membuat mukjizat seperti yang terjadi di tempat lain. Awalnya, pengajaran Yesus yang penuh wibawa sungguh membuat mereka terpana. Namun, kekaguman itu akhirnya luntur ketika pikiran mereka dialihkan pada latar belakang Sang Mesias. Atas dasar itu, mereka memilih menolak Yesus yang sebenarnya datang pertama-tama untuk menyelamatkan bangsa-Nya. Akibatnya, penolakan itu membuat mereka tidak diperkenankan untuk menyaksikan hal-hal ajaib seperti yang dilakukan Yesus di tempat lain. Yesus yang tidak membuat mukjizat di tempat asal-Nya menunjukkan sebuah gambaran dan peringatan bagi mereka bahwa hal-hal baik hanya akan dialami jika ada tempat dari orang-orang yang mau menerimanya. 

Kisah Injil hari ini mengajarkan kita hal yang sangat penting bahwa keselamatan itu butuh keterbukaan hati. Allah dengan bebas menurunkan rahmat-Nya namun dari pihak manusia dituntut kerja sama, yakni menyiapkan hati yang terbuka atas rahmat keselamatan itu. Rahmat Allah adalah sebuah tawaran dan manusia dengan kehendak bebasnya diminta untuk menanggapi rahmat Allah itu. Keterbukaan untuk menerima rahmat Allah, memungkinkan rahmat itu bekerja dalam diri manusia. Marilah kita terus berjuang membangun hidup kita sesuai dengan kehendak Tuhan, karena dengan cara demikian kita membuka diri untuk menerima tawaran keselamatan itu. Amin. 

Penulis : Rm. Simon Taa, O.Carm
Penerbit : @) @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat


MINGGU, 27 JUNI 2021
HARI MINGGU BIASA XIII

Bacaan I : Kebijaksanaan 1:13-15;23-24
Bacaan Injil : Markus : 5:21-43

"MENGAPA MALU? "

Ada beberapa orang yang sangat menjaga gengsi dan tidak mau meminta bantuan orang lain. Mereka ingin menjaga harga diri dan martabatnya dengan tidak bergantung pada orang lain. Jika menerima bantuan orang lain, mereka malu, serasa martabatnya direndahkan. 

Hari ini, kita mendengar kisah tentang seorang kepala rumah ibadat Yahudi bernama Yairus yang datang kepada Yesus, la menampilkan diri sebagai pribadi yang tidak gengsi-gengsian dan malu. Sebagai orang yang memiliki jabatan, ia tidak merasa dihinakan dengan bersujud di depan kaki Yesus dan memintaNya untuk menyembuhkan penyakit anaknya. Demi anaknya yang sedang sakit, ia tidak malu untuk meminta pertolongan dari Yesus meskipun banyak orang memberitahunya bahwa anaknya sudah meninggal. Namun, imannya kepada Yesus tidak menggoyahkannya, sekalipun berita kematian anaknya itu disuarakan kepadanya. Melihat sikap iman yang seperti itu, Yesus meneguhkannya supaya ia jangan takut, tetapi menaruh kepercayaan kepada-Nya. Yairus pun menerima ganjaran atas imannya, yakni anaknya yang sudah mati, dibangkitkan. 

Mukjizat besar bisa terjadi pula dalam diri kita, asalkan kita tidak malu untuk meminta dan memohon kepada Tuhan. Kepercayaan yang besar akan menumbuhkan pengharapan, sekalipun hal itu terlihat mustahil. Orang yang sudah meninggal pun sangat tidak mungkin bisa hidup kembali, tetapi Yesus mampu melakukan hal ini. 

Pertanyaan bagi kita, sudahkah kita memiliki kepercayaan dan pengharapan kepada Tuhan? Ketika kita sedang dilanda masalah hidup, ke mana kita akan lari? Kepada Tuhan atau kepada hiburan-hiburan yang menyenangkan sesaat? Yesus adalah pengharapan terbesar hidup kita, kepada-Nya kita bersujud dan berharap. Dia akan memberikan jalan terbaik untuk kita lalui, Janganlah bimbang dan malu untuk datang kepada-Nya. Serahkanlah segala kekhawatiranmu kepada-Nya dan syukurilah hidup yang kau terima, baik suka maupun duka, Tuhan memberkati. 

Penulis :Br. Widi Nugroho, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik


MINGGU, 20 JUNI 2021 
HARI MINGGU BIASA XII

Bacaan I : Ayub 38:1.8-11
Bacaan Injil : Markus 4:35-40[41]

"KHAWATIR YANG BERLEBIHAN"

Suatu hari, seorang katekis muda diminta pastor parokinya untuk memimpin satu acara doa syukur di salah satu stasi yang jauh. Ia sangat ketakutan dan khawatir, karena menurut cerita dari sesama katekis yang lebih senior, stasi ini tidak mudah untuk dijangkau. Selain letak stasi yang sangat jauh, tempat ini juga masih sangat sederhana. Meski dilanda ketakutan dan kekhawatiran, ia tidak mau menyerah begitu saja. Ia mau melaksanakan tugas yang diberikan pastor paroki kepadanya. 

Kekhawatiran memang dapat muncul dalam diri kita ketika hendak melaksanakan sesuatu. Hal ini juga dapat terjadi ketika kita akan melakukan karya pelayanan. Khawatir berlebihan dapat menggoncangkan iman kita. Para murid dalam Injil hari ini mengalami kekhawatiran luar biasa ketika angin ribut datang hendak menenggelamkan kapal yang mereka tumpangi. Mereka ketakutan, meski mereka ada bersama-sama dengan Yesus. 

Cerita sederhana dalam Injil yang baru saja kita dengar, memberi gambaran kepada kita akan situasi Gereja saat ini. Badai kehidupan yang selalu saja dapat terjadi sewaktu-waktu, mampu membuat kita menjadi pesimis. Kita diundang agar tidak perlu takut. Sikap rendah hati mampu membuat iman kita semakin kuat ketika kita mengalami berbagai macam tantangan. Ketika sebagai orang beriman kita mau menyerahkan diri pada kuasa Allah, kita akan dimampukan untuk mengatasi persoalan dengan baik. 

Sahabat Cafe Rohani yang budiman, kita memang tidak dapat seperti Yesus yang penuh kuasa dalam segala karya pelayanan-Nya. Namun sebagai pengikut Yesus, kita diberi kuasa untuk menaklukkan semua hal yang hendak membinasakan kita. Ia sendiri sudah memberi kita jaminan bahwa semua yang tinggal di dalam kasih-Nya tidak akan dibiarkan-Nya binasa. Gereja dapat saja mengalami banyak tantangan dan penolakan, tetapi bukan berarti keadaan ini membuat kita berkecil hati. 

Penulis : Rm. Tri Prasetyo, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat


MINGGU, 13 JUNI 2021
HARI MINGGU BIASA XI

Bacaan I : Yehezkiel 17;22-24
Bacaan Injil : Markus 4:26-34

"SEMUA ADALAH KARYA ALLAH"

Setelah dilantik sebagai Presiden AS ke-39, Jimmy Carter berkunjung ke sebuah desa dan menyapa seorang petani dengan berkata, “Anda pasti telah bekerja dengan sangat keras sehingga mampu menghasilkan jagung yang sangat berkualitas, saya sangat kagum pada Anda.” Lalu petani itu pun menjawab, “Kagumlah pada Allah, sebab sejak jagung ini masih berupa benih hingga siap dipanen, tugas saya sesungguhnya hanyalah memupuk dan menyiram, sedangkan tugas untuk menumbuhkan seluruhnya dikerjakan oleh Allah.” Jawaban petani itu membuat Carter terharu dan tersadar, bahwa keberhasilan hidupnya sebagai anak seorang petani yang kemudian menjadi presiden adalah sepenuhnya karya Allah yang terlaksana di dalam hidupnya. 

Hari ini, Yesus menegaskan bahwa segala pertumbuhan dan perkembangan di dunia hanya mungkin terjadi berkat campur tangan Allah. Benih yang ditaburkan di tanah terus bertumbuh tanpa disadari oleh si penanam yang sedang tidur karena Allah yang menumbuhkannya (bdk. Mrk 4:26-29). Biji sesawi yang merupakan biji yang terkecil di dunia bisa berkembang menjadi sayuran yang terbesar di dunia juga hanya mungkin terjadi karena Allah mengusahakannya (bdk. Mrk 4:3032). Segala pertumbuhan dan perkembangan tidak akan pernah ada bila tidak ada campur tangan dari Allah. 

Saudara-saudari terkasih, kita sering kali kurang menyadari bahwa segala prestasi yang boleh kita raih dalam kehidupan ini sesungguhnya adalah karya Allah semata. Kita merasa bahwa prestasi-prestasi kita di bidang akademik, pekerjaan, bisnis, semuanya adalah berkat kehebatan dan keunggulan diri kita. Alhasil, kita pun akhirnya menjadi pribadi yang sombong dan tidak mampu bersyukur. Sesungguhnya, segala pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi dalam hidup kita adalah berkat rahmat dan karya Allah semata. Semoga dengan selalu menyadari kehadiran dan peran Allah dalam kehidupan, kita boleh menjadi orang-orang yang rendah hati dan mampu bersyukur. 

Penulis :Rm. Erik Wahju Tjahjana, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berandakatolik


MINGGU, 06 JUNI 2021
HARI RAYA TUBUH DAN DARAH KRISTUS

Bacaan I : Kel 24:3-8
Bacaan Injil : Mrk 14:12-16.22-26

"PERGILAH, KITA DIUTUS!"

Di penghujung misa, kita selalu mendengarkan kata kata, "Pergilah, kita diutus." Kata kata Itu adalah berkat perutusan kita ke tengah dunia. Apa yang telah kita terima di dalam misa, baik melalui sabda maupun Ekaristi, kini diutus untuk menghayatinya dalam hidup sehari-hari. Dengan kata lain, kita diutus untuk menghayati hidup yang Ekaristis, hidup yang dijiwai sabda Tuhan dan dijiwai oleh Tubuh dan Darah Kristus. 

Dalam liturgi sabda, kita mendapatkan pengajaran firman, baik dari Kitab Suci maupun dari komentar atau homili para pelayan firman. Kalau kita mengikuti liturgi sabda dengan baik, firman Tuhan itu akan menggugah, menyentuh, meneguhkan, kadang membuat kita menangis, kadang membongkar segala kepalsuan dalam diri kita, juga mendorong kita untuk berbuat baik, memberkati kita untuk berjuang mengikuti jalan-jalan Tuhan. Saat imam berkata "pergilah kita diutus", itu berarti kita diutus menjadi saksi-saksi sabda yang kita dengarkan itu. 

Bagian lain yang tidak kalah pentingnya yang menjadi tugas perutusan kita ialah apa yang kita dapatkan dalam liturgi Ekaristi. Dalam liturgi ini, roti (yang melambangkan Tubuh Yesus sendiri) diambil, diberkati, dipecah-pecahkan, dan dibagi-bagikan. Dalam menghayati hidup yang Ekaristis, keempat hal tersebut sangat penting untuk selalu hidup dalam ingatan dan iman kita. Kita ini diambil atau dipilih Tuhan sendiri untuk mengikuti-Nya. 
Selain itu, kita juga dipecah-pecahkan, artinya: mengalami penderitaan, penolakan, salib dalam hidup kita, juga memiliki banyak kerapuhan dan kelemahan. Akhirnya, dibagi-bagikan kepada dunia. Diutus menghayati hidup yang Ekaristis berarti menghayati apa yang dihayati Kristus itu: mengimani bahwa kita dipilih Tuhan, senantiasa bersyukur karena diberkati Tuhan, menerima dan memaknai salib-salib kehidupan, serta memberikan diri dan hidup kita sebagai roti kehidupan bagi sesama. 

Penulis: Rm. Lamtarida Simbolon, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid


MINGGU, 30 MEI 2021
HARI RAYA KENAIKAN TRITUNGGAL MAHAKUDUS

Bacaan I : Ulangan 4:32-34.39-40
Bacaan Injil : Matius 28:16-20

"MEMBAPTIS DAM KEBERAGAMAN"

Hari  ini kita merayakan Hari Raya Tritunggal Mahakudus. Dalam iman kita mengakui bahwa Allah kita itu satu yang tampak kepada kita melalui tiga diri. Ini tidak berarti bahwa Allah itu adalah pribadi yang terpecah. Tritunggal Mahakudus harus dipahami dalam konteks bagaimana upaya Allah menunjukkan keberadaan dan peran-Nya untuk menyelamatkan manusia. 

Yesus dalam Injil hari ini meminta supaya dalam nama Tritunggal Mahakudus semua orang dibaptis. Seruan Yesus ini bila direnungkan dengan sungguh akan membawa kita pada sikap iman kepada-Nya secara radikal. Seruan ini bisa juga membuat hati kita bergejolak karena situasi dunia yang agama dan kepercayaannya beragam. Bukankah akan terjadi banyak gesekan di tengah masyarakat manakala ada pemaksaan untuk dibaptis? Kegelisahan ini mungkin karena kita terkurung dengan konteks pembaptisan melalui sebuah ritus pembaptisan. Kita mesti keluar dari kungkungan itu. Yesus sendiri tidak bermaksud menggiring orang bahwa untuk menjadi murid-Nya harus dilalui dengan ritus-ritus dalam sebuah upacara pembaptisan. Ini tanpa bermaksud membatalkan upaya dan keinginan orang untuk dibaptis dalam Gereja. Namun harus dipahami bahwa membaptis semua orang menjadi murid Yesus dalam nama Tritunggal Mahakudus sebenarnya lebih dalam maknanya daripada hanya melihatnya dari sisi ritual pembaptisan. 

Mari kita perhatikan ketika Yesus hidup. Ia tidak melakukan ritus khusus untuk membaptis orang menjadi murid-Nya. Namun, melalui pewartaan dan perbuatan cinta kasih yang dilakukanNya, justru banyak orang yang menjadi murid-Nya. Melalui hidup-Nya, Yesus memberi kita gambaran yang jelas bahwa membaptis orang menjadi murid Yesus dapat dilakukan dengan sederhana dan konkret. 

Penulis :Rm. Vincentius Ndua Woa, O.Carm. 
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganhariankatolik #berandakatolik


MINGGU, 23 MEI 2021
HARI RAYA PENTAKOSTA

Bacaan I : Kis 2:1-11
Bacaan Injil : Yoh 15:26-27;16:12-15

"PENERANG"

Kita semua pasti pernah mengalami tiba-tiba listrik padam, saat kita sedang duduk santai atau menonton televisi. Respons paling cepat, biasanya kita menyalakan handphone atau mencari lilin untuk mendapatkan cahaya. Namun, adanya handphone dan lilin ternyata masih belum mampu membuat semua ruangan menjadi terang. Ada bagian-bagian tertentu yang masih remang-remang atau gelap. Dalam situasi seperti ini kita membutuhkan sesuatu entah lampu darurat atau apa pun yang terang dan mampu membuat semua menjadi lebih jelas. 

Para saudara yang terkasih, hari ini kita bersama Gereja merayakan peristiwa yang luar biasa mengagumkan yaitu turunnya Roh Kudus. Peristiwa ini diimani oleh Gereja sebagai bagian dari kasih Kristus yang terus berlanjut di dunia. Setelah Yesus wafat la tetap menyertai para murid dan kita semua dengan Roh Kudus sebagai penolong. Pengalaman sengsara dan wafat Yesus sempat membuat hidup para murid menjadi gelap, ketakutan, putus asa, dan berkecil hati. Mereka merasakan sesuatu yang suram setelah ditinggalkan oleh Yesus. Dalam keadaan ini mereka ingat pesan-pesan Sang Guru bahwa Ia akan mengutus Penolong yang datang dari Bapa. Penolong ini akan bersaksi tentang Yesus kepada dunia. 

Hari ini kita mendengar, setelah turunnya Roh Kudus, para murid akhirnya lepas dari ketakutan dan dengan berapi-api bersaksi tentang Kristus. Mereka mewartakan kebenaran dan memberitakan hal-hal yang akan datang. Tugas para murid adalah tugas kita semua saat ini. Sebagai pengikut Kristus kita diminta menjadi saksi. Meskipun tidak mudah dan banyak tantangan kita percaya Roh Kuduslah yang akan membimbing kita mengatakan kebenaran. Meski kadang kebenaran itu samar dan harus kita wartakan di tempat “gelap”, yakinlah bahwa Roh Kudus yang akan menjadi penerangnya. la membimbing kita agar apa yang kita imani, kita baca dari sabda Allah sungguh dapat kita terjemahkan dengan jelas. Dalam terang Roh Kudus kita akan mampu menjadi saksi dan mewartakan kebenaran. 

Penulis :Bpk. Aris Kurniyawan
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat


MINGGU, 16 MEI 2021 
HARI MINGGU PASKAH VII
Hari Komunikasi Sedunia

Bacaan I : Kis 1:15-17.20a.20c-26
Bacaan Injil : Yoh 17:11b-19

"TUGAS KHUSUS"

Injil hari ini bercerita tentang Yesus berdoa kepada Bapa-Nya : untuk murid-murid-Nya. Salah satu hal yang didoakan Yesus untuk murid-murid-Nya adalah supaya Bapa menguduskan mereka dalam kebenaran. 

Menurut para ahli, kata “kudus” mengandung arti 'dipisahkan' atau 'dikhususkan' dan juga 'diberi tugas khusus". Untuk tugas khusus itu diberilah juga "kemampuan". Orang yang dikuduskan bisa dimengerti sebagai orang yang dikhususkan bagi Allah, dipisahkan dari orang-orang lain untuk diberi tugas khusus oleh Allah, dan diberi kemampuan khusus untuk melaksanakannya. 

Murid-murid telah dipilih sendiri oleh Yesus, meskipun menurut kata-kata Yesus sendiri itu berarti “telah diberikan Bapa kepada-Nya”. Ini berarti mereka adalah orang-orang pilihan. Dan dalam Injil kita mendengar Yesus meminta agar Bapa-Nya menguduskan orang-orang pilihan ini. Status sebagai “orang pilihan” saja sudah mengatakan suatu kekhususan tertentu. Sekarang Yesus masih minta lagi suatu kekhususan lain dari Bapa-Nya bagi orang-orang pilihan milik-Nya itu. 

Yesus minta agar Bapa menguduskan para murid-Nya dalam kebenaran. Kita bisa tahu apa yang Yesus maksud dengan kebenaran, “...firman-Mu adalah kebenaran.” Jadi kita bisa bahasakan ulang doa Yesus, “Kuduskanlah mereka dalam firmanMu.” Kiranya kita bisa memahaminya sebagai permohonan Yesus agar Bapa memberi kemampuan dan kesiapan khusus kepada para murid-Nya agar dapat meneruskan karya Yesus sendiri mewartakan kebenaran, mewartakan firman Bapa-Nya. 

Hari Komunikasi Sedunia mengingatkan kita, murid-murid Yesus zaman now, akan tugas khusus dari Bapa: mewartakan kebenaran. Berkomunikasi tentu bukan sekadar omong sesuka hati. Lebih dari itu kita mesti menyampaikan kebenaran, kebaikan, seperti dilakukan Yesus sendiri, agar dunia beroleh hidup dan keselamatan. Yesus telah berdoa bagi kita dan Bapa mendengarkan doa-Nya. Kini saatnya kita mengerjakan tugas itu. 

Penulis : Rm. Ignatius Sukarno, O.Carm| 
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik


MINGGU, 09 MEI 2021
MINGGU PASKAH VI

Bacaan I : Kis 10:25-26.34-35.44-48
Bacaan Injil : Yoh 15:9-17

"MENGUNYAH SABDA DEMI TOTALITAS"

Lembu kerbau, maupun banteng serumpun dalam familia Bovidae. Lembu dalam kitab suci yang paling populer, ia termasuk harta kekayaan, dipelihara: diambil susunya, daging pesta, kerja, atau binatang kurban sembelihan, Filosofi hidup lembu: seluruh bagian tubuh dan apa pun yang dihasilkannya berguna bagi hidup manusia. Sifatnya: kuat, penurut, sabar, dan berteman. 

Lembu adalah hewan ruminansia: memakan dan mencerna pakan, masuk lambung dan difermentasi. Ada 4 ruangan dalam lambung: rumen, retikulum, omasum, dan abomasum. Pakan yang telah difermentasi dalam rumen dikembalikan ke mulut untuk dikunyah-kunyah lagi. Proses pengunyahan ini disebut ruminasi. 

Yesus dalam Injil hari ini menyebut kita sahabat pilihan. Yesus mengajak kita untuk membangun persahabatan yang kuat dan penuh dalam ikatan kasih sejati. Persahabatan ini membuat sukacita itu menjadi penuh. Teladan totalitas kasih-Nya terletak pada kerelaan-Nya menyerahkan nyawa (Luk 23:46). Dengan modal itu kita diutus, agar menghasilkan buah melimpah. 

Bagaimana kita dapat mencapai persahabatan yang demikian? Injil Yohanes selalu mengajak kita untuk hidup mendalam, menyelami kasih Allah, sampai pada persatuan mesra dengan-Nya. Lectio Divina adalah salah satu cara membaca kitab suci secara mendalam melalui tahap: pembacaan sabda, meditasi, berdoa, dan kontemplasi. Dalam 4 langkah inilah kita diajari mengunyah-ngunyah sabda Allah dengan proses ruminasi. Habitus ini menghasilkan nutrisi ilahi. 

Kalau kita sungguh sudah menjadi sahabat dan kepunyaan Kristus. Maka kita tidak terlalu sulit belajar dari sifat dan filosofi lembu. Praktik penghayatan iman kita akan kuat, penurut, dan tidak pernah kehilangan kesabaran saat menghadapi aneka tantangan. Demikian juga totalitas kita dalam pemberian diri tidak terbendung. Pengurbanan hidup menghasilkan buah melimpah.Menjadi seperti biji gandum, Jika mati akan menghasilkan  banyak buah (Yoh 12:24). Amin. 

Penulis : Rm. Eligius pong, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandaktolik


MINGGU, 02 MEI 2021
HARI MINGGU PASKAH V

Bacaan I : Kis 9:26-31
Bacaan Injil : Yoh 15:1-8

"TINGGALLAH DALAM KASIH-KU"

Seorang frater pernah mengisahkan pengalamannya saat berlibur. Orang tuanya dengan sangat gembira menyambut frater ini. Ketika tiba saatnya bagi frater Ini untuk pulang ke biara, orang tuanya bertanya, "Apakah tidak bisa tinggal lebih lama lagi?” Pertanyaan orang tuanya ini adalah sebuah pertanyaan yang mengungkapkan kerinduan hati mereka pada anaknya. 

Pada Injil hari ini kita juga mendengar perkataan Yesus, “Tinggallah di dalam Aku.” Agaknya Yesus juga merindukan perjumpaan yang lebih hangat lagi dengan kita semua. Kita diminta untuk tinggal di dalam-Nya dan mengalami kasih dan kebaikan-Nya dalam hidup harian kita. Ketika Tuhan meminta kita untuk tinggal di dalam-Nya, hal ini terjadi semata-mata karena Tuhan menaruh kasih kepada kita. Kita diundang untuk tinggal dalam kasih Tuhan agar kita mengalami sukacita sejati. 

Jika tinggal di dalam kasih Tuhan adalah hal yang penting, maka apa bentuk nyata yang dapat kita lakukan untuk tinggal di dalam kasih-Nya? Hal pertama yang perlu kita usahakan adalah menjalin persahabatan dengan Tuhan sendiri lewat doa harian kita. Kita berdoa bukan hanya saat kita membutuhkan Tuhan, tetapi juga untuk menyapa Tuhan, bersyukur dan berterima kasih untuk setiap hal yang boleh terjadi dalam hidup kita. Melalui doa yang jujur dan tulus, kita ditarik untuk semakin dekat dan akrab dengan Tuhan sendiri. Selanjutnya, hal kedua yang perlu kita lakukan adalah dengan belajar mengasihi sesama kita sebagaimana Tuhan mengasihi kita. Ini berarti, kita berupaya meneladan perbuatan kasih Tuhan kepada kita melalui pengampunan, sapaan hangat, dan perhatian yang tulus pada sesama, Setiap perbuatan kasih pada sesama menjadikan kita tetap tinggal di dalam kasih-Nya. 

Jangan takut untuk tinggal di dalam kasih-Nya. Inilah undangan dari Tuhan yang merindukan kita. Tanggapilah undangan ini dengan mengasihi Dia dan sesama kita. Dengan demikian, kita memenuhi permintaan Yesus, “Tinggallah di dalam kasih-Ku“ 

Penulis : Rm. Charles Virgenius, O. Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat


MINGGU, 25 APRIL 2021
Hari Minggu Paskah IV
Hari Minggu Panggilan

Bacaan I : Kis 4:8-12
Bacaan Injil : 10:11-18

"MENJADI DOMBA YANG TERBAIK"
Injil hari ini kita mendengar kisah tentang seorang gembala, Diceritakan dalam Injil bahwa ada seorang gembala yang baik dan seorang upahan atau yang bukan gembala. Perbedaan dari keduanya sungguh sangat jauh. Seorang gembala yang baik akan rela berkorban dan berani memberikan nyawa untuk domba-dombanya. Sang gembala tentu saja mengenali domba-dombanya dengan baik. Sementara itu, seorang upahan akan lari jika melihat dombanya dalam bahaya. Satu hal penting yang dapat ditemukan dalam Injil hari ini, adalah Tuhan Yesus sendiri menyatakan Diri-Nya sebagai Gembala yang baik, bukan saja bagi domba kawanan-Nya, tapi juga bagi kawanan domba dari kandang lain. 

Inilah yang menjadi tantangan bagi kita sebagai pengikut Kristus. Sejak awal kita mempunyai gembala yang baik bahkan yang paling baik. Gembala kita bukan hanya mengajar tetapi juga telah memberikan teladan yang amat baik dalam pikiran, perkataan, dan perbuatan sehari-hari. Ia bukan saja mengenal, tapi juga berani mengorbankan nyawa-Nya bagi domba-domba yang dikasihi-Nya. Namun, semua itu akan menjadi sangat siasia jika kita hanya mampu menjadi domba yang biasa-biasa saja, sama seperti domba-domba dari kandang lain yang “numpang” ikut dalam penggembalaan Yesus Kristus. Apalagi jika kita sampai menjadi domba yang kurang baik dan bahkan tidak baik dalam kehidupan sehari-hari. 

Melalui Injil hari ini kita diingatkan untuk menjadi domba yang baik, yang bukan saja mengenal Sang Gembala baik tapi juga berani melaksanakan semua yang diajarkan dan dikehendakiNya dari kita. Menjadi domba yang selalu mendengarkan arahan dari Sang Gembala. Semoga melalui peringatan Minggu Panggilan ini, kita mampu melaksanakan tugas panggilan kita masing-masing untuk menjadi domba yang bukan saja domba yang baik, tetapi domba yang terbaik seperti gembala kita adalah seorang Gembala yang terbaik. Tuhan memberkati. 

Penulis :Rm. Y.B. Didik Prihartono, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu Panggilan. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik #renunganharianberkat #semogamenjadiberkat


MINGGU, 18 APRIL 2021
HARI MINGGU PASKAH III

Bacaan I : Kis 3:13-15.17-19
Bacaan Injil : Lukas 24:35-48

"PRIBADI PASKAH"
Kayu cabang dibuat arang, untuk masak cepatlah matang. Tuhan datang 'tuk semua orang, wartakanlah kebangkitan Tuhan dengan lantang,” inilah gambaran sukacita Paskah kebangkitan. Setiap orang kristiani diingatkan untuk menjadi pribadi Paskah. Pribadi Paskah harus siap menjadi saksi Kristus. Kebangkitan Tuhan memberikan energi baru bagi para murid. Dua murid dari Emaus setelah mengalami perjumpaan pribadi dengan Yesus, segera kembali ke Yerusalem untuk bertemu dengan teman-teman mereka. Di sana mereka dengan penuh semangat menceritakan peristiwa perjumpaan mereka dengan Yesus. 

Para murid di Yerusalem pun dengan penuh semangat menceritakan perjumpaan mereka dengan Yesus yang bangkit. Dalam suasana kegembiraan itu Yesus menampakkan diri lagi kepada mereka untuk meneguhkan keyakinan mereka bahwa Ia benar-benar bangkit. Tuhan Yesus adalah tokoh utama dalam ziarah hidup para murid. Rasa hati penuh ragu dan takut kini mesti diubah ke dalam “girang dan penuh sukacita”. 

Belajar dari kehidupan domba-domba, mereka lebih suka berkelompok bersama teman-temannya ketimbang sendiri dalam beraktivitas, dengan berkelompok mereka menjadi kuat dan aman. Seekor domba akan merasa gelisah jika terpisah dari kawanannya saat mencari makan. Demikian juga, adanya perjumpaan kembali dua murid dengan saudara-saudara yang lain memberikan kekuatan baru bagi mereka. Yesus hadir dan meneguhkan mereka dari rasa cemas, takut, ragu, tidak nyaman, dan kurang percaya diri. Jadilah pribadi Paskah, ketika setiap orang yang mengimani Kristus yang bangkit menjadi pribadi yang tidak takut dan ragu-ragu. Hubungan yang akrab dengan Yesus akan mendatangkan rahmat pertobatan dan pengampunan dosa, serta menjadi sumber kekuatan tatkala kita menghadapi berbagai cobaan, tantangan, kesulitan. Pribadi Paskah berani untuk bersaksi akan kasih Tuhan. 

“Jalan baru tanahnya diratakan, antar kampung tidak terputus. Sesudah dirimu diselamatkan, jadilah pribadi Paskah yang tulus.” 

Penulis : Rm. A. Feriyanto, O.Carm.

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
Penerbit : @penerbit_karmelindo


MINGGU, 11 APRIL 2021
Minggu Kerahiman Ilahi

Bacaan I : Kis 4:32-35
Bacaan Injil : Yoh 20:19-31

"MALU-MALU TAPI MAU"
Terkadang pernyataan cinta itu tidak selalu dinyatakan secara langsung atau “to the point”. Itu bisa kita amati dalam film-film drama maupun kehidupan nyata ketika seseorang mencoba mendekati seseorang, namun ia tidak berani langsung mendekat. Atau mungkin dengan menjatuhkan sesuatu sehingga ia mendapat perhatian orang tersebut. Begitu pula dengan kita. Kita pun bisa masuk dalam situasi itu dalam perjalanan hidup ini, seperti istilah “malu-malu tapi mau.” 

Setelah Yesus wafat di salib, Ia menampakkan Diri-Nya pada para murid, kecuali Tomas, seorang dari kedua belas murid, yang juga disebut Didimus, karena tidak ada bersama-sama dengan mereka. Maka murid-murid yang lain bersaksi kepadanya, “Kami telah melihat Tuhan!” Tetapi Tomas berkata kepada mereka, “Sebelum aku melihat bekas paku pada tangan-Nya, dan sebelum aku mencucukkan jariku ke dalam bekas paku itu, dan mencucukkan tanganku ke dalam lambung-Nya, sekali-kali aku tidakakan percaya.” 

Sekilas, jawaban Rasul Tomas menunjukkan bahwa dia tidak percaya. Namun bila kita jeli, sebenarnya jawaban yang ia lontarkan adalah sebuah kerinduan hatinya yang terdalam untuk berjumpa Yesus yang telah bangkit. Memang paradoks, tapi itulah dinamika kehidupan. Melalui situasi kebatinan yang paradoks itu, kita semua dibawa pada relasi yang jauh lebih mendalam dan mistis seperti sabda Yesus, “Karena telah melihat Aku, maka engkau percaya.” Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya.” 

Terkadang kita kurang yakin akan Gereja Katolik, tidak percaya kehadiran Tuhan dalam Sakramen Ekaristi, memberontak pada keyakinan iman yang kita ucapkan dalam “credo”, karena membutuhkan jawaban untuk menyanggah keraguan kita. Jangan langsung membuat kesimpulan, karena bisa jadi situasi itu justru akan membawa kita masuk ke dalam relasi dan penghayatan iman yang lebih mistis dan mendalam. Tetap teguh dalam doa dan pengharapan, Dia pasti beri jawaban pada Saatnya. 

Penulis : Rm. Aditya Permana Perangin-angin, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berandakatolik #berkat


MINGGU, 04 APRIL 2021
HARI RAYA PASKAH

Bacaan I : kisah Para Rasul 10: 34a.37-43
Bacaan Injil : Yohanes 20:1-9

"HIDUP BARU DALAM KRISTUS"
Setiap tahun kita merayakan Paskah. Pertanyaannya adalah “Apa makna Paskah untuk kita?” Dalam Perjanjian Baru, Allah menyelamatkan dunia justru dengan darah Putra-Nya sendiri. Paskah Kristus merupakan sebuah tanda kasih Allah yang luar biasa, sebuah kurban yang teragung dan satu-satunya. Kita merayakan Paskah sebagai puncak perayaan iman: Kristus bangkit dari kubur, la menang atas maut, dan dunia diselamatkan. 

Peristiwa kebangkitan tidak bisa direnungkan secara terpisah dari hidup, karya, dan penderitaan Kristus. Kristus yang kebangkitan-Nya kita rayakan, adalah Dia yang sungguh ada dalam sejarah keselamatan umat manusia. Ia ada di antara manusia dan menjadi serupa dengan manusia kecuali dalam hal dosa (bdk. Ibr 4:15), dan bahkan telah mengosongkan dirinya dan mengambil rupa sebagai seorang hamba (bdk. Flp 2:6-7). Penderitaan yang dialami adalah tanda kasih Allah yang solider dengan penderitaan dunia, agar kebangkitan-Nya yang mulia turut mengangkat dunia kepada kemuliaan-Nya. 

Apa yang harus kita perbuat untuk menanggapi kasih Allah ini? Seperti Yesus yang telah memberikan dirinya bagi kita, kita juga dipanggil untuk saling memberi. Dia telah mengorbankan diri-Nya, demikian juga kita dipanggil untuk menjadikan hidup kita sebagai korban bagi Dia dan bagi sesama. Maka hidup orang kristiani adalah sebuah proses untuk menjadi serupa dengan Dia. Puncak dari proses itu adalah transformasi, hidup kita diubah dari manusia lama menjadi manusia baru (Gal 5:16-26). 

Jalan untuk sampai pada transformasi tidaklah mudah. Yesus meminta kita memikul salib. Dengan memikul salib, kita belajar untuk mengosongkan diri, belajar untuk berpasrah, berkorban, memberikan diri, dan melayani.  

Penulis : Rm. Simon Taa, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat  #catholichomeid
#selamatpaskah #happyeaster



MINGGU, 28 MARET 2021
HARI MINGGU PALMA
Mengenangkan Sengsara Tuhan

Bacaan I : Markus 11:1-10
Bacaan Injil : Markus 14:1-15:47

"KENANGKAN AKAN DERITA TUHAN"
Kenangan akan penderitaan, khususnya penderitaan orang terkasih dan yang mengasihi kita, akan menimbulkan aneka macam perasaan, sikap, dan tindakan. Salah satunya adalah munculnya rasa utang budi, yang kemudian menggerakkan sikap terima kasih dan ingin berbuat sesuatu sebagai bentuk balas jasa. Misal, seorang anak yang tersentuh hatinya dengan perjuangan dan penderitaan orang tua demi menghidupi anak-anaknya, akan bersyukur memiliki orang tua demikian, dan berusaha berbuat sesuatu yang terbaik demi membahagiakan mereka. 

Bacaan hari ini memaparkan dengan begitu rinci dan jelas, derita Tuhan Yesus dalam rangka menyelamatkan umat manusia. Penderitaan yang terjadi bukan karena kejahatan yang diperbuat Yesus, melainkan karena ulah sekongkol orang-orang jahat yang penuh intrik berupaya melenyapkan orang yang berusaha dipertobatkan-Nya. Cinta-Nya yang utuh terhadap manusia menggerakkan-Nya untuk bertahan hingga sampai akhir. Bila Anda ingin lebih terlibat merasakan kengerian penderitaan Yesus, Anda bisa melengkapi permenungan dengan cara menyimak film “Passion of Christ” karya Mel Gibson. Amatilah tahap demi tahap peristiwa mengerikan yang terjadi, mulai dari pengkhianatan para murid, siksaan yang merobek-robek tubuh orang benar ini, hingga pemancangan di kayu salib. 

Setiap kali melihat film “Passion of Christ”, pun merenungkan kisah sengsara Yesus, entah saat perayaan Minggu Palma, Jalan Salib, ataupun Doa Rosario, saya selalu terharu dan merasa bersalah. Bersalah, karena dosa-dosakulah Yesus mengalami Semua ini. Tetapi, juga bersalah karena seringjatuh pada rutinitas, dan merencanakan sesuatu untuk berbuat lebih baik

Selamat memasuki Pekan Suci. Semoga Tuhan menuntun kita untuk berbenah diri agar layak merayakan Paskah. 

Penulis : Br, Antonius Mungsi, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #minggupalma #renunganharianberkat


MINGGU, 21 MARET 2021
MINGGU PRAPASKAH V

Bacaan I : Yeremia 31:31-34
Bacaan Injil : Yohanes 12:20-33

"PENGURBANAN CINTA"
Kisah para misionaris selalu memikat hati kita sebagai orang Katolik. Seorang imam senior pernah sharing kepada saya bagaimana ia berjuang untuk memulai karya misi di suatu tempat terpencil. Hal ini tidaklah mudah. Pada waktu itu dia mengalami kesulitan dalam berbagai hal. Tetapi dia tidak pernah menyerah untuk memulai karya misi itu. Apa yang sudah ditanam dengan baik pasti akan menghasilkan buah yang baik pula dan melimpah. Akhir cerita, Romo senior itu bersyukur bahwa pada waktu itu Tuhan menguatkan hatinya untuk terus menerus berkurban memulai karya misi itu. 

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menunjukkan bahwa Dia datang untuk membawa misi Kerajaan Allah. Yesus datang ke dunia bukan sebagai raja untuk golongan tertentu, seperti pemahaman orang banyak. Bukan untuk menggulingkan pemerintahan Romawi, bukan pula pesaing bagi ahli Taurat, imam kepala, Farisi maupun Saduki. Dia datang untuk menyelamatkan umat manusia dari kebinasaan dosa. Misi penyelamatan itu dikerjakan melalui jalan salib. Karya Kerajaan Allah harus dimulai dengan pengurbanan cinta. Untuk mewujudkan Kerajaan Allah, harus dimulai dengan menanam benih. Benih-benih Kerajaan Allah itu sudah dimulai dan ditanamkan dalam sengsara dan pengurbanan Kristus di salib. 

Kita sebagai orang kristiani dipanggil untuk meneruskan karya misi Kerajaan Allah tersebut. Partisipasi paling nyata dalam karya misi Kerajaan Allah adalah dengan belajar untuk memberikan diri. Salah satu pemberian diri yang paling konkret adalah dengan belajar untuk melayani. Pelayanan apa pun dalam kehidupan sehari-hari menjadi bukti nyata bahwa kita belajar untuk berkurban bagi orang lain. Mungkin, melayani sebagai bentuk pengurbanan diri tidaklah mudah, karena kita harus keluar dari zona nyaman kita. Tetapi, Yesus Kristus sudah memberikan teladan yang sangat luar biasa. Yesus telah merendahkan dirinya menjadi orang yang paling hina dan memberikan nyawanya demi menebus dosa-dosa manusia. 

Penulis :Rm. Sri Joni Pasalli, O.Carm.
Sumber : Cafe Rohani Maret 2021, Hal 51
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat



MINGGU, 14 MARET 2021
HARI MINGGU PRAPASKAH IV

Bacaan I : 2 Tawarikh 36:14-17a.19-23
Bacaan Injil : Yohanes 3:14-21

"MENINGGIKAN TUHAN"
Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” Apa yang diungkapkan dalam perikop Injil hari ini sangatjelas bahwa yang harus ditinggikan adalah Tuhan. 

Terkadang bagi mereka yang menyukai haI-hal duniawi atau tidak percaya akan adanya Tuhan, perikop Injil hari ini mungkin dianggap tidak masuk akal. Namun, sebagai orang beriman, kita hendaknya percaya pada sabda Tuhan; Apa yang kita baca atau kita dengarkan dalam perikop Injil ini adalah sabda Tuhan sendiri. Bahkan sabda Tuhan ini sejak dulu tidak pernah berubah dan tidak pernah diubah sedikit pun. 

Gereja pun hingga saat ini terus meninggikan Anak Manusia, yang kita rayakan bersama dalam Perayaan Ekaristi. Itulah sebabnya, Gereja menyebut Ekaristi sebagai sumber dan puncak dari iman kristiani. Sebagai sumber dan puncak, Ekaristi menjadi sumber kesegaran yang tidak pernah kering bagi setiap orang beriman. Di dalam Ekaristilah, setiap orang beriman beroleh santapan rohani, yang akan membawanya pada kehidupan kekal. 

Saya percaya bahwa kita masing-masing memiliki pengalaman akan Tuhan, pengalaman akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita. Saat kita merasa segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Pengalaman-pengalaman tersebut seakan menyadarkan kita semua bahwa Tuhan itu ada. Dia selalu menyertai kita semua. Pengalaman-pengalaman yang mendorong kita semua untuk Percaya dan selalu meninggikan Tuhan dalam hidup kita. 

Barangkali kutipan perikop Injil di atas bisa menjadi semacam "rumus” dan penegasan bagi kita semua sebagai pengikut Kristus. Meskipun kita hidup dan bekerja di dunia, namun Tuhan Yang harus selalu kita tinggikan agar kita beroleh keselamatan dan sukacita. 

Penulis :Rm. Petrus Harsa Trihapsara, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat Hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat



MINGGU, 28 FEBRUARI 2021
HARI MINGGU PRAPASKAH II

Bacaan I : Kejadian 22:1-2.9a.10-13.15-18
Bacaan Injil : Markus 9:2-10

"DENGARKANLAH DIA"
Yesus mengajak tiga murid-Nya naik ke sebuah gunung yang tinggi. Dia ingin menyatakan Diri-Nya kepada mereka. Pada saat di atas gunung yang tinggi itu Yesus berubah rupa dan pakaian-Nya sangat putih berkilat-kilat sampai tidak ada kata kata yang mampu melukiskan perubahan itu. Para murid tidak hanya melihat Yesus, ada Elia dan Musa. Kemudian terdengar pernyataan Bapa tentang Yesus. 

Pengiihatan yang memesona ini membuat Petrus penuh sukacita dan ingin mendirikan tiga kemah satu bagi Yesus, satu bagi Musa dan satu bagi Elia. Apa artinya kemah bagi kita? Kemah berarti rumah sementara, orang mendirikan kemah bukan untuk tinggal tetap. Hanya orang yang dalam perjalanan, mengungsi atau kena bencana mendirikan kemah. Pernyataan mendirikan kemah hanya mau menegaskan bahwa penglihatan itu iuar biasa. Petrus ingin berlama-lama tinggal dalam pengalaman itu meskipun dalam ketakutan. 

Di tengah sukacita dan ketakutan, Allah datang mengatakan ”Inilah Anak-Ku yang Kukasihi; dengarkanlah Dia”. Yesus adalah Anak Allah yang terkasih, bukan manusia biasa. Dialah yang harus didengarkan. Seteiah itu, Yesus berpesan supaya tidak menceritakan kepada siapa pun apa yang telah mereka lihat sebelum anak manusia bangkit dari antara orang mati. 

Petrus bahagia di atas gunung dan tidak mau beranjak dari situasi aman itu. Tentunya dalam kehidupan kita pun sering mencari zona nyaman. Seorang suami atau istri bisa saja mencari kenyamanan di tempat tertentu seperti pusat pembelanjaan atau tempat lainnya. Seorang anak meletakkan kebahagiaannya pada medsos video game ketimbang pada buku pelajarannya. 

Padahal dalam realitas hidup, ada kebahagiaan dan penderitaan. Kebahagiaan hanya akan menjadi berarti bila itu dicapai melalui penderitaan (usaha yang keras), bercucuran air mata. Apakah kita mampu meninggalkan zona nyaman dan berani untuk menderita? 

Penulis :Sr. Sarlita Simbolon, H.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Selamat hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik



MINGGU, 21-02-2021
HARI MINGGU PRAPASKAH I

Bacaan I : Kejadian 9:8-15
Bacaan Injil : Markus 1:12-15

"BERTOBATLAH"
Saya pernah mendapat sharing yang sangat bagus dari seorang pria Katolik. Dia mengatakan bahwa pada masa mudanya dia adalah seorang preman yang sangat ditakuti. Dia tidak pernah takut kepada siapa pun. Setiap hari dia pergi ke pasar untuk meminta uang para pedagang dengan paksa. Dia juga sering kali meminta uang para sopir dengan kasar. Hal itu berlangsung cukup lama sampai akhirnya dia jatuh sakit karena mengidap sakit berat dan harus beristirahat di tempat tidur. Dia merasa tidak berguna. Dalam.situasi itu, dia merasakan sesal yang mendalam dan ingin bertobat. Sakit yang dideritanya membuat dia ingin bertobat dan ingin menjadi orang benar di hadapan Tuhan. 

Dalam bacaan Injil hari ini, Yesus menyerukan "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Kerajaan Allah menuntut pertobatan. Hanya orang-orang yang bertobat yang dapat melihat Kerajaan Allah. Kalau manusia tidak bertobat maka ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah. Mungkin godaan duniawi lebih kuat pengaruhnya sehingga manusia tidak tertarik untuk bertobat. Godaan duniawi membawa manusia masuk dalam zona yang begitu nyaman dalam kedosaan. Memang dosa membawa mahusia pada kenyamanan hidup dan sulit untuk ditinggalkan. Yesus menyerukan sebuah seruan agung ”bertobatlah”. Seruan ini menggetarkan hati manusia yang begitu nyaman dalam kedosaan dan kemudian tersadar akan dosa-dosanya. Seruan ini membangunkan manusia yang terlelap dalam kenyamanan dosa. .

Kita sebagai orang kristiani dipanggil untuk membawa terus-menerus semangat pertobatan. Ciri utama orang kristiani adalah bertobat. Dosa telah membuat manusia perlahan-Iahan jauh dari Tuhan dan akhirnya masuk dalam kebinasaan maut. Pertobatan membawa manusia untuk berbalik kepada Tuhan. Manusia mungkin sering kali jatuh dalam dosa, tetapi mari kita belajar bangkit dan bangun lagi untuk menjadi manusia baru. 

Penulis : Rm. Srijoni Pasalli, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. 
Selamat hari Minggu. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat



MINGGU, 14 FEBRUARI 2021
HARI MINGGU BIASA VI

Bacaan I : Imamat 13: 1-2.44-46
Bacaan Injil : Markus 1:40-45

"BERIMAN DI SAAT SULIT"
"Ingatlah, janganlah engkau memberitahukan hal ini kepada siapa pun, tetapi pergilah, perlihatkanlah dirimu kepada imam, dan persembahkanlah untuk pentahiranmu persembahan yang, diperintahkan oleh Musa, sebagai bukti bagi mereka.” Inilah pesan Yesus kepada si Kusta setelah la menyembuhkannya. 

Menjadi pertanyaan bagi kita semua, “Mengapa tidak boleh diberitahukan kepada siapa pun tentang kesembuhan si kusta?” Yesus tidak melarang si Kusta untuk mewartakan kesembuhannya. Yesus hanya ingin mengajak si Kusta supaya pertama-tama ia bersyukur kepada Allah atas kesembuhan yang diperolehnya. Supaya si Kusta sadar bahwa kesembuhan yang diperoleh-Nya merupakan rahmat dari Allah semata. Kalau setelah sembuh, si Kusta sibuk dengan pewartaannya kepada orang lain, bisa jadi dia akan lupa bersyukur kepada Allah dan rahmat kesembuhannya menjadikannya sombong. 

Sikap pentama yang harus kita miliki ketika menerima rahmat dari Tuhan ialah bersyukur kepada-Nya. Rasa syukur kepada Tuhan membantu kita untuk menjadi rendah hati dan sadar bahwa tanpa Tuhan, kita tidak bisa berbuat apa-apa. 

Peristiwa pandemi telah membuat kita seperti orang kusta: kita menjadi tidak berdaya, situasi sosial dan ekonomi kita memburuk dan kita menderita. Beranikah kita tetap beriman dan datang kepada Tuhan dan berkata, “Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku?” Atau kita malah bersikap sebaliknya: marah dan menyalahkan kepada Tuhan atas situasi yang terjadi. Sebagai bentuk kemarahan dan protes, kita lantas melanggar anjuran anjuran pemerintah dan mudah menyalahkan banyak orang. Mungkin dalam situasi demikian, kita bisa mengingat apa yang pernah dikatakan Ayub, “Apakah kita mau menerima yang baik dari Allah, tetapi tidak mau menerima yang buruk?" Mari, kita belajar dari si Kusta: menerima situasi pandemi dengan sabar dan penuh iman dan mensyukuri rakmat kesehatan dan kehidupan yang masih kita terima dari Tuhan.

Penulis :  Rm. Petrus Harsa Trihapsara, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik



MINGGU, 07 FEBRUARI 2021
HARI MINGGU BIASA V

Bacaan I : Ayub 7:1-4.6-7
Bacaan Injil : Markus 1:29-39

"MEMAKNAI KERJA"
Bekerja adalah suatu yang lumrah, biasa dilakukan setiap pribadi. Kerja menjadi aktualisasi diri yang karenanya, setiap orang harus bekerja. Setiap orang memiliki. aneka motivasi dan hal yang dikejar. Kerja dan kejar, kata yang tertulis dari huruf-huruf yang sama; namun berbeda. Demikian setiap pribadi melakukan kerja, namun berbeda yang mereka kejar. Ada yang kerja untuk kejar harta. Ada yang kerja untuk kejar tenar. Ada yang kerja untuk kejar target, dan seterusnya. Anekahal yang dikejar inilah, yang membiasakan tiap pribadi dari tujuan awal mengapa harus bekerja. 

Injil Markus menulis dengan indah peristiwa kehidupan Yesus. Sepulang dari beribadat, Yesus menyembuhkan mertua Simon. Menjelang malam. seluruh penduduk kota berkerumun di depan pintu minta disembuhkan Yesus. Bahkan, keesokan hari saat masih gelap; semua orang masih mencari Yesus. Ada dua -hal yang perlu kita ingat, yakni: Yesus kerja untuk mengaktualisasikan Diri-Nya sebagai pemberita Injil (warta gembira) dan Yesus tidak kejar nama atau ketenaran yang sudah ada di depar mata. Lewat kerja-Nya, Yesus menghadirkan kegembiraan bagi orang-orang di sekitar-Nya. Lewat kerja-Nya, Yesus dikenal sebagai penolong dan penyembuh. Yesus bekerja dan terkenal. Keindahan Injil hari ini adalah ketika murid-muridNya berkata: ”Semua orang mencari Engkau" dan Yesus menjawab, ”Marilah kita pergi ke tempat lain…” 

Kerja hendaknya menghadirkan kegembiraan bagi sesama, dan godaan untuk tinggal dalam zona nyaman akan selalu hadir dalam kerja kita. Baiklah kita renungkan pesan tersebut dalam karya dan kerja kita setiap hari. Apakah kerja kita memberikan kegembiraan bagi sesama? Adakah keberanian membagikan kegembiraan di luar zona nyaman kita? Yesus bergembira karena Bapa selalu bersama-Nya dan kegembiraan itulah yang dibagikanNya. Kita bersatu dengan Yesus, lewat baptis dan komuni. Adakah kita juga membagikan kegembiraan kepada sesama lewat kerja kita? Jika tidak, ada yang salah dengan apa yang kita kejar. 

Penulis : Bpk. F.A. Hatta
Penerbit :@penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik



MINGGU, 31 JANUARI 2021
HARI MINGGU BIASA IV 

Bacaan I : Ulangan 18:15-20
Bacaan Injil : Markus 1:21-28

"TAKJUB DAN BERUBAH"
Kapernaum adalah kota penting yang menjadi markas pelayanan Yesus di Galilea. Yesus masuk dalam rumah ibadat dan mengajar. Merupakan kebiasaan pada masa itu mengundang orang yang dianggap mampu untuk mengajar di sinagoga. Dikatakan orang yang ada dalam rumah ibadat itu takjub mendengarkan pengajaran Yesus. Takjub di sini dan sangat terpesona. Mereka terpesona dengan pengajaran Yesus. Yesus mengajar dengan penuh kuasa sedangkan pengajar lain hanya mengutip pernyataan dari para ahli dalam menerangkan kitab suci. Orang yang dekat dengan Allah mengajar sebagai seorang saksi. Kita akan tertarik dan percaya pada apa yang dikata kan orang itu. 

Ketika itu, ada orang yang kerasukan roh Jahat. Tidak diceritakan apakah orang ini dibawa ke rumah ibadat untuk disembuhkan oleh Yesus ataukah ia datang sendiri. Roh Jahat yang ada dalam diri orang ini bereaksi ketika mendengarkan Yesus mengajar dengan kuasa. Roh jahat ini menyampaikan pengetahuan adikodrati tentang Yesus sebagai Yang Kudus dari Allah. Roh jahat yang ingin berkuasa atas orang yang dirasuki ini, diusir oleh Yesus. Orang yang kerasukan menderita jiwa raganya. Disebutkan bahwa roh jahat menggoncang-goncang tubuh orang itu. Yesus segera membebaskan orang yang menderita karena kerasukan ini. Yesus memerintahkan dan roh jahat itu tunduk kepada-Nya. Ketika kita tekun berdoa, percaya kepadaNya, melayani dengan hati tulus dan mengandaikan-Nya, kita bersatu dengan Yesus. Dalam perlindungan Yesus kita tidak perlu takut pada maksud jahat orang lain atau pada kuasa gelap. 

Suatu ajaran baru karena Yesus tidak hanya mengajar tapi bertindak penuh kuasa atas roh-roh jahat. Orang yang melihat hal itu takjub. Kita mudah takjub melihat keajaiban dan mukjizat yang terjadi karena kuasa Tuhan. Namun sejauh mana rasa kagum pada Allah diikuti pertobatan akan menentukan kualitas kita sebagai pengikut Kristus. 

Penulis :Ibu M.T. Eleine Magdalena
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik 



MINGGU, 25 JANUARI 2021
HARI MINGGU BIASA III
Hari Ketujuh Pekan Doa Sedunia 

Bacaan I : Yunus 3:1-5.10
Bacaan Injil : Markus 1:14-20

BERTOBAT UNTUK KESALAMATAN 
Pada awal karya-Nya, Yesus mewartakan keselamatan. Semua dimulai dengan berita yang memberikan harapan, yakni Kerajaan Allah sudah dekat (Mrk 1:15). Orang diajak menyambut dan mengalaminya dengan sikap tobat. Hanya ada satu jalan agar selamat, yakni bertobat. Artinya, kembali kepada Allah, Sang Penyelamat. 

Bacaan-bacaan pada hari ini menampilkan dua tokoh, dengan cara mewartakan yang khas, dan menggunakan sarana yang terbatas. Yunus pergi dan berjalan mengelilingi Kota Niniwe sambil menyampaikan seruan tobat (Yun 3:4). Yesus memulai karya-Nya mewartakan berita keselamatan juga dengan berjalan. 

Walau sarana yang mereka miliki terbatas, hasil pewartaan mereka sangat luar biasa. Penduduk Niniwe langsung bertobat (Yun 3:5). Sekelompok orang segera mengikuti Yesus (Mrk 1:18.19-20). Meskipun Kerajaan Allah sudah hadir sebagai keselamatan, mereka hanya bisa mencapainya dengan tobat dan menyerahkan seluruh hidupnya kepada Tuhan secara total. 

Terhadap tawaran Allah itu orang harus menentukan sikap, kemudian mengikuti-Nya dengan penuh penyerahan. lnjil hari ini menunjukkan bagaimana rasul yang tulen harus bersikap terhadap tawaran Yesus (Mrk 1:17). Siapa yang mengarahkan diri seutuhnya kepada Yesus, akan mampu merelakan segalanya demi nama-Nya. 

Ajakan Yesus, ”Bertobatlah dan percayalah kepada Injil” tidak akan pernah pudar. Bahkan diharapkan semakin membara dan membahana. Yesus memilih rasul-rasul seperti dalam Injil hari ini,juga untuk tujuan menggemakan seruan pertobatan. la membuka jalan keselamatan Iewat pertobatan. Maka, kita patut mengakui dosa-dosa di hadapan Tuhan. 

Hidup kita sebagai orang beriman adalah hidup dalam pertobatan terus-menerus untuk mendapatkan keselamatan. Keinginan kita untuk menerima belas kasih dan cinta Tuhan haruslah disertai dengan kemauan untuk menyesal dan bertobat. Semoga!
 
Penulis : Rm. Nolaskus Harsantyoko, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik 


MINGGU, 17 JANUARI 2021
HARI MINGGU BIASA II

Bacaan I: 1Samuel 3:3b-10.19
Bacaan Injil : Yohanes 1:35-42

RABI, DIMANA ENGKAU TINGGAL?
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Setiap orang membutuhkan tempat tinggal. Tempat yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan seseorang dalam seluruh aspek kehidupan. Dua orang murid Yohanes yang dipertemukan dengan Yesus, mempunyai ketertarikan kepada Yesus. Ketertarikan tersebut diungkapkan secara nyata dalam keinginan mereka untuk mengetahui di mana Yesus tinggal. 

"Rabi di mana Engkau tinggal?" Pertanyaan ini bukan hanya didasarkan karena keingintahuan mereka, meiainkan lebih dari itu membawa perubahan pada seluruh hidup mereka. Pertanyaan yang kemudian menuntut mereka meninggalkan ”guru lama” mereka yaitu Yohanes dan mengikuti Yesus, Sang Guru baru. Pertanyaan ini merupakan awal perubahan mereka sebagai seorang murid. Seorang murid yang membutuhkan tempat di mana mereka bisa belajar lebih baik dan mengenal lebih dalam tujuan hidup mereka. Murid yang membutuhkan figur guru yang tepat yang bisa membimbing, menuntun, dan mengarahkan mereka pada tujuan yang baik dan benar yaitu Allah sendiri. 

Pencinta Café Rohani yang terkasih, sejak kita dibaptis kita telah diarahkan untuk mengetahui di mana Yesus tinggal. Lebih dari itu, melalui berbagai sakramen yang kita terima, kita terusmenerus diajak untuk datang dan tinggal bersama Yesus. Perjalanan spiritual kita sebagai pengikut Yesus, menuntut kita mengenal lebih jauh, mengetahui lebih dekat, memahami lebih dalam siapakah Yesus Guru yang kita ikuti dan Tuhan yang kita imani. Pengenalan dan pemahaman yang semakin dalam karena penga|aman perjumpaan dan tinggai bersama dengan Yesus diharapkan membuat kita mampu memperbarui hidup menyerupaiSang Guru yang diikuti. 

Bersama dengan kedua murid Yohanes yang datang kepada Yesus, mari kita membarui komitmen kita, agar tidak lelah datang mencari Yesus dan berani tinggal bersama-Nya. Karena Yesus Guru yang kita ikuti menyediakan bagi kita masing-masing tempat tinggal yang layak bersama-Nya, asalkan kita berani meninggalkan zona nyaman untuk datang pada-Nya. [Rm. Ferdinandus Tay, O.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik


MINGGU, 10 JANUARI 2021
PESTA PEMBAPTISAN TUHAN

Bacaan I : Yesaya 55:1-11
Bacaan Injil : Markus 1:7-11

BAPTISAN TANDA PERTOBATAN
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Baptisan dikenal sebagai sakramen inisiasi Kristen yang melambangkan pembersihan dosa. Baptisan juga melambangkan kematian bersama Yesus. Dengan masuk ke dalam air, orang yang dibaptiskan itu dilambangkan telah mati. Ketika ia keluar lagi dari air, hal itu digambarkan sebagai beberapa langkah lain harus diambil sebelum Anda memenuhi syarat untuk dibaptis. 

Rasul Petrus mengatakan, ”Bertobat dan berbaliklah agar dosa-dosamu dihapus” (Kis 3:19). Bertobat artinya sungguh-sungguh menyesali apa yang telah Anda lakukan. Pertobatan jelas perlu bagi seseorang yang menempuh kehidupan yang amoral, tetapi hal itu juga perlu bahkan bagi orang yang kehidupannya relatif bersih secara moral. Mengapa? Karena semua orang berdosa dan membutuhkan pengampunan Allah (Rom 3:23; 5:12). Maka, pertobatan itu perlu. Setelah bertobat, seseorang harus berubah haluan, atau 'berbalik'. Sekadar merasa menyesal tidak cukup. Kita harus menolak jalan hidup kita yang dahulu dan bertekad kuat untuk melakukan apa yang benar mulai dari sekarang. 

Hari ini, kita memestakan peristiwa berahmat Tuhan Yesus dibaptis di Sungai Yordan. Meskipun Allah, Dia mau dengan rendah hati dibaptis, agar karya keselamatan manusia dapat terlaksana. Tuhan Yesus ingin kita yang sudah dibaptis dan percaya, mengikuti teladan hidup-Nya. Terutama mau bertobat dan melakukan kebaikan dalam hidup. Salah satu contoh pertobatan yang harus kita lakukan adalah pertobatan ekologis. Pertobatan ekologis merupakan pertobatan manusia atas dosanya terhadap alam. Bertolak dari realita yang ada bahwa krisis ekologi adalah masalah moral yang menuntut suatu tanggung jawab bersama, maka pertobatan ekologis sangat penting untuk diupayakan. Salah satu bentuk pertobatan ekologis yakni menjaga kelestarian alam dengan membuang sampah pada tempatnya. Bersediakah kita mendengarkan Dia untuk bertobat terus-menerus dalam hidup? Semoga Roh Kudus membantu kita. [Br. Angelus More, 0.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik 



MINGGU, 03 JANUARI 2021
HARI RAYA PENAMPAKAN TUHAN
Hari Anak Misioner Sedunia

Bacaan I : Yesaya 60:1-6
Bacaan Injil : Matius 2:1-12

PENYEMBAH TUHAN
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Setiap orang beriman harus menyembah Tuhan sebagai satu-satunya Allah yang benar. Dia adalah Allah yang benar, pencipta semesta, raja atas segala raja dan penyelamat dunia. Dia mengasihi segenap ciptaan sehingga ia lahir sebagai manusia yang kita rayakan dalam perayaan Natal. la menampakkan diri kepada ciptaan dalam kerendahan hati sebagai 100% Allah dan 10096 manusia. Maka kita pun haruslah menyembah-Nya dalam kebenaran dan dalam totalitas hidup kita. 

Pada hari raya Penampakan Tuhan atau Epifani ini, kita diingatkan kembali bahwa Allah ada, hadir, dan datang ke dunia untuk merangkul kita semua. Allah dapat ditemui oleh siapapun yang datang mencarinya dalam kebenaran. la dapat dengan sangat mudah ditemui oleh setiap hati yang tulus untuk mencari-Nya. Natal adalah bukti bahwa Allah datang untuk kita. Para gembala yang bergegas ke Betlehem adalah saksi bahwa orang paling sederhana pun yang rindu bertemu Allah pasti akan bisa menemukan-Nya. Kegagalan Herodes dan keberhasilan orang-orang majus berjumpa dengan Yesus (Maria dan Yusuf) adalah bukti bahwa siapa pun yang datang kepada-Nya dengan ketulusan dan menyembah-Nya dalam kebenaran akan berjumpa dengan-Nya dalam sukacita. 

Datang dan menyembah-Nya berarti menjadikan Allah sebagai raja dan seseorang yang sangat berarti dalam hidup. Datang dan menyembah-Nya berarti kita memberikan penghargaan tertinggi kepada-Nya, yaitu diri dan hidup kita. Ini adalah persembahan paling berharga dan berkenan pada-Nya. Percayalah, siapa pun yang datang menyembah-Nya akan menemukan yang berarti dalam hidupnya, akan kembali dengan sukacita dan akan berjalan dalam kebenaran. 

Tuhan selalu menunjukkan kemuliaanoNya kepada kita lewat berbagai cara sebagai tanda cinta dan kedekatan-Nya. Maka, mari kita tunjukkan cinta dan pengabdian kita kepada-Nya lewat apapun yang bisa kita lakukan. Semoga lewat hari raya ini, nama Tuhan semakin dimuliakan dan hidup kita menjadi sarana berkat bagi dunia di sekitar kita. [Rm. Kartolo Malau, O.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berandakatolik



MINGGU, 27 DESEMBER 2020
PESTA KELUARGA KUDUS,YESUS, MARIA, YUSUF

Bacaan I : Kejadian 15: 1-6; 21:1-3
Bacaan Injil : Lukas 2:22-40

YESUS ADA DI KELUARGA 
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Seorang Ibu membawa bayi kecilnya yang berumur dua S bulan ikut Misa di gereja. Ketika masuk pintu gereja, si ibu bicara kepada bayinya "Nak, kita sudah masuk gereja, ya." Lalu setelah ibu itu membuat tanda salib dengan air suci kepada dirinya, ia juga membuat hal yang sama pada bayi kecil itu. Apakah bayi itu mengerti apa yang dikatakan ibunya? Apakah bayi itu bisa membedakan gereja atau rumah sehingga periu diberitahu pada bayi kecil? Mungkin bayi tidak mengerti apa-apa. Namun begitulah ibu itu mengenalkan Yesus kepada anaknya dan mengundang Yesus hidup di dalam keluarganya. 

Hari ini kita merayakan pesta keluarga kudus dari Nazaret, yakni Maria, Yusuf dan Yesus. Keluarga kudus Nazaret ini dijadikan model bagi keluarga Kristiani. Kekudusan keluarga kecil di Nazaret ini menjadi contoh bagi keluarga kita masing-masing. Keluarga kudus Nazaret ini disebut “kudus” mungkin bukan pertama-tama karena Maria dan Yusuf tidak pernah bertengkar, atau bukan karena mereka tidak punya persoalan dalam rumah tangga, melainkan karena mereka memelihara dan membesarkan Yesus di dalam keluarga itu. Yesuslah sumber kekudusan satu-satunya. Yesus juga yang menguduskan keluarganya itu. Maka ketika Maria dan Yusuf menerima Yesus dan membesarkannya di dalam keluarga itu, saat itulah mereka menjadi keluarga kudus. 

Ibu dalam cerita awal tadi, mungkin bukan orang suci. Tapi dia sudah menguduskan keluarganya dan anak-anaknya dengan membawa mereka datang ke gereja, dan mengajarkan kepada anak-anak sejak dini bagaimana cara beriman pada Yesus. la lusa sadar bahwa Yesus dan gerejanya menjadi jaminan bagi anak-anaknya untuk dapat bertumbuh menjadi sempurna. Keluarga-keluarga Kristiani mestinya juga belajar dari cara demikian. Mengenalkan Yesus kepada anak-anak sejak dini bahkan sejak mereka belum mengerti apa-apa tentang iman adalah langkah pertama menjadi keluarga kudus. Sudahkah kita memelihara Yesus dalam keluarga kita? [RP. Kardiaman simbolon, 0.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik 



MIMGGU, 20 DESEMBER 2020
HARI MINGGU ADVEN IV

Bacaan I : 2Samuel 7:1-5.8b-12.14a.16
Bacaan Injil : Lukas 1:26-38

TERJADILAH KEHENDAK-MU
penerbit: @penerbit_karmelindo 

 Seorang umat pernah berkata, ”Romo, saya baru menyadari rupanya doa novena itu pertama-tama bukan untuk membuat doa dan keinginan kita terkabul, tetapi agar kehendak saya pelan-pelan menjadi selaras dengan kehendak Tuhan.” Kiranya hal ini sungguh tepat namun juga sekaligus bukan suatu hal yang mudah. Perlu perjuangan besar untuk melepas kehendak kita sendiri dan memeluk erat kehendak Allah. Apalagi jika kehendak Allah tampaknya tidak sejalan dengan harapan dan rencana kita. 

Dalam Injil hari ini, kita diberi teladan iman dalam pribadi Bunda Maria. Bunda Maria adalah pribadi yang selalu berusaha mendahulukan kehendak dan rencana Allah dalam dirinya. Hidupnya, seolah untuk mengatakan “ya" atas kehendak Allah. Bukan hanya sekali, tetapi selalu, seumur hidupnya. Kalau kita membaca kembali Injil hari ini, tampak segalanya berjalan begitu cepat dan lancar. Maria dengan penuh keyakinan mengatakan ”ya” atas rencana Allah dalam hidupnya. Tentu saja ini adalah buah dari persembahan diri terus-menerus dalam hidup Maria. Ia berusaha untuk berkata ”ya” atas setiap kehendak Allah dalam hidupnya. Bunda Maria adalah teladan kita dalam mempersembahkan kehendak. 

Kita akan sungguh berbahagia bila kita berusaha memeluk erat kehendak Allah dalam hidup kita. Namun, ada saat-saat tertentu dalam hidup kita yang membuat kita sulit untuk berkata ”ya” atas rencana Tuhan. Ada saat-saat di mana kita ingin tawarmenawar dengan Tuhan dalam hidup ini. Terkadang kita masih ingin sedikit ”mengatur" Tuhan atas jalan hidup kita. Tidak selamanya menerima kehendak Tuhan itu mudah dalam hidup kita. Perlu perjuangan besar untuk mengatakan ”ya” atas rencana Tuhan yang tampak berbeda dengan harapan kita. Ketika menghadapi situasi seperti ini, kita dapat memohon doa Bunda Maria, agar ia menolong kita untuk berani mempersembahkan seluruh kehendak kita kepada Tuhan, berani membuka tangan kita dan mengatakan, “Terjadilah padaku menurut kehendakMu, Tuhan.” [RP. Charles Virgenius, 0.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat



MINGGU, 13 DESEMBER 2020
HARI MINGGU ADVEN III

Bacaan I : Yesaya 61:1-2a.10-11
Bacaan Injil : Yohanes 1:6-8.19-28

JUJUR PADA DIRI SENDIRI
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Dalam era digital sekarang ini, ketika smartphone menawarkan aplikasi dan perangkat aplikasi yang mendukung penampilan diri, ada kecenderungan untuk memanipulasi diri. Sebagai contoh, kulit wajah kita yang sebenarnya berwarna gelap, dengan smartphone mode! baru, bisa diubah menjadi putih. Dengan demikian bagi pencinta kulit terang, penampilan ini menjadi amat memesona. Mengubahubah penampilan yang tidak sesuai realitas tetapi sesuai dengan tuntutan sekitar, itulah godaan yang diberikan kepada kita. 

Hari ini, dari Injil kita bisa belajar dari Yohanes Pembaptis bagaimana menyikapi tawaran tersebut. Karena gaya hidup dan caranya mengajar serta mengajak orang, banyak orang mengira Yohanes adalah Mesias, Elia atau Nabi yang akan datang. Sebutan-sebutan itu adalah sebutan-sebutan yang istimewa. Dengan gelar-gelar tersebut, Yohanes akan mendapat banyak kemudahan dalam hidupnya dan ia akan menjadi orang terkenal, dikagumi banyak orang. Jika Yohanes menjawab iya, tidak seorangpun yang akan tahu kalau ia berbohong. Tetapi dengan tegas, ia selalu menjawab “bukan”, ketika ada kesempatan untuk menjadi terkenal dengan mengiyakan gelar-gelar yang diberikan orang kepadanya. Meski ada kesempatan untuk menjadi orang yang istimewa dihadapan banyak orang, Yohanes tidak mengambil kesempatan itu. Dengan berani dan lantang, ia menjawab dengan jujur siapa dirinya. “Akulah suara orang yang berseru-seru di padang gurun: Luruskanlah jalan Tuhan!” 

Menjadi diri sendiri, menampilkan apa yang sesungguhnya tentang diri sendiri, memang bukan hal mudah, terlebih tawaran untuk memanipulasi diri sendiri sudah menjadi bagian dari kehidupan banyak orang seiring perkembangan teknologi Yang memudahkan melakukan pemalsuan diri. Menjadi berbeda dari diri yang sesungguhnya, seperti menjadi suatu tuntutan, sementara jujur dengan diri menjadi gaya yang ketinggalan zaman. Beranikah kita dalam situasi tersebut tetap menampilkan, inilah saya sesungguhnya, seperti yang dilakukan oleh Yohanes? [RP. Krispinus Ginting, 0.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik



MINGGU, 06 DESEMBER 2020
MINGGU ADVEN II

Bacaan I : Yesaya 40:1-5.9-11
Bacaan Injil : Markus 1:1-18

BERTOBAT: MUNDUR UNTUK KAMU
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Bacaan - Bacaan Kitab Suci selama masa adven, secara khusus pada Injil hari ini menampilkan sebuah isu sentral tentang pertobatan. Penginjil menerangkan arti nubuat Nabi Yesaya mengenai suara di padang gurun, yang diterapkan kepada Yohanes Pembaptis. Yohanes mengajak umat untuk bertobat karena “Kerajaan Allah sudah dekat” dan akan tiba ”langit dan bumi yang baru”. 

Sebagai tanda pertobatan dan pengampunan, Yohanes membaptis mereka di sungai Yordan. Namun Yohanes dengan tegas menyampaikan kepada mereka bahwa dia hanyalah seorang yang membaptis dengan air. Pembaptisannya hanyalah merupakan tanda pertobatan dan pengampunan dosa, sedangkan pembaptisan yang akan diberikan oleh Dia yang akan datang itu adalah pembaptisan dengan Roh Kudus. 

Saat ini, Yohanes Pembaptis tidak lagi hadir dalam sosok asli untuk menyerukan ”pertobatan". Namun sejatinya, seruan pertobatan itu senantiasa bergema sepanjang waktu. Masa Adven merupakan salah satu kesempatan berahmat bagi kita untuk mengasah kepekaan hidup kita sebagai orang Kristen dalam komitmen yang benar. Barangkali kita akan menemukan bahwa hidup kita berjalan tanpa satu ideal yang jelas. Mungkin saja dalam hidup berkeluarga atau berkomunitas, masih ada jurang kelemahan yang perlu ditata kembali. Bisa jadi dalam hidup berbangsa dan bernegara, kita masih sering luluh dalam solidaritas persaudaraan, perikemanusiaan dan keadilan. Masih banyak jurang dan lembah dalam hidup yang perlu kita bereskan. 

Kita butuh rekonsiliasi. Kita perlu kembali pada jalan hidup yang benar. Mari, dengan hati nurani yangjernih, menata kembali hidup pribadi kita masing-masing. Kita perlu mengundurkan diri dari segala perbuatan kita yang tidak berkenan di hadapan Tuhan dan sesama. Dalam iman dan harapan kita terus berani Melangkah, karena hidup harus selalu mengarah ke masa depan Yang lebih maju. Hanya dengan demikian kita boleh Menyongsong hari-hari hidup kita dengan hati yang penuh Wham. [RP. Hendrikus Dasrimin, 0.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik




0 komentar:

Posting Komentar

  • Profile


    Lingkungan Santo Thomas Aquinas Paroki Bunda Maria Cirebon
  • Contact us