SENIN, 12 JULI 2021
PEKAN BIASA XV
Bacaan I : Keluaran 1:8-14.22
Bacaan Injil : Matius 10:34-11:1
"IKUT DAN MENGIKUTI"
Di zaman Ini, banyak tipe orang yang menyebut diri "pengikut”, Ada pengikut yang karena ikut-ikutan, ada yang ikut karena menguntungkan kalau diikuti, ada yang ikut karena dipaksa dan terpaksa, ada juga yang ikut karena memang ingin ikut serta mengikuti. Ikut atau mengikuti menjadi hal pokok dalam hidup manusia. Ikut juga identik dengan meniru. Anak kecil diminta untuk meniru apa yang dikatakan atau diperbuat orang dewasa. 
Hari ini, Yesus juga sedang berbicara soal ikut dan mengikuti. Yesus memberi penjelasan atau syarat mengikuti Dia. “Barang siapa mengasihi bapa atau ibunya lebih daripada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku, ...” (ay. 37). Yesus menghendaki supaya manusia itu total dalam mengikuti jalan-Nya. Bahkan, “Barang siapa tidak memikul salibnya dan mengikuti Aku, ia tidak layak bagi-Ku" (ay. 38). Mengikuti Yesus harus dengan sungguh-sungguh serta berani menanggung segala duka dan derita dalam hidup setiap hari. 
Yesus juga melanjutkan bahwa barang siapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan barang siapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku. Hal ini jelas bahwa orang lain yang menyambut kita sebagai pengikut Yesus sama dengan menyambut Yesus sendiri dan Bapa-Nya. Tampak sekali kalau hal ini saling berkesinambungan antara keyakinan kita dalam mengikuti Yesus terhadap orang lain yang ada di sekitar kita. 
Marilah, kita mulai sekarang sungguh-sungguh dalam mengikuti Yesus dengan sukarela. Mengikuti Yesus karena memang ingin mengikuti dan tidak ada embel-embel maksud lain. Marilah kita semakin berusaha untuk setia dalam mengikuti Yesus. Kita tunjukkan dalam kehidupan kita sehari-hari, Sebagai pelajar, belajar dengan baik dan jujur. Sebagai pekerja, bekerja dengan tekun dan disiplin. Sebagai pelayan masyarakat, maka melayanilah dengan tulus layaknya warga Gereja dan masyarakat yang taat aturan dan kesepakatan. sehingga orang lain yang menerima kita, menerima Yesus dan Juga Bapa di surga. 
Penulis : Br. Yohanes Suparno, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik

SENIN, 05 JULI 2021
PEKAN BIASA XIV
Bacaan I : Kej 28:10-22
Bacaan Injil : Matius 9:18-26
"YESUS SUMBER  SEGALA KELEGAAN HIDUP"
Hari ini Yesus mewartakan kebaikan dan memberi pengharapan kepada orang-orang yang pantas untuk mendapatkannya. Yesus menghidupkan seorang anak perempuan dari pemimpin rumah ibadat dan menyembuhkan seorang wanita yang sudah dua belas tahun lamanya mengalami pendarahan. Dua situasi hidup yang sangat berat. 
Kematian adalah salah satu penderitaan yang memilukan dan sulit diterima manusia. Bisa dibayangkan pilunya hati pemimpin rumah ibadat dengan kematian anak perempuannya. Dengan naluri iman dan kepercayaannya yang sungguh-sungguh, dia menjumpai Yesus agar turut campur mengatasi rasa duka dan putus asanya. Iman dan pengharapannya yang mendalam membuahkan hasil. Anak yang dicintainya hidup lagi. Betapa besar sukacita kepala rumah ibadat dan anak perempuannya yang diberi kesempatan hidup kembali. 
Dalam perjalanan Yesus ke rumah kepala rumah ibadat itu, Dia berjumpa dengan seorang perempuan yang juga sangat menderita karena sudah dua belas tahun mengalami pendarahan. Kita bisa membayangkan betapa menderitanya perempuan itu. Pasti segala usaha sudah dia buat untuk mencari kesembuhan. Kadang-kadang, mungkin muncul rasa putus asa dan kehabisan harapan. Maka ketika dia tahu bahwa Yesus akan lewat di hadapannya, dia dengan penuh iman yakin akan sembuh meski hanya menjamah jumbai jubah Yesus. Imannya dan keyakinannya memang berbuah indah. Dia sungguh sembuh dari sakit pendarahannya. Sebuah kelegaan yang luar biasa. 
Dari Injil, melalui anak perempuan yang mendapatkan kehidupan yang baru dan wanita yang sembuh dari penyakit yang membelenggu, kita bisa melihat bahwa Yesus sungguh pribadi yang memberi kelegaan hidup bagi siapa pun yang memohon kepada-Nya dengan sepenuh hati dan sepenuh iman. Siapa yang berharap sepenuh hati pada Yesus, bergantung padaNya dengan penuh kerendahan hati, maka dia akan beroleh kelegaan dan hidup yang baru. Semoga kita sungguh punya iman yang sama kepada Yesus. 
Penulis :Rm. Tinto Hasugian, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik #catholichomeid

SENIN, 28 JUNI 2021
PW SANTO IRENEUS, USKUP DAN MARTIR
Bacaan I : Kejadian 18:16-33
Bacaan Injil : Matius 8:18-22
"KONSEKUENSI MENGIKUTI YESUS"
Banyak orang berpikir bahwa mengikuti Kristus adalah hal yang sangat mudah. Benarkah demikian? Tentunya setiap pilihan mempunyai konsekuensi. Pengikut Kristus harus memiliki komitmen dan motivasi yang benar. Apa yang menjadi motivasi kita dalam mengikut Tuhan? Bila orientasi kita dalam mengikut Kristus hanya sebatas yang membahagiakan saja, suatu saat nanti pasti akan kecewa. Banyak orang pada mulanya begitu menggebu-gebu mengikuti Tuhan, tapi di tengah perjalanan mundur dan meninggalkan Tuhan. Jadi, tanpa komitmen yang kuat, alangkah mudahnya kita meninggalkan Tuhan, apalagi kalau kita menghadapi berbagai kesulitan hidup. 
Dalam Injil, dikisahkan seorang ahli Taurat berkata, “Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi.” Sepintas, si ahli Taurat ini benar-benar ingin mengikut Yesus dengan segala konsekuensinya. Namun, bagaimana reaksi Yesus? Yesus tidak memberi jawaban ya atau tidak. Justru Yesus memberikan jawaban, “Serigala mempunyai liang, dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.” Mengapa Yesus menjawab seperti itu? Karena ikut Yesus berarti pikul salib, rela menderita bersamaNya. Yesus ingin agar setiap orang memperhitungkan lebih dahulu risikonya, untung dan ruginya sebelum membuat komitmen menjadi pengikut-Nya. 
Banyak orang mengikut Yesus hanya mau diselamatkan atau hanya yang menyenangkan saja, tetapi tak mau menderita bagi Yesus. Betapa sulitnya menyangkal diri dan memikul salib demi Yesus. Jadi, kalau mau mengikut Yesus berarti menyangkal diri, memikul salib, dan mengikuti Yesus dalam susah dan senang. Mengikut Yesus mengandung risiko yang harus dihadapi dengan tabah dan sukacita. Mengikuti Yesus membutuhkan kesungguhan hati dan komitmen. Yesus tidak ingin orang yang mau mengikut-Nya memiliki banyak alasan atau dalih hanya untuk bersenang-senang tanpa makna. 
Penulis : Sr. Sarlita Simbolon, H.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichom3

SENIN, 21 JUNI 2021 
PW SANTO ALOYSIUS GONZAGA, BIARAWAN
Bacaan I : Kej 12:1-9
Bacaan Injil : Matius 7:1-5
"PENGHAKIMAN"
Seorang sahabat pernah sharing. Dia merasakan kebencian yang luar biasa dalam hatinya karena terus-menerus dipersalahkan oleh pimpinannya. Kesalahan sekecil apa pun yang ia perbuat akan membuat pimpinannya marah besar. Padahal dia tahu dengan baik, bahwa pimpinannya juga sering kali berbuat kesalahan. Akhirnya, karena sudah tidak tahan lagi dengan tindakan pimpinannya, dia memutuskan untuk mengundurkan diri. 
Bacaan Injil hari ini mengingatkan kita akan penghakiman. Yesus mengingatkan bahwa manusia sering kali punya kecenderungan untuk menghakimi sesamanya. Ahli Taurat dan orang Farisi sering kali tampil sebagai tokoh yang memegang kebenaran. Ketika mereka mendapati orang lain melanggar atau melakukan kesalahan, maka mereka akan sangat cepat untuk menghakimi. Orang yang berdosa dan bersalah harus diasingkan dan tidak boleh diampuni. Kecenderungan untuk menghakimi adalah ambisi untuk menguasai orang lain. Manusia yang ingin berkuasa akan selalu menghakimi dan menjatuhkan sesamanya. 
Tuhan Yesus mengingatkan kita manusia untuk tidak terlalu cepat menghakimi sesama kita. Banyak peristiwa dalam kehidupan yang membuat kita sadar bahwa kita semua bukanlah manusia yang sempurna. Tuhan begitu baik terhadap kita, manusia, walaupun kita tidak sempurna. Banyak perbuatan kita yang juga sering kali mengecewakan Tuhan. Tidak ada seorang pun yang sempurna di hadapan Tuhan. Kalau Tuhan mencintai kita sebagai manusia yang tidak sempurna, mengapa kita begitu sering mau menghakimi sesama karena ketidaksempurnaan mereka? Kita sebagai orang kristiani diajak untuk belajar tidak mudah menghakimi sesama. Semua manusia pasti pernah berbuat kesalahan. Mari, kita belajar memperbaikinya bersama untuk kehidupan yang baik. Tuhan datang ke dunia untuk menyelamatkan manusia, bukan untuk menghakimi manusia. Semoga kehadiran kita bukan untuk menghakimi sesama, tetapi untuk membawa keselamatan bagi sesama. 
Penulis : Rm. Sri Joni Pasalli, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat

SENIN, 14 JUNI 2021
PEKAN BIASA XI
Bacaan I : 2Korintus 6:1-10
Bacaan Injil : Matius 5:38-42
"JANGAN MEMBALAS"
Injil hari ini tidaklah mudah untuk dipahami dan dilaksanakan, Mengapa? Karena dunia sering kali mengajarkan kepada kita bahwa “balas dendam” kepada mereka yang menyakiti kita lebih memuaskan hati daripada mengampuninya, sehingga kita sulit memahami ajaran Yesus dalam perikop ini. 
Yesus bersabda, “Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.” Mungkin kita semua lantas bertanya: Mengapa kita tidak boleh melawan orang yang berbuat jahat kepada kita? Persoalannya di sini bukan pada boleh atau tidak boleh melawan orang yang berbuat jahat, melainkan soal hakikat manusia. Sejak awal, Tuhan menciptakan manusia serupa dengan Diri-Nya, lalu Tuhan juga menciptakan seorang wanita yang sepadan untuk menjadi penolong baginya. 
Diciptakan serupa dengan Tuhan berarti memiliki kesamaan seperti Tuhan. Maka, bagaimana mungkin manusia tidak berbelas kasih terhadap sesamanya, padahal Sang Penciptanya adalah Sang Maha Pengasih dan Pengampun? Bagaimana mungkin manusia tega “mengambil atau mencungkil mata” sesamanya karena kemarahan dan kedengkian, padahal Tuhan Penciptanya telah menciptakan dan memberikan mata agar manusia dapat melihat keindahan dunia. Tuhan menciptakan orang lain, supaya kita bisa saling melengkapi dan bukannya saling menampar atau menyakiti. Hakikat manusia terhadap sesamanya adalah saling mengasihi dan melengkapi. 
Mungkin kita lantas bertanya: Mengapa hingga hari ini masih ada orang yang berbuat jahat terhadap sesamanya? Karena roh jahat masih berkeliaran di tengah-tengah kita untuk merusak hati dan menjauhkan manusia dari perbuatan cinta. Itu sebabnya, kita perlu selalu mengingat perikop ini, supaya kita terus disadarkan akan hakikat kita sebagai manusia, yaitu Saling mencintai dan melengkapi. Kita disadarkan bahwa Cara mengurangi jumlah orang jahat di dunia, ialah dengan melaksanakan sabda Yesus yang kita dengarkan pada hari ini, "Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu.” 
Penulis :Rm. Petrus Harsa Trihapsara, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berandakatolik

SENIN, 07 JUNI 2021
PEKAN BIASA X
Bacaan I : 2Korintus 1:1-7
Bacaan Injil : Matius 5:1-12
"GALAU"
“GALAU!” Gak tahu Antara Lanjut Atau Udahan, begitu kata G seorang murid saya. Istilah yang mau menggambarkan kebingungan untuk melanjutkan hubungan atau mencukupkannya sampai di sini. Singkat kata, “galau” merupakan sebuah ungkapan tentang kebingungan. 
Tulisan tentang galau menjadi coretan awal permenungan kita untuk bacaan Injil hari ini. Bacaan kali ini terdapat satu ayat yang menarik direnungkan bersama dengan tulisan galau tadi, yaitu “Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan” (ay. 6). Berbincang tentang kebenaran, hari ini kita benar-benar dibuat galau. Bahkan untuk satu peristiwa yang sama, kita bisa dibuat galau oleh pemberitaan yang ada. Aneka argumentasi untuk peristiwa itu, semuanya tampak benar, meski kebenaran yang sejati dan sungguh hanya satu. Di sinilah kegalauan terjadi. Kita tidak pernah tahu mana yang sungguh-sungguh benar. Di situlah kita bingung. 
Para penikmat Cafe Rohani, kita adalah murid-murid Tuhan oleh karena baptisan yang kita terima. Saat mengalami semua kegalauan, di sanalah kita haus dan lapar akan kebenaran. Ada satu hal yang patut disayangkan, bahwa melalui peristiwa-peristiwa tersebut Tuhan Yesus sedang duduk “mengajar”, tetapi kita justru mendengarkan suara yang lain. Lantas memutuskan udahan mendengar Tuhan yang mengajar. Mengapa kita tidak mencontoh teladan murid-murid-Nya yakni datang kepadaNya? (bdk. ay. 1). Bukankah kita juga murid-Nya? Galau kita harusnya bukan karena omongan orang dan menjadikan kita udahan berelasi dengan Tuhan. Justru saat melihat peristiwa atau mendengar berita yang menggalaukan, kita harus berkata: “GALAU!!” — Gue Akan Lebih dekat Ama U (Saya akan lebih dekat dengan-Mu). Demikianlah murid-murid Yesus bertindak hari ini, “Setelah Ia duduk, datanglah murid-muridNya kepada-Nya” (ay. 1). Murid Tuhan akan selalu datang kepadaNya, saat kegalauan melanda. Dialah, Tuhan, kebenaran yang sesungguhnya. 
Penulis : Bpk.F.A. Hatta Adi Mas Prihandono
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Balem 🙏
#berkat
#berandakatolik #semogajadiberkat

SENIN, 31 MEI 2021
PESTA SP MARIA MENGUNJUNGI ELISABET
Bacaan I : Zefanya 3:14-18a
Bacaan Injil : Lukas 1:39-56
"KESEDIHAN MENJADI SUKACITA"
Bacaan Injil hari Ini terdiri dari kisah Maria mengunjungi Elisabet dan Magnificat. Kisah Maria mengunjungi Elisabat terkait perikop sebelumnya: Maria menerima kabar dari Malaikat Gabriel. Dapat dibayangkan perasaan Maria, gadis muda yang terkejut dan membutuhkan waktu untuk meyakinkan dirinya bahwa Ia telah bertemu malaikat yang memberi kabar tak terduga. Dapat dipahami bahwa Maria ingin bertemu Elisabet untuk mengurai sebagian dari perasaan dan pikirannya tentang apa yang sedang terjadi. Selain tentunya ingin memastikan dan memberi bantuan kepada Elisabet yang kini sedang hamil enam bulan di usia senja. Banyak hal yang dibicarakan. Mereka berdua mengalami hal yang tidak biasa. 
Dengan pikiran dan perasaan berkecamuk, antara takut, sukacita dan terkejut, Maria mengunjungi Elisabet. Jarak Nazaret ke Ein Karem kurang lebih sekitar 150 km. Maria membutuhkan waktu perjalanan sehari penuh jika berjalan kaki. Tidak disebutkan apakah Yusuf tunangannya menemani Maria. 
Sesampai di rumah Elisabet, Maria diteguhkan oleh perkataan saudarinya ini, “Diberkatilah engkau..., ibu Tuhanku.” Bahkan, anak dalam kandungannya melonjak kegirangan merasakan sukacita yang dialami ibunya lewat salam Maria. Rasa takut dan bingung berubah menjadi pujian dalam diri Maria. Maria bersukacita dan mengidungkan pujian kepada Tuhan. Relasi Maria dan Elisabet adalah relasi persaudaraan yang tulus. Kita membutuhkan orang lain untuk berbagi suka dan duka. 
Kidung Maria mengandung pengharapan bagi orang rendah dan tertindas. Maria yang dipenuhi Roh Kudus mampu menjadi representasi orang yang dikecilkan oleh dunia.  Ketika kita sedang terpuruk, putus asa, bingung dan menderita, Allah ada sangat dekat dengan kita, Ketika keadaan kita sedang berlimpah, dapatkah kita secara tulus berkata-kata kepada orang kecil yang menderita bahwa kita berpihak kepada mereka dan ada untuk mereka? 
Penulis : Iibu M.T, Eleine Magdalena
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik#semogajadiberkat #catholichomeid

SENIN, 24 MEI 2021
PW SP MARIA BUNDA GEREJA
Bacaan I : Kis 1:12-14
Bacaan Injil : Yoh 19:25-34
"BUNDA SETIA DALAM SALIB"
Gereja Katolik  hari ini memperingati Santa Perawan Maria sebagai Bunda Gereja. Peringatan ini ditetapkan oleh Paus Fransiskus sejak tahun 2018 dan diperingati pada hari Senin setelah Minggu Pentakosta. Bapa Suci ingin meningkatkan devosi ini untuk mendorong pertumbuhan rasa keibuan Gereja dalam diri para imam, kaum religius, dan umat beriman, serta pertumbuhan rasa hormat yang sejati kepada Maria. 
Bunda Maria tampil sempurna sebagai tokoh teladan yang tetap setia bersama Yesus sampai berdiri di bawah kayu salib. Maria mau menanggung segala kesulitan, pencobaan, dan penderitaan seberat apa pun bersama dengan Yesus. Semua dilakukan karena cintanya kepada Yesus. Maria memandang putranya dengan kesedihan yang mendalam bahkan Maria menemani Yesus dalam jalan salib sampai kematian-Nya di Golgota. 
Yesus sendiri juga tahu bahwa Ia harus meninggalkan Maria, ibu-Nya. Maka Yesus berkata kepada ibu-Nya, “Ibu, inilah anakmu.” Yohanes pun menjadi anaknya, menggantikan Yesus. Yesus juga berkata kepada Yohanes, “Inilah ibumu.” Dan sejak saat itu, Yohanes menerima Maria di dalam rumahnya. Selanjutnya, Bunda Maria selalu ada bersama para rasul, berdoa memohon karunia Roh Kudus. 
Perayaan Maria Bunda Gereja membantu kita mengingat bahwa dengan cinta, segala pengalaman kehidupan kristiani harus berlabuh pada misteri Salib. Persembahan diri yang total dan konkret dari Kristus di salib kita nikmati dalam Perjamuan Ekaristi. Bunda Maria sebagai Bunda Sang Penebus dan Bunda Gereja menjadi yang pertama ditebus oleh persembahan dirinya kepada Allah. 
Kita sungguh bersyukur atas peran Bunda Maria, Bunda Gereja, bunda kita semua. Dialah yang membuat kita turut mengalami keselamatan dari Yesus Tuhan kita. Semoga kita memiliki devosi kepada Maria Bunda Allah yang merupakan teladan kekuatan iman penuh cinta, di dalam pengalaman penderitaan dan salib. 
Penulis : Rm. Nolaskus Harsantyoko, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik#semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganhariankatolik

SENIN, 17 MEI 2021
PEKAN VII PASKAH
Bacaan I : Kis 19:1-8
Bacaan Injil : Yoh 16:29-33
"PENDERITAAN"
Penderitaan menjadi satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan dalam hidup manusia. Sangat mustahil seseorang tidak pernah mengalami penderitaan dalam hidupnya. Namun sebagai orang beriman yang percaya kepada Yesus, dalam setiap penderitaan yang kita alami kita masih memiliki pengharapan. 
Sabda Tuhan yang kita dengarkan dalam Injil hari ini menampilkan penderitaan yang merupakan konsekuensi dari pilihan karena setia kepada Yesus. Gambaran ini menunjukkan bahwa pilihan untuk mengikuti Yesus dan bertahan dalam pilihan tersebut mengandung konsekuensi yang tidak ringan. Berhadapan dengan situasi yang demikian, Yesus mengingatkan bahwa kita hendaknya tidak takut karena Ia telah terlebih dahulu mengalahkan dunia. Kalau Yesus telah mengalahkan dunia, maka sesungguhnya kita yang berjuang untuk setia mengikuti-Nya juga ambil bagian dalam kemenangan Yesus atas dunia. Oleh karena itu, pelbagai konsekuensi yang ditimbulkan karena pilihan kita mengikuti Yesus, seharusnya tidak membuat kita merasa cemas dan takut, apalagi sampai meninggalkan Yesus, Sang Pahlawan yang telah mengalahkan dunia. Yesus yang setia menjaga dan membimbing kita, memberi kita jaminan bahwa hidup bersama dan di dalam Dia, kita akan aman. Di dalam kemenangan-Nya ini, kita pun diajak untuk bersatu dengan-Nya supaya bisa mengambil bagian di dalamnya.
Bagaimana tanggapan kita terhadap ajakan Yesus ini? Bersediakah kita hidup bersatu dengan Dia? Jika ragu, marilah kita belajar percaya kepada Yesus. Belajar percaya berarti belajar untuk mengurangi atau bahkan menghilangkan kecemasan dan ketakutan atas pelbagai hal yang akan kita alami sebagai konsekuensi pilihan kita mengikuti dan setia kepada Yesus. Melalui penderitaan dan kematian-Nya, Yesus telah menunjukkan kesetiaan-Nya kepada Bapa. Marilah kita memohon rahmat kekuatan untuk berani menghadapi setiap penderitaan karena iman kita kepada Yesus. 
Penulis : Rm. Ferdinandus Tay, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #renunganhariankatolik #catholichomeid

SENIN, 10 MEI 2021
PEKAN VI PASKAH
Bacaan I : Kis : 16:11-15
Bacaan Injil : Yoh 15:26-16:4a
"ROH KEBENARAN"
Ketika Roh Kudus datang pada hari Pentakosta (Kis 2:4), tugas utama Nya yang berhubungan dengan pemberitaan Injil ialah menginsafkan. Istilah "menginsafkan” berarti menyingkapkan, membuktikan ketidakbenaran, dan meyakinkan. Roh Kudus akan menyatakan dosa dan ketidak percayaan supaya membangkitkan kesadaran akan kesalahan dan perlunya pengampunan dosa. Keinsafan ini juga menerangkan akibat yang mengerikan jikalau orang terus berbuat dosa. Setelah diinsafkan ia harus memilih. Hal ini sering kali menghasilkan pertobatan yang sungguh-sungguh untuk berbalik kepada Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat. 
Roh Kudus itu jugalah yang akan membenarkan atau meneguhkan bahwa Yesus adalah penyelamat yang datang ke dunia untuk menyelamatkan dunia. Maka kita semua yang percaya kepada-Nya juga dipanggil untuk melakukan yang sama, yaitu ke mana pun pergi atau di mana pun berada harus menjadi saksi iman, yang senantiasa berusaha menyelamatkan dunia dan seisinya. 
Menghayati panggilan ini pasti kita akan menghadapi aneka tantangan, hambatan, dan masalah atau bahkan pengucilan. Ini terjadi karena cukup banyak orang yang berpengaruh di dalam kehidupan bersama, bertindak menghancurkan lingkungan hidup di dunia ini. Banyak yang serakah mengambil hasil bumi dengan membabati hutan, menguras minyak bumi, perusakan hutan demi tambang batu bara, pembangunan gedung yang merajalela, dan masih banyak lagi yang lainnya. Semuanya ini menambah “pemanasan global” yang mengancam kehidupan di dunia ini. 
Sebagai saksi iman, meskipun harus menghadapi aneka tantangan, masalah, dan hambatan hendaknya tidak putus asa atau menyerah. Kita percaya pada janji Yesus bahwa Roh Kudus akan mendukung dan manguatkan kita sehingga kita akan mampu menghadapai semuanya. Dengan demikian di bawah bimbingan Roh Kudus kita harus siap sedia dan rela untuk "disalibkan" bersama Yesus yang telah berjuang dan berkorban demi keselamatan jiwa umat manusia. Semoga
Penulis : Br. Angelus More, O. Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandaktolik

SENIN, 03 MEI 2021
PESTA SANTO FILIPUS DAN YAKOBUS, RASUL
Bacaan I : 1Korintus 15:1-8
Bacaan Injil : Yohanes 14:6-14
"TETAPLAH SETIA"
Bicara tentang Iman adalah bicara tentang Yesus yang setia kepada Bapa-Nya. Berbicara tentang para rasul adalah berbicara tentang kesetiaan mereka kepada Yesus, Mesias, Putra Allah. Lewat pengalaman Iman para rasul, kita semua mengimani bahwa Yesus adalah sungguh Allah dan sungguh manusia, Yesus ada di dalam Bapa dan Bapa ada di dalam Dia. Model hidup kekatolikan adalah model hidup jemaat perdana, Mereka sehati sejiwa dan saling berbagi, senantiasa bersekutu dalam doa dar perayaan Ekaristi sebagai sumber hidup dan kekuatan iman. 
Kita semua dipanggil untuk hidup kudus seperti Allah kita kudus adanya. Orang kudus senantiasa takut akan Tuhan dan mencari kehendak-Nya. Kita semua adalah orang yang sedang mencari Tuhan, baik lewat doa, karya, dan latihan rohani apa pun. Dalam pencarian ini dan dalam keraguan, kita sering berdoa, “Tuhan, tunjukkanlah Bapa itu kepada kami, itu sudah cukup bagi kami.” Ini menegaskan bahwa kebutuhan akan Allah melampaui segalanya dalam hidup kita. Menegaskan bahwa Allah harus dicari lebih dahulu dan yang lainnya akan dilimpahkan kepada kita. Ini juga berarti, jika kita datang kepada Allah, maka segalanya yang kita rindukan dalam kehidupan ini sedang datang mencari kita. 
persoalannya, kita lebih mengutamakan kerinduan kita akan dunia dan hidup daripada Allah sumber segalanya itu. 
Saudara terkasih, Injil hari ini mengajak kita agar terus belajar mengenai siapa kita dan Tuhan kita. Sebab dari pengenalan yang benar akan lahir kepercayaan, dari kepercayaan akan muncul kesetiaan dan dari kesetiaan kita memperoleh kepantasan untuk penebusan. Tuhan adalah kasih dan kesetiaan. Jika kita setia dan saling mengasihi, Itulah tandanya bahwa kita mengenal Dia dan kita murid-Nya. Yesus adalah guru dan teladan. Dia adalah Allah dan Allah adalah kasih. 
Penulis: Rm. Kartolo Malau, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandaktolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat

SENIN, 26 APRIL 2021
PEKAN IV PASKAH
Bacaan I : Kis 11:1-18
Bacaan Injil : Yoh 10:1-10
"KESETIAAN"
Selain menjadi tempat bagi domba-domba untuk masuk ke dalam kandang, pintu berfungsi sebagai jalur bagi domba-domba untuk keluar ke padang rumput. Jika kandang itu adalah Gereja, maka yang menjadi pintu adalah Yesus sendiri. Gembala yang baik adalah pemimpin yang mengantar umat Allah untuk keluar dan masuk melalui pintu. Sesungguhnya pintu adalah metafora dari kesetiaan para pemimpin pada ajaran Kristus sehingga umat tidak tersesat atau disesatkan oleh ajaran lain. Musuh atau pencuri dari kawanan domba atau umat Allah adalah nilai-nilai yang berlawanan dengan ajaran Kristus. 
Kesetiaan adalah salah satu dari 9 buah-buah roh. Alkitab Perjanjian Baru mengartikan kesetiaan sebagai: dapat dipercaya, taat, orang percaya, memercayai, pasti, dan benar. Kesetiaan dari para pemimpin seharusnya mengikuti kesetiaan Yesus sendiri. Yesus memiliki kesetiaan yang sempurna karena bertahan sampai akhir. Yesus sendiri telah menunjukkan kesetiaan dalam mengikuti kehendak Bapa-Nya. Banyak pemimpin dalam lingkup mana saja kurang setia. Mereka tidak mampu bertahan dalam keadaan apa pun. Mereka mudah goyah dan jatuh. Mereka mudah percaya pada jalan yang mengantar mereka kepada kebahagiaan semu. Karena itu, domba-domba gembalaan mereka pun sangat kebingungan karena tidak dapat melihat lagi dalam diri pemimpin mereka kebenaran Kristus yang patut dicontoh. Akhirnya, Gereja dalam artian yang luas mudah dimasuki pencuri yang merusak tatanan hidup umat. 
Menjadi pemimpin berarti dipanggil untuk menjaga tata hidup umat. Gereja dan keluarga merupakan tempat persemaian nilai-nilai hidup. Jika nilai-nilai hidup ini tidak kuat tertanam dalam fondasi bangunan Gereja dan keluarga, maka Gereja dan keluarga akan kehilangan kesaksian. Mari kita kembali ke ajaran yang benar dan setia kepada Kristus. Kesetiaan kita pada Kristus dapat dijaga dan bertumbuh dengan baik jika kita percaya kepada-Nya, setia mendengarkan-Nya, berdoa, dan bertindak sesuai dengan ajaran-Nya dalam keadaan apa pun. Amin. 
Penulis :Rm, Karolus Sola, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik#semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat

SENIN, 19 APRIL 2021
PEKAN III PASKAH
Bacaan I : Kis 6:8-15
Bacaan Injil : Yoh 6:22-29
"KULINER"
Apakah hobi Tuhan Yesus? Mengajar. Dia memang berkeliling untuk mengajar. Membuat mukjizat. Bukankah Yesus melakukan banyak mukjizat? 
Semua dilakukan sebelum Dia bangkit dari mati. Setelah bangkit, apa hobi dari Tuhan Yesus Kristus? Ternyata, hobinya kuliner. Kemarin kita merenungkan tentang para murid yang kembali ke Yerusalem setelah bertemu Yesus Kristus di rumah Emaus dalam perjamuan (Luk 24:35-48). Ketika bertemu dengan para murid-Nya di ruang yang tertutup Yesus memakan ikan didepan mata mereka (Luk 24:42-43). 
Hari ini Yesus berbicara tentang orang banyak yang mencari-Nya: bukan karena melihat tanda-tanda, tetapi karena telah kenyang makan roti (Yoh 6:26). Besok Dia akan berbicara tentang roti yang turun dari surga (Yoh 6:32-33). Semua tentang makan. 
Apakah benar Yesus hobi kuliner? Beberapa kali Dia makan bersama orang Farisi, pemungut cukai dan orang berdosa. Juga menikmati perjamuan malam terakhir dengan para murid-Nya. Tapi bukan berarti bahwa Yesus suka kuliner. 
Semua makan dan minum itu berbeda maknanya dari kuliner yang orang lakukan. Kini kuliner itu berarti makan di luar bersama dengan keluarga atau kerabat. Kadang juga untuk menghindari memasak di rumah yang dinilai tidak praktis dan lebih mahal. 
Kuliner ala Yesus menunjukkan bahwa keselamatan abadi dilukiskan dengan perjamuan makan (Mat 25:10). Perjamuan malam terakhir (Mat 26:26-29) itu memiliki makna keselamatan. Itulah saat paling tepat bagi-Nya untuk menyerahkan Diri kepada manusia. Perjamuan itu menjiwai wafat-Nya di kayu salib, yakni penyerahan Diri secara total kepada Allah dan manusia. 
Bukan hanya hobi, Yesus itu pusat kuliner. Pusat perjamuan Ekaristi adalah Yesus. Setiap kali merayakannya, kita berkuliner bersama dengan Tuhan Yesus Kristus. Sadarkah Saudara bahwa hidup Katolik mencapai puncaknya dalam kuliner rohani? 
Penulis :Rm. Albertus Herwanta, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat

SENIN, 12 APRIL 2021
PEKAN II PASKAH
Bacaan I : Kis 4:23-31
Bacaan Injil : Yoh 3:1-8
"LAHIR KEMBALI"
Dalam sebuah keluarga, kelahiran seorang manusia sangat dinantikan dan ditunggu-tunggu. Dengan lahir dan hadirnya manusia baru dalam keluarga akan memberikan suasana baru dan lain dari biasanya. Suasana keluarga menjadi ceria dan penuh kegembiraan. Kegembiraan bagi orang tuanya, sanak saudara dan tetangganya. 
Hari ini Yesus mengajarkan mengenai lahir kembali melalui percakapannya dengan Nikodemus, pemimpin agama Yahudi. Yesus mengatakan, “... Sesungguhnya, jika seorang tidak dilahirkan kembali, ia tidak dapat melihat Kerajaan Allah” (Yoh 3:3). Lalu Nikodemus menanyakan, kalau sudah tua bagaimana ia dapat lahir kembali? Yang dimaksud lahir kembali adalah lahir dari air dan Roh. Lahir menjadi manusia baru yang penuh dengan pemikiran serta semangat baru dalam Roh. 
Masa Paskah menjadi masa ketika kita manusia lahir kembali berkat wafat dan kebangkitan Yesus. Hidup baru muncul dan dirasakan karena adanya sukacita kebangkitan Yesus. Kebangkitan menjadikan kita terlahir lagi menjadi manusia baru dalam semangat dan kegembiraan sebagai anak-anak Allah. Hanya saja bagaimana kita mewujudkan secara konkret dalam hidup kita sebagai manusia yang terlahir sebagai manusia baru. Salah satu contohnya adalah kalau kehadiran kita menjadi sumber kegembiraan bagi orang di sekitar kita. Bukan malah menjadi batu sandungan dan beban bagi orang lain. Ini adalah salah satu tanda kalau kita ini manusia yang terlahir kembali dalam Roh Allah. 
Sukacita Paskah sebagai manusia yang dilahirkan kembali juga bisa ditunjukkan dalam tugas dan pekerjaan kita masingmasing. Setia akan tugas dan pekerjaan yang diembannya di mana saja tanpa mengeluh. Berusaha penuh perhatian dan peduli terhadap orang-orang di sekitar kita. Mencari apa yang bisa kita perbuat demi kebaikan banyak orang. Marilah kita berusaha mewujudkan manusia yang dilahirkan kembali dalam sukacita Paskah ini. Yesus yang bangkit akan menyertai perjalanan hidup kita senantiasa. 
Penulis :Br. Yohanes Suparno, O.Carm.
Sumber : Cafe Rohani April 2021, Hal 31
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik

SENIN, 5 APRIL 2021
HARI SENIN DALAM OKTAF PASKAH
Bacaan I : Kisah Para Rasul 2:14.22-32
Bacaan Injil : Matius 28:8-15
"KEBANGKITAN MENGHALAU KETAKUTAN"
Kebangkitan Yesus mendatangkan sukacita bagi para murid-Nya. Dengan semangat mereka berlari-lari menyebarkan berita besar ini kepada semua orang. Mereka menyaksikan peristiwa besar yang tidak ada dalam pemikiran mereka. Kebangkitan Yesus menjadi jawaban atas segala kecemasan dan kekaburan pemahaman manusia akan dasar, akhir dan tujuan hidup ini. Sebelum Kristus bangkit, manusia memahami keterbatasan akan arti dan makna hidup serta kemana tujuan akhir dari hidup manusia. Ketidakpastian hidup dan situasi gelap penuh misteri, keadaan hidup setelah kematian yang selama ini mendera manusia terjawab sudah secara pasti dan meyakinkan dengan kebangkitan Kristus. Kebangkitan-Nya mengusir rasa takut dan cemas kita. Kebangkitan-Nya memberi kita kepastian hidup dan semakin optimis akan tujuan akhir hidup kita yaitu kebahagiaan yang sejati. 
Kristus yang bangkit selalu menyapa orang-orang yang dijumpainya dengan sapaan pembuka yang selalu sama. “Salam bagimu.” Yesus mau meyakinkan para murid-Nya bahwa kehadiran-Nya selalu menjadi pembawa damai, harapan, dan sukacita bagi siapa pun. Kristus adalah wajah Allah Bapa yang sesungguhnya. Maka melalui kebangkitan Yesus ini, ditampakkan bahwa Allah itu bukan pribadi yang pendendam. Meskipun dikhianati, tidak menjadi sakit hati dan pendendam, Allah tetap memberi damai dan sukacita. Allah memberi pengharapan hidup pada manusia dengan menjanjikan sukacita abadi dan kebahagiaan kekal setelah kematian. Kematian bukan lagi hal yang menakutkan dan mencemaskan. Kematian adalah pintu satu-satunya menuju kebangkitan. Iman mengajarkan kita untuk berdamai dengan kematian serta menerima kematian sebagai pintu masuk kepada tujuan sejati hidup. Maka orang kristiani adalah pribadi yang tidak pernah takut menjalani hidup dan juga tidak pernah takut untuk memasuki kematian. 
Penulis :Rm. Tinto Tiopano Hasugian, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat#BerandaKatolik#semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat

SENIN, 29 MARET 2021
HARI SENIN DALAM PEKAN SUCI
Bacaan I : Yesaya 42:1-7
Bacaan Injil : Yohanes 12:1-11
"MEMULIAKAN TUHAN"
Dalam konteks perjalanan hidup rohani menuju Tuhan, apapun yang kita miliki bisa menjadi sarana untuk mendekatkan kita kepada Tuhan atau sebaliknya, Ada yang memiliki harta, dipergunakan untuk membantu komunitas Gereja. Ada yang berkemampuan membaca dengan baik, disalurkan sebagai berkat dengan membantu membacakan cerita menarik bagi anak-anak. 
Injil hari ini mengisahkan seorang perempuan yang mempergunakan minyak narwastu untuk mengurapi kaki Yesus, Sepintas terlihat sebagai pemborosan. Namun ketika Yesus menjelaskan tindakan perempuan itu, tindakan itu bukanlah pemborosan. Ada nilai mendalam di balik semua itu, yang menunjukkan relasi kasih antara Allah dan manusia. 
Pengurapan itu dijadikan Yesus sebagai sarana menjelaskan tentang hari kematian-Nya. Seolah-olah Dia mau mengatakan bahwa: 1) Seperti Dia dimuliakan dengan pengurapan itu, Yesus juga akan dimuliakan dengan urapan Darah-Nya yang tertumpah di salib. Inilah ungkapan cinta mendalam dari Allah pada manusia. 2) Seperti Dia dihormati dengan urapan minyak itu, demikianlah Yesus juga akan dihormati dalam pengurapan jenazah-Nya. Penghormatan ini menjadi ungkapan cinta para pengikut-Nya. 
Dengan memerhatikan ini semua, kita diajak untuk merenungkan dinamika ungkapan kasih Allah kepada manusia dan tanggapan manusia terhadap kasih-Nya. Ada banyak hal yang bisa dikerjakan manusia untuk mengungkapkan tanggapan tersebut. Kita bisa belajar dari perempuan yang mengurapi Yesus itu. Dia berani memberi tanggapan atas kasih Allah dengan sarana apa pun. Allah menerima apa pun yang kita persembahkan kepada-Nya untuk dimuliakan dan menghormati-Nya dengan tulus. Bahkan kalaupun hanya tindakan atau hal-hal yang biasa dan sederhana, ketika semuanya diarahkan demi Allah, maka akan memiliki nilai yang luar biasa dalam Allah. Maukah kita memuliakan Dia? Mari, bersama senantiasa memuliakan Allah dalam segala keadaan dan dengan berbagai macam sarana. 
Penulis : Rm. Stanislaus Lirmanjaya, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik

SENIN, 22 MARET 2021
PEKAN V PRAPASKAH
Bacaan I : Daniel 13:41c-62
Bacaan Injil : Yohanes  8:1-11
"MEMBEBASKAN  KESOMBONGAN DIRI"
Melihat keburukan orang lain lebih mudah daripada keburukan diri sendiri. Itu sebabnya ahli-ahli Taurat serta orang-orang Farisi begitu bersemangat untuk menghukum seorang perempuan yang kedapatan berzinah. Dengan menggunakan hukum-hukum yang selama ini mereka hidupi bersama, mereka berharap Yesus akan menuruti hukum-hukum yang mereka tetapkan bagi seorang yang kedapatan berzinah. Dengan demikian, otoritas mereka akan semakin disegani di masyarakat. Itulah sebabnya mereka menegaskan hukum itu kepada Yesus, “Musa dalam hukum Taurat memerintahkan kita untuk melempari perempuan-perempuan yang demikian (baca kedapatan berzinah).” 
Yesus yang hidup dalam tradisi Yahudi tentu saja memahami hukum tersebut, akan tetapi Yesus hendak memperlihatkan hukum yang lebih membebaskan. Yesus melontarkan suatu pernyataan yang membuat orang-orang yang menuntut agar perempuan berzinah dilempari, berpikir tentang diri mereka. Yesus berkata, “Barangsiapa di antara kamu tidak berdosa, hendaklah ia yang pertama melemparkan batu kepada perempuan itu.” Perkataan Yesus tersebut tentu saja mengagetkan, karena siapa yang berani berkata pada dirinya Sendiri sebagai orang yang tidak berdosa. Perkataan Yesus membangunkan kesadaran mereka bahwa mereka sendiri bukanlah orang yang luput dari dosa. Injil menuliskan kesadaran itu dengan baik, “Setelah mereka mendengar perkataan itu, pergilah mereka seorang demi seorang, mulai dari yang tertua.” Mereka yang menuntut untuk menghukum orang lain yang berdosa ternyata keadaannya tidak berbeda dengan orang yang Mereka tuntut. Dengan kesadaran itu, Yesus membebaskan Mereka dari belenggu dosa yaitu kesombongan akan diri sendiri. 
Pernyataan Yesus sebenarnya ditujukan kepada kita juga. Jika orang-orang Farisi dan ahli-ahli Taurat kemudian sadar akan keberdosaan mereka setelah mendengar pernyataan Yesus, tidakkah seharusnya kita juga menyadari situasi kedosaan kita? 
Penulis : Rm. Krispinus Ginting, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat


SENIN, 15 MARET 2021
PEKAN IV PRAPASKAH
Bacaan I : Yesaya 65:17-21
Bacaan Injil : Yohanes 4:43-54
"IMAN SEJATI"
Seorang pegawai istana datang kepada Yesus, dan memohon agar anaknya memperoleh kesembuhan. Menarik bahwa permohonan pegawai istana ini tidak langsung dikabulkan. Permintaannya justru dijawab dengan teguran, ”Jika kamu tidak melihat tanda dan mukjizat, kamu tidak percaya” (ay. 48). Lantas, apakah yang dilakukan oleh pegawai istana ini ketika mendengar perkataan Yesus? la tidak putus asa. Dia malah kembali memohon agar Yesus segera datang ke rumahnya, 'Tuhan, datanglah sebelum anakku mati.” Teguran Yesus membawa kesadaran baru bagi pegawai istana ini. Kepercayaan pada Yesus disebabkan karena melihat tanda dan mukjizat, kini mulai pelan-pelan beralih. Melihat hal itu, Yesus pun berkata kepadanya, ”Pergilah, anakmu hidup.” 
Apakah pegawai istana itu pulang dengan kecewa karena ia tidak berhasil membawa Yesus ke rumahnya untuk menyembuhkan anaknya? Penginjil mencatat bahwa pegawai istana itu percaya akan perkataan Yesus, lalu pergi (ay. 51). Dia pulang ke rumahnya tidak bersama dengan Yesus, tetapi ia percaya akan kata-kata Yesus. Kepercayaannya terbukti; anaknya sembuh. Pada akhir kisah, penginjil kembali menonjolkan iman dari pegawai istana ini. Dikatakan bahwa ia dan seluruh keluarganya percaya pada Yesus (ay. 53). 
Dari kisah ini, ada dua hal yang dapat menjadi bahan Dermenungan kita. Pertama, kesabaran akan memperoIeh Segalanya. Kadang kita merasa bahwa doa kita tidak didengarkan oleh Tuhan. ltulah yang membuat orang kecewa, putus asa bahkan berhenti berdoa. Padahal Tuhan sudah berjanji bahwa Setiap orang yang setia mencari akan mendapatkannya, dan setiap orang yang mengetuk, pintu akan dibukakan. iman yang benar adalah iman yang lahir karena sungguh percaya akan sabda Yesus, bukan karena telah melihat atau mengalami tanda atau mukjizat tertentu di dalam hidup. Yesus pernah berkata, “Berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya" (Yoh 20:29). 
Penulis : Rm. Hendrikus Dasrimin, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharian

SENIN, 08 MARET 2021
PEKAN III PRAPASKAH
Bacaan I : 2Raja-Raja 5:1-15
Bacaan Injil : Lukas 4:24-30
"LATAR BELAKANG TIDAK PENTING"
Yesus berasal dari keluarga sederhana. Ia adalah anak seorang tukang kayu dan juga lahir di kampung kecil Betlehem. Karena tahu latar belakang Yesus, banyak orang Nazaret menolak Dia. Yesus pun berkata kepada mereka, "Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya" (ay. 24). 
Apakah latar belakang begitu menentukan? Ataukah karya dan perbuatan Yesus jauh lebih penting? Yesus ditolak di Nazaret karena mereka tahu latar belakang-Nya. Maka la mengingatkan mereka akan apa yang terjadi pada zaman para nabi. “Pada zaman Elia terdapat banyak janda di Israel dan ketika bahaya kelaparan yang hebat menimpa seluruh negeri. Tetapi Elia diutus bukan kepada salah seorang dari mereka, melainkan kepada seorang janda di Sarfat di tanah Sidon. Dan pada zaman Nabi Elisa banyak orang kusta di Israel dan tidak ada seorang pun dari mereka yang ditahirkan, selain daripada Naaman, orang Siria itu” (ay. 25-27), karena mereka menolak kehadiran Tuhan yang tidak sesuai pikiran mereka, maka Allah tidak menunjukkan karya-Nya di tengah mereka. Allah hanya menjadi sebatas pikiran manusia saja. 
Sebagai orang Kristen, kita memercayai Yesus bukan karena asal dan latar belakang hidup-Nya. Kita memercayai Yesus karena Ia benar-benar menghidupi apa yang dikatakan-Nya. Sabda itu terbukti dalam karya yang telah diperbuat-Nya. itulah yang membuat iman bertahan. Kalau mengimani dan menerima Yesus hanya karena sesuai pikiran kita, itu bukanlah iman yang mendalam. Tuhan akan kita perlakukan sebagai pemuas hasrat dan keinginan belaka. 
Di tengah hidup bersama orang lain, kita juga dipanggil menghargai sesama apapun latar belakangnya. Sebab tak ada dari kita yang memilih sendiri latar belakang di mana kita dilahirkan. Apalagi berelasi hanya demi kepentingan sesaat. Memandang dan menerima orang lain apa adanya.
Penulis :Rm. Kardiaman Simbolon, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat

SENIN, 01 MARET 2021
PEKAN II PRAPASKAH
Bacaan I : Daniel 9:4b-10
Bacaan Injil : Lukas 6:36-38
"HENDAKLAH KAMU MURAH HATI"
Manusia adalah makhluk sosial. Untuk bisa hidup, ia membutuhkan dan berhubungan dengan manusia lain, Dalam berelasi dengan manusia lain, ia memiliki kecenderungan mengukur dan menilai apa yang dilihatnya. Seperti kata pepatah, ”Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa yang tahu.” Relasi dengan orang lain tidak dapat ditebak. Bisa saja menjadi teman yang mendengarkan, sekaligus dapat menjadi lawan yang menghakimi. 
Di Masa Prapaskah, masa retret agung, masa tobat, Tuhan Yesus mengingatkan kita untuk tidak menghakimi. Penghakiman yang adil hanya ada pada Allah. Ia tidak pernah mengangkat siapa pun untuk menjadi hakim-Nya. Karenanya tidak seorang pun berhak menghakimi sesamanya. Jika di antara kita ada yang berprofesi sebagai hakim, hendaklah mengadili dengan adil. Sebab apa yang dilakukannya harus dipertanggung jawabkan bukan hanya di hadapan manusia, melainkan juga di hadapan Allah. Satu hal penting untuk selalu diingat, “Ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan kepadamu” (Luk 6:38). 
Mengenai ukuran yang baik, saya teringat akan peristiwa ketika diminta membantu ibu untuk menakar beras dengan menggunakan ”beruk”, aIat ukur/takar dari tempurung kelapa. Beruk harus diisi penuh/padat, digoncangkan. Beliau masih berpesan ”jangan menipu". Takaran yang dipadatkan, digoncangkan, dan tumpah keluar merupakan gambaran, wujud dari sikap murah hati. 
Pesan Tuhan Yesus, ”hendaklah kamu murah hati" dan ”janganlah kamu menghakimi” saling berkaitan. Jika orang memiliki sikap murah hati, ia pasti tidak mudah menghakimi, meniiai sesama. Pesan tersebut mengingatkan kita akan pesan yang lain, "Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka” (Mat 7:12). Semoga kita ditemukan Allah sebagai orang-orang Yang murah hati, tidak cepat menghakimi sesama, melainkan selalu berupaya mengajak orang lain berlaku baik dan bertindak benar.
Penulis :Rm. Hugo Susdiyanto, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat

SENIN, 22 FEBRUARI 2021
PESTA TAKHTA SANTO PETRUS, RASUL
Bacaan I : 1Prtrus 5:1-4
Bacaan Injil : Matius 16:13-19
"TAKHTA PETRUS"
Ketika murid-murid  Yesus mendapat pertentangan dari orang-orang Yahudi dan dianggap sesat, ajaran Yesus justru tersebar keluar dari bangsa Yahudi. Saat Jemaat mengalami siksaan dan ancaman maut dari penguasa Roma, pengikut Yesus bukannya berkurang tetapi semakin banyak. Manakala banyak para pemimpin Gereja melakukan praktik-praktik yang tidak tepat dalam penggembalaan umat, muncul kelompok-kelompok yang membarui kehidupan Gereja. Saat kasus-kasus kejahatan seksual beberapa pemimpin jemaat terungkap ke publik, keputusan berani justru diambil Gereja untuk lebih menata kehidupan para gembalanya. Hambatan dan tekanan tidak meruntuhkan atau melenyapkan Gereja tetapi membaruinya. Apa kekuatan yang dimiliki Gereja sehingga tetap dapat bertahan? 
“Engkau adalah Petrus dan di atas batu karang ini, Aku akan mendirikan jemaat-Ku dan alam tidak akan menguasainya,” demikian sabda Yesus yang ditujukan kepada Petrus dan seluruh murid lain yang mendengar perkataan itu termasuk kita semua yang mendengarnya. Perkataan Yesus tersebut menegaskan apa yang menjadi kekuatan Gereja sehingga tetap bisa berdiri sepanjang zaman. Lewat sabda-Nya, kita mengetahui dan percaya bahwa kehidupan Gereja dibangun berdasarkan ajaran para rasul yang kelangsungannya diteruskan oleh para uskup. Selanjutnya, para uskup yang dipersatukan dengan uskup Roma sebagai pemimpin para uskup, secara bersama-sama menjaga dan meneruskan ajaran Yesus. Sabda Yesus yang menetapkan para rasul sebagai dasar pembangunan jemaat menjadi jaminan bahwa Gereja tidak akan pernah hilang. 
Keberlangsungan hidup Gereja berdasarkan ajaran para rasul, kita rayakan sebagai Pesta Takhta Santo Petrus. Lewat perayaan ini, seluruh anggota Gereja diajak untuk tetap percaya dan setia kepada Yesus melalui ajaran para rasul dan pengganti penggantinya. 
Penulis : Rm. Krispinus Ginting, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik

SENIN, 15 FEBRUARI 2021
PEKAN BIASA VI
Bacaan I : Kejadian 4:1-15.25
Bacaan Injil : Markus 8:11-13
"TANDA"
Di Alam hidup sehari-hari kita mengenal bermacam-macam tanda, salah satunya adalah tanda tangan. Menurut Wikipedia, tanda tangan atau paraf diartikan sebagai tulisan tangan, kadang-kadang diberi gaya tulisan tertentu dari nama seseorang atau tanda identifikasi lainnya yang ditulis pada dokumen sebagai sebuah bukti dari identitas dan kemauan. Di sini, tanda (tangan) berfungsi sebagai bukti. 
Injil hari ini mengisahkan tentang permintaan orang Farisi kepada Yesus supaya Dia memberikan sebuah tanda kepada mereka. Permintaan mereka ini sesungguhnya lebih didasari oleh motivasi untuk mencobai Yesus. Maka Yesus menolak permintaan mereka. Dalam versi Matius (Mat 12:38 42), Yesus memberikan suatu jawaban yang jelas bahwa mereka tidak akan diberikan tanda selain tanda Yunus. Sedangkan dalam versi Markus, Yesus nanya mengeluh di dalam hati-Nya (Mrk 8:12). 
Segala yang telah dilakukan oleh Yesus, sebenarnya sudah menjadi bukti nyata kehadiran Allah. Dia sendiri adalah tanda kasih dari Allah itu. Namun orang Farisi belum menerimanya, karena mereka masih berkeras hati. Dengan menolak permintaan orang Farisi, Yesus mau mengajak mereka untuk dewasa dalam iman. Kedewasaan dalam iman tidak tergantung pada suatu tanda keajaiban yang dialami, tetapi terletak pada sebuah kesadaran iman akan karya dan kehadiran Tuhan dalam hidup serta penyerahan diri secara total kepada Tuhan. 
Dalam terang sabda hari ini, marilah kita belajar untuk melihat tanda kehadiran dan karya Tuhan dalam setiap peristiwa hidup kita. Kita tidak perlu menunggu kehadiran Tuhan melalui peristiwa-peristiwa yang luar biasa dan mengagumkan, karena Tuhan bisa hadir iewat pengala'inan-pengalaman yang biasa dan sederhana, asalkan kita memiliki iman yang besar akan Dia. Tanda kehadiran Tuhan pun ada melalui orang-orang kecil, miskin dan sederhana yang ada di sekitar kita. Semoga kita menjadi orang-orang yang percaya, bukan karena suatu tanda, namun karena iman kita yang teguh kepada-Nya. 
Penulis :Rm. Hendrikus Dasrimin, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat
#berandakatolik

SENIN, 08 FRBRUARI 2021
PEKAN BIASA V
Bacaan I : Kejadian 1:1-19
Bacaan Injil : Markus 6:53-56
"RELEVANKAH DOA PENYEMBUHAN?"
AKHIR-AKHIR ini ilmu kedokteran semakin canggih. Berbagai jenis penyakit sepertinya bisa diatasi dan disembuhkan. Apa yang dulu tidak mungkin dilakukan di dunia kedokteran sekarang menjadi mungkin. Bahkan mencangkok organ-organ dalam tubuh manusia sudah semakin familier. Selain itu, ramuan dan aneka jenis obat muncul dan berkembang secara luas. Semua jenis penyakit sepertinya bisa ditemukan terapi penangkalnya. Lalu, masih relevankah doa penyembuhan bagi orang sakit? 
Injil hari ini mengisahkan dengan baik bagaimana orang banyak mengharapkan kuasa penyembuhan dari Yesus. Mereka berlari-lari dan mengusung orang-orang sakit kepada Yesus, di mana saja kabarnya la berada. ”Ke mana pun Yesus pergi, ke desa-desa, ke kota-kota atau ke kampung-kampung, orang meletakkan orang-orang sakit di pasar dan memohon kepadaNya, supaya mereka diperkenankan hanya menjamah jumbai jubah-Nya saja. Dan semua orang yang menjamahnya menjadi sembuh" (ay. 55-56). Mereka sepertinya tidak menemukan kemungkinan lain dari penyembuhan selain dari kuasa Yesus sendiri. 
Kemajuan ilmu kedokteran dan pengetahuan sangat memengaruhi hidup beriman kita. Nyata bahwa semakin banyak orang sudah meletakkan harapan kesembuhan pada kemampuan ilmu kedokteran daripada doa penyembuhan. Mereka lebih yakin pada aneka jenis ramuan daripada sekadar berdoa dan menjamah jumbai jubah Yesus. Bahkan jikalau orang-orang sakit sembuh dari sakitnya, bukan Tuhan yang kemudian diwartakan, melainkan ramuan, obat, tempat terapi dan dokter yang diwartakan. 
Saudara-saudariku, meskidunia berkembang; fakta bahwa Yesus sosok penyembuh tidak pernah hilang. Sebab ada beragam sakit yang kita hadapi membutuhkan kuasa dari Yesus. Oleh karena itu, entah itu sakit berat, maupun sakit ringan; entah itu sakit fisik atau bukan, kita mestinya tetap berlari pada Yesus dan menyerahkan penyembuhannya pada kuasa-Nya. 
Penulis :Rm. Kardiaman Simbolon, O.Carm.
Penerbit :@penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik 

SENIN, 01 FEBRUARI 2021
PEKAN BIASA IV
Bacaan I : Ibrani 11:32-40
Bacaan Injil : Markus 5:1-20
"WASPADA DAN BERJAGALAH"
Kekuatan jahat (setan) dan kekuatan baik (Tuhan) selalu berdampingan. Kenyataan tersebut tampak dalam warta hari ini. Kekuatan jahat yang merasuki seseorang membawanya . ke pekuburan, tempat orang mati. Istilah ”legion” adalah satu divisi tentara Romawi, berjumlah 6.000 orang (menurut teori). lstilah tersebut ikut memberi gambaran bahwa kekuatan jahat sungguh luar biasa, sehingga rantai dan belenggu tidak dapat mengikatnya. Kekuatan jahat merupakan teror dan siksaan baik bagi orang yang kerasukan maupun semua orang disekelilingnya. 
Kekuatan jahat yang luar biasa itu takluk pada kekuatan Kristus. Ia mengakui Yesus sebagai Anak Allah Yang Mahatinggi dan menyembah-Nya. Yesus pun mengabulkan permohonan mereka (Iegion). Yang lebih penting dari semuanya itu, orang yang tadinya kerasukan menjadi sembuh. 
Orang yang telah dibebaskan dari roh jahat itu meminta supaya diperkenankan menyertai Yesus. Akan tetapi, Yesus tidak mengizinkannya. Sebaliknya, Ia memberi tugas kepadanya untuk menemui orang-orang sekampungnya, dan mengatakan ini pada mereka segala sesuatu yang telah diperbuat Tuhat atasnya, bagaimana Allah mengasihaninya di dalam penderitaan-Nya Orang itu pun pergi, dan mulai memberitakan di daerah Dekapolis segala yang telah diperbuat Yesus atas dirinya. 
Ketika orang-orang sekampungnya melihat betapa ajaibnya orang malang itu disembuhkan, mereka merasa hormat terhadap Kristus. Akan tetapi, ketika tahu bahwa babi mereka hilang, rasa hormat berubah menjadi tidak suka, bahkan berharap agar Kristus meninggalkan mereka. 
Dalam warta hari ini tampak kepada kita, pertama, meskipun telah melihat karya Tuhan dan kekuatan sabda-Nya, manusia tetap lebih memilih yang bukan Tuhan (kekayaan, jabatan, dan semacamnya). Kedua, Tuhan Yesus tidak memusnahkan kekuatan jahat. Karenanya, kita perlu terus berjaga dai. waspada agar tidak dipengaruhi olehnya.
Penulis : Rm. Hugo Susdiyanto,O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
#berkat 
#berandakatolik 

SENIN, 25 JANUARI 2021
PESTA BERTOBATNYA SANTO PAULUS, RASUL
Penutupan Pekan Doa Sedunia
Bacaan I : Kis Para Rasul 22:3-16 atau 9:1-22
Bacaan Injil : Markus 16:15-18
MEWARTAKAN INJIL TUHAN
Para saudara yang terkasih, hari ini bersama Gereja kita merayakan pesta bertobatnya Santo Paulus Rasul. Jika kita perhatikan dari latar belakang hidupnya, Paulus Rasul yang kala itu masih bernama Saulus adalah orang yang cerdas dan pandai. la adalah murid dari Gamaliel, seorang guru besar pada masa itu. 
Jalan pertobatan Saulus bermula dari perjalanannya ke Damsyik untuk menangkap setiap pengikut Kristus, baik laki-laki maupun perempuan untuk dibawa ke Yerusalem dan dihukum. Namun di tengah perjalanan Saulus bertemu dengan Yesus yang telah bangkit dalam rupa sinar yang sangat terang dan bersabda kepadanya. Yesus menyapanya secara pribadi. Peristiwa inilah yang menjadi titik balik dan bertobatnya Saulus yang akhirnya dikenal dengan nama Paulus, seorang rasul yang paling semangat dalam mewartakan Injil Tuhan di banyak tempat untuk selamatkan banyak jiwa. 
Titik tolak pertobatan Paulus Rasul dan semangatnya dalam mewartakan Injil Tuhan berawal dari pertemuannya dengan Tuhan Yesus daIam rupa cahaya dan sabda. Demikian halnya dengan setiap orang beriman yang selalu bertemu dan bahkan bersatu dengan Tuhan Yesus baik dalam rupa Sabda maupun Tubuh dan Darah-Nya dalam setiap perayaan Ekaristi, harusnya mempunyai semangat yang sama dengan Paulus Rasul.
Sabda Tuhan yang kita dengar dari Injil hari ini: “Pergilah ke seluruh dunia, beritakanlah Injil kepada segala makhluk”, bukan Saja ditujukan untuk para rasul pada masa itu tetapi juga bagi setiap orang telah dibaptis dalam nama Tuhan di segala tempat dan sepanjang zaman. Ganjaran dan hukuman sudah disiapkan Tuhan bagi siapa saja yang menerima maupun menolak InjilNya, tinggal kebijaksanaan dan kecerdikan kita sebagai murid-murid Kristus zaman ini untuk menggunakan segala fasilitas yang ada untuk ikut serta dalam karya pewartaan Injil Tuhan ke seluruh dunia. 
Penulis : Rm. Y.B. Didik Prihartono, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah dalem 🙏
#berkat #berandakatolik 

SENIN, 18 JANUARI 2021
PEKAN BIASA II
Pembukaan Pekan Doa Sedunia
Bacaan I : Ibrani 5:1-10
Bacaan Injil : Markus 2:18-22
POLA HIDUP KATOLIK 
penerbit : @penerbit_karmelindo
Pola hidup orang Katolik adalah pola hidup yang berpuncak pada Paskah. Tindakan berpuasa menjadi langkah kehidupan menuju sukacita Paskah, kebangkitan Tuhan. Berpuasa bukanlah hai yang asing bagi umat dari berbagai latar belakang agama yang berbeda. Ketika itu murid-murid Yohanes dan orang-orang Farisi sedang berpuasa. Murid-murid Yohanes berpuasa karena mereka sedang berduka atas pemenjaraan gurunya, Yohanes Pembaptis. Sebaliknya, orang-orang Farisi tampaknya berpuasa karena kewajiban agama semata. 
Yesus mengajarkan kita tentang puasa melalui tiga perumpamaan, yaitu mempelai, kain, dan anggur. Puasa harus dilakukan dengan: Pertama, waktu yang tepat. Yesus menegaskan, selama sahabat-sahabat mempelai bersama dengan sang mempelai, mereka tidak bisa berpuasa. Kedua, cara yang tepat. Yesus mengajarkan bahwa tidaklah tepat dan memadai jika keberdosaan dari hidup lama ditambai dengan tindakantindakan agamawi semata. Ketiga, tujuan yang tepat. Inilah pola hidup Kristiani yang menjadi kekuatan kita untuk menjalani peziarahan di dunia ini. Bagi kita orang Katolik, puasa dan pantang artinya adalah tanda pertobatan, tanda penyangkalan diri, dan tanda kita mempersatukan sedikit pengorbanan kita dengan pengorbanan Yesus di kayu salib sebagai silih dosa kita dan demi mendoakan keselamatan dunia. Seperti seekor unta yang mempunyai sistem khusus yang memungkinkannya menahan haus, punuk yang memungkinkannya bepergian tanpa makan, struktur kaki yang menahannya dari tenggelam ke dalam pasir, dan kelopak mata yang tembus cahaya. Demikian Juga orang yang mengikuti Kristus memiliki cara hidup yang ampuh yaitu dengan pola hidup berpuasa. 
Kenikmatan dunia ini, tanpa kita sadari memberikan pola hidup yang menjauhkan kita dari cara hidup Kristus yang kita imani. Pola hidup konsumtif kerap kali membahayakan. Tinggalkan cara hidup yang demikian. Bentuklah diri dengan pola hidup Katolik, yaitu puasa. Lakukanlah dengan sepenuh hati! [Rm. A. Feriyanto, O.Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏 
#berandakatolik 
#berkat 

SENIN, 11 DESEMBER 2021
PEKAN BIASA I
Bacaan I : Ibrani 1:1-6
Bacaan Injil : Markus 1:14-20
SALAH PERGAULAN
penerbit : @penerbit_karmelindo 
Banyak orang bertanya apa alasan saya menjadi seorang imam? Tentu jawaban yang mereka harapkan adalah sebuah jawaban ”orisinal" yang mendarat dalam hidup sehari hari. Dan secara spontan saya selalu menjawab karena ”salah pergaulan”. Mengapa? Karena sejak kecil kelas 2 SD saya sering kali dibawa oleh bapak saya jalan-jalan ke pastoran dan bertemu dengan para pastor di paroki tempat kami tinggal. Apalagi bapak saya juga adalah seorang aktivis di lingkungan pengurus Gereja Paroki. Maka letak ”kesalahan” (dalam arti yang baik) adalah teman bergaul saya sejak kecil adalah para pastor. Lazimnya anak kecil, ya teman bermainnya anak sebayanya. Tapl karena faktor pergaulan ini pulalah maka panggilan menjadi seorang imam perlahan namun nyata tumbuh dan bersemi di dalam hidup saya. 
Berbeda dengan para murid Kristus yang berlatar belakang nelayan, yang Ia temui saat menyusur Danau Galilea. Ia melihat Simon dan Andreas saudara Simon, sedang menebar jala di danau. Demikian pula ia bertemu dengan Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya. Yesus meminta mereka, ”Mari ikutlah Aku.” Proses panggilan ini tampaknya sangat spontan dan berjalan demikian mulus. Namun tetaplah ini juga adalah merupakan sebuah panggilan yang orisinal. 
Kiranya melalui bacaan Injil hari ini kita semua disadarkan bahwasanya panggilan mengikuti Kristus adalah jati diri kita semua yang percaya pada-Nya. Panggilan itu menggema dan bersemi dalam diri setiap pribadi yang siap untuk menerima Yesus dan diubah oleh-Nya. Proses panggilan ini sangat unik dan orisinal dalam hidup kita masing-masing. Sehingga apa pun situasi kita saat ini, bagaimanapun kondisi sosial kita, entah di mana pun keluarga kita berada dan segala situasi khas yang menerpa diri kita, tetaplah berpengharapan pada panggilanNya yang akan mengubah hidup kita menjadi lebih baik. Keputusan untuk mengikuti Dia akan membawa dampak yang mengubah diri dan hidup kita menjadi lebih berarti. [Rm. Aditya Permana Perangin-angin, O.Carm.] 
Selamat beraktivitas. Berkah dalem 🙏
#berandakatolik 
#berkat

SENIN, 04 JANUARI 2021
HARI BIASA SESUDAH PENAMPAKAN TUHAN
Bacaan I : 1Yohanes 3:22-4:6
Bacaan Injil : Matius 4:12-17.23-25
PERTOBATAN : TANGGAPAN AKAN KASIH ALLAH 
penerbit : @penerbit_karmelindo 
Inti ajaran Kristiani adalah kasih. Sepanjang zaman dan pelbagai cara A|lah menunjukkan kasih setia-Nya. Dalam Perjanjian Lama lewat mulut para nabi, Allah meminta bangsa lsrael kembali kepada jalan yang benar ketika mereka melangkah pada jalan yang salah. Kehendak Allah dilupakan dan bangsa Israel lebih suka menempuh jalannya sendiri. Maka peperangan, penderitaan, kesengsaraan harus menjadi titik balik bagi bangsa Israel, mereka harus sadar bahwa mereka sedang berada pada jalan yang menyesatkan. Hanya dengan demikian bangsa Israel selamat. 
Yesus yang tampil di hadapan umum dan mengumandangkan seruan pertobatan, ”Bertobatlah, sebab Kerajaan Surga sudah dekat.” Yesus menghidupkan kembali seruan para nabi yang meminta agar bangsa Israel kembali pada Allah. la berjalan mengelilingi daerah Galilea untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Orang-orang sakit disembuhkan agar mata manusia terbuka akan Kerajaan Allah yang sungguh sudah dekat. 
Kasih Allah tidak berkesudahan. Kebesaran kasih-Nya terwujud dalam kehendaknya untuk menyelamatkan dunia lewat pertobatan. Kerajaan Allah hanya bisa disambut dengan hati yang “bertobat”. Orang yang menanggapi seruan pertobatan adalah orang yang layak untuk diselamatkan, sementara yang menolak untuk bertobat akan mengalami kebinasaan. Pewartaan akan pertobatan dan Kerajaan Allah menunjukkan bahwa Allah tidak pernah ingkar janji. Kesetiaan-Nya sungguh abadi. la selalu memberi tanda bahwa umat kesayangan-Nya tidak dilupakanNya dan ditinggalkan-Nya binasa. Tanda yang paling nyata dan terakhir adalah Putra-Nya sendiri. Mukjizat penyembuhan mau menunjukkan bahwa Allah sesungguhnya ada di tengah-tengah manusia. Allah yang jauh kini sangat dekat dengan manusia. 
Marilah kita selalu mengintrospeksi dlrl, menyadarl segala kelemahan dan dosa-dosa kita, memohon rahmat pengampunam Nya agar kita layak bagi kerajaan-Nya. Sudahkah kita membuka hati? Maukah kita menerima rahmat-Nya yang menyembuhkan? [Rm. Simon Taa, O.Carm.] 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berandakatolik

SENIN, 28 DESEMBER 2020
PESTA KANAK-KANAK SUCI, MARTIR
Bacaan I : 1Yohanes 1:5-2:2
Bacaan Injil : Matius 2:13-18
BUAH CINTA DAN TANGGUNG JAWAB
penerbit : @penerbit_karmelindo 
Ketika Yusuf dan Maria menerima tugas sebagal orang tua, mereka menghadapi tantangan. Pertunangan yang barium karena Maria mengandung sebelum menikah. Dalam Meatball hamil Yusuf membawa Maria dari Nazaret ke Betlehem tarpa kendaraan bermotor. Dapat kita bayangkan risiko dan lelah! Maria menempuh jarak yang sangat jauh dalam keadaan mengandung tanpa kendaraan bermotor. Maria melahirkan di kandang dan hanya ada palungan untuk meletakkan bayi yang dikasihinya, Belum selesai segala ketidakpastian ini, mereka harus membawa bayi Yesus mengungsi ke Mesir karena kejaran Herodes. 
Yusuf dan Maria berusaha melindungi Yesus. Mereka bertanggungjawab atas tugas yang dipercayakan Allah. Teladan bagi orang tua, kita diajar untuk mengurus keluarga dengan cermat. Berusaha sesuai peran adalah ungkapan iman dan cinta kepada Allah. Yusuf dan Maria berperan bagi pembentukan karakter Yesus. Yesus yang berbelas kasih, bijaksana dan berkarya hebat tidak lepas dari peran Yusuf dan Maria yang mencintai dan mendidik Yesus dengan benar. Yesus adalah buah cinta dan tanggung jawab Yusuf dan Maria. 
Rencana Allah bagi anak-anak tak tergantikan. Proses jatuh bangun keluarga ini tidak membuat kecil hati, seperti proses yang dilalui keluarga kudus Nazaret hingga Yesus lahir benarbenar pahit. Banyak dari kita mengalami sulitnya hidup namun berjuang sampai akhir itulah satu-satunya pilihan agar kita dapat melihat karya dan rencana-Nya tergenapi dalam keluarga kita. 
Bila suami istri berbuat yang terbaik untuk keluarganya, tidak menyerah pada kesulitan maka keluarga utuh. Perceraian adalah malapetaka bagi anak. Keluarga berantakan yang terus bertengkar menanamkan pengalaman buruk bagi anak. Orang tua paling bertanggung jawab memberi rasa aman dan masa depan yang terbaik untuk anak-anak. 
Semoga perjuangan Yusuf dan Maria mellndungl dan menyelamatkan bayi mereka, membulatkan tekad setiap orang tua Untuk tidak pernah menyerah dalam keadaan yang tersulit sekalipun. [ibu M. T. Eleine Magdalena]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik

SENIN, 21 DESEMBER 2020
PEKAN KHUSUS ADVEN 
Bacaan I : Kidung Agung 2:8-14 atau Zefanya 3:14-18a
Bacaan Injil : Lukas 1:39-45
HIDUP MENJADI BERKAH
penerbit : @penerbit_karmelindo 
Ada ungkapan, “Anda bernilai atau berguna jika Anda Aberada pada tempat yang tepat, berjumpa dengan orang tepat, dan pada saat yang tepat.” Ungkapan ini erat dengan prestasi, prestise dan popularitas. Setiap orang akan berjuang menemukan tempat yang cocok baginya, berusaha membangun relasi dengan orang yang dianggap bisa mendukungnya dan selalu mencari peluang-peluang serta memanfaatkan momen yang tepat untuk bisa mencapai apa yang dicita-citakan. 
Kehidupan orang Kristiani melampaui itu. Nilai hidup tidak tergantung dengan siapa kita berjumpa, di mana kita berada, dan apakah ada kesempatan. Nilai hidup terletak sejauh mana kita bisa menjadi alat untuk menyalurkan rahmat Allah kepada sesama: kapan saja, dengan siapa saja, dan di mana saja. 
Kisah Maria mengunjungi Elisabet merupakan kisah inspiratif; sebuah ”perjumpaan”. Kisah ini bukan hanya pertemuan dua saudara, tetapi perjumpaan dua orang yang mengalami rahmat Allah. Mereka bahagia bukan karena bertatap muka, tetapi karena rahmat Allah yang bekerja dalam hidup mereka. 
Selain itu, perjumpaan mereka ada unsur ”saling meneguhkan". Maria rela menempuh perjalanan panjang melewati pegunungan. Elisabet percaya Tuhan menghapus aibnya dengan mengandung Yohanes. Namun Elisabet sedang gundah dan bergulat dengan maksud Tuhan pada keluarganya. Zakharia suaminya telah menjadi bisu. Dalam situasi itu ia butuh saudara atau sahabat yang mendengarkan. Maria hadir membawa peneguhan, dukungan, dan sukacita. 
Sudahkah kita menjadi seperti Maria? Apakah kita sibuk berpikir menemukan dengan siapa kita bisa bersama, kapan Waktu yang tepat, dan di mana tempat yang tepat? Beato Titus Brandsma menjadi teladan “Maria” bagi yang lain. Dalam situasl sulit di penjara, Titus meneguhkan betapa Tuhan itu baik adanya. la melupakan diri sendiri dan hadir sebagai pribadi yang membawa penghiburan dan kegembiraan bagi sesamanya di Penjara. [RP. Simon Taa. O-Carm.]
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik

SENIN, 14 DESEMBER 2020
PW SANTO YOHANES DARI SALIB, IMAM DAN PUJANGGA GEREJA
Bacaan I : Bilangan 24:2-7.15-17
Bacaan Injil : Matius 21:23-27
KUASA
penerbit : @penerbit_karmelindo 
Kata kuasa sering kali kita asosiasikan dengan gambaran orang yang memiliki pangkat, jabatan tinggi dan pengaruh. Acapkali kuasa atau penguasa disandingkan dengan jabatan presiden, menteri atau posisi tertentu seperti direktur perusahaan, pimpinan yayasan dan sebagainya. Orang-orang yang memlllkl kuasa pada dasarnya memiliki pengaruh. Memiliki pengaruh artinya memiliki kemampuan menggerakkan. 
Dalam Injil, Yesus ditanya oleh imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi, “Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal-hal itu? Dan siapakah yang memberikan kuasa itu kepada-Mu?” Yesus tak langsung menjawab, tetapi membalas pertanyaan tentang asal baptisan Yohanes Pembaptis. Mereka tak menjawab jujur karena akhirnya mereka menjawab tidak tahu. Sejatinya mereka mendatangi Yesus dan bertanya karena mereka takut ”kuasa" yang dimiliki terguncang karena kuasa Yesus jauh lebih besar. Yesus menjadi ancaman yang bisa melengserkan kuasa yang dimiliki oleh imam-imam kepala serta tua-tua bangsa Yahudi. Kuasa yang mereka miliki memang tidak mampu menggerakkan banyak orang, karena kuasa itu tak berasal dari Allah. 
Yesus mengajarkan bahwa kuasa apapun yang dimiliki saat ini tak mampu menggerakkan jika itu tidak berasal dari Allah. Jika Anda pelayan di lingkungan maupun sebagai pemimpin perusahaan harus sadar akan hal ini. Kuasa yang Anda miliki bukanlah untuk memaksakan kehendak atau mengontrol. Kuasa itu mampu memberdayakan dan membuat orang lain bertumbuh Kuasa yang dimiliki Yesus adalah kuasa kasih dan pelayanan. la mengundang dan menginspirasi banyak orang untuk mengikutiNya dan bertumbuh dalam kasih. 
Hari ini kita memperingati Santo Yohanes dari Salib yang ajaran rohaninya selalu mengajarkan bahwa hidupnya sepenuhnya diarahkan pada Nyala Cinta yang Ilahi. Hidupnya selalu dipenuhi Oleh kuasa Allah. Dalam Masa Adven ini untuk mengarahkan hidup kita pada kedatangan Anak Allah yang akan lahir di dunia. Selaraskah kuasa yang kita miliki dengan kuasa Allah sendiri? [Bpk. Aris Kurniyawan] 
#berandakatolik

SENIN, 07 DESEMBER 2020
PW SANTO AMBROSIUS, USKUP DAN PUJANGGA GEREJA
Bacaan I : Yesaya 35:1-10
Bacaan Injil : Lukas 5:17-26
PERCAYA DAN TERBUKA 
penerbit : @penerbit_karmelindo 
Ada dua hal yang menarik dalam Injil. Yang pertama, kuasa kasih Allah. Kuasa kasih Allah yang besar dan dahsyat dinyatakan lewat diri Yesus. Dengan kasih-Nya yang besar itu, Allah mau menyembuhkan orang yang lumpuh dan mengampuni dosanya. Amat disayangkan, tidak semua orang menyikapi hal ini dengan positif. Kuasa Allah yang tinggi diabaikan karena sikap manusia. Yang kedua yaitu jenis respons manusia terhadap kuasa kasih Allah. 
Jenis respons yang pertama adalah yang positif. Orang percaya kepada Allah dan kuasa kasih-Nya. Karena percaya, orang menyerahkan hidupnya dan berharap kepada Allah. Karena kepercayaan yang besar dan kuat, orang mampu menemukan cara-cara kreatif untuk mengatasi kesulitannya dan menerima rahmat dari Tuhan serta lepas dari kesulitan dan penderitaannya. Respons yang lain bersifat negatif. Orang meragukan bahkan tidak percaya kepada Allah dan kuasa kasih-Nya. Orang bersikap nyinyir terhadap Allah atau menganggap-Nya tidak ada. Sikap semacam ini membuat orang tertutup dan terhalangi untuk menerima rahmat Allah. Lebih dari itu, sikap itu juga bisa menghalangi orang lain untuk menerima rahmat Tuhan. 
Santo Ambrosius yang kita hormati hari ini juga mengajarkan pesan Tuhan bagi kita. Allah sungguh besar kuasanya dan amat mengasihi kita. Untuk mengalami kuasa kasih-Nya, kita membuka hati menerima rahmat-Nya. Jadi sikap yang dibutuhkan adalah kepercayaan kepada-Nya dan keterbukaan pada kasih-Nya itu. Hanya dengan sikap batin semacam itulah kita bisa bertahan dalam kesulitan dan penderitaan kita lalu menemukan cara kreatif untuk mengatasi kesulitan dan penderitaan itu dan sungguh bisa terlepas dari semuanya. 
Sikap batin pribadi semacam itu kiranya patutjuga menjadi Sikap batin kita sebagai bangsa. Sikap percaya dan terbuka terhadap sesama warga bangsa akan memampukan kita menemukan cara-cara kreatif untuk menghadapi tantangan dan menjadi bangsa yang maju. Kita bisa mewujudkan Indonesia maju! [RP. Ignatius Sukarno, O.Carm.] 
Selamat beraktivitas. Berkah dalem 🙏
#berkat 
#berandakatolik

0 komentar:

Posting Komentar

  • Profile


    Lingkungan Santo Thomas Aquinas Paroki Bunda Maria Cirebon
  • Contact us