JUMAT, 16 JULI 2021
PEKAN BIASA XV

Bacaan I : Keluaran  11:10-12:14
Bacaan Injil : Matius 12:1-8

"BELAS KASIHAN"

Yang Kukehendaki ialah belas kasihan dan bukan persembahan,” demikian kata-kata penuh makna dari Yesus, Guru kita. Satu lagi ajakan bagi kita untuk masuk ke dalam, tidak berhenti hanya di permukaan. 

Memberikan persembahan kepada Allah merupakan salah satu perintah hukum Taurat. Dengan persembahan itu kita memelihara bahkan meningkatkan hubungan kita dengan Allah. Paling kurang, kita memperbaikinya ketika rusak atau terputus. Dalam relasi itu kita mengungkapkan kasih kita kepada Allah. Maka hal paling mendasar di situ adalah kasih kepada Dia, bukan tindakan mempersembahkan maupun barang persembahannya. 

Mengalir dari hal mendasar kasih kepada Allah itu satu hal lain. Kasih tidak dapat berhenti hanya pada Allah. Ia sendiri tidak menghendaki demikian. Kasih kepada Allah harus mengalir, harus membuat kita juga mengasihi sesama kita. Rasul Yohanes berkata, “barang siapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah yang tidak dilihatnya.” Kasih kepada Allah harus juga terungkap dalam kasih kita kepada sesama. 

Maka, hari ini kita sekali lagi belajar bahwa persembahan tidak pernah berhenti pada persembahan itu saja. Kewajiban agama, tindak kesalehan, yang kita kerjakan tidak pernah berhenti pada kewajiban atau tindakan itu semata. Semuanya harus membantu memperbaiki, memelihara, dan meningkatkan relasi kita dengan Allah. Semuanya juga harus membantu kita mengasihi sesama. Demikianlah kiranya yang diinginkan Yesus, “belas kasihan dan bukan persembahan.” Seperti yang telah diwariskan-Nya kepada kita, “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti diri sendiri.” 

Sekali lagi kita belajar dari Rasul Yohanes, “Setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.” Memelihara alam dan lingkungan sekitar kiranya menjadi pilihan konkret ungkapan kasih kita kepada Allah dan sesama kita manusia. Alam dan manusia sama-sama “ahir” dari pada-Nya. 

Penulis :Rm. Ignatius Sukarno, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat


JUMAT, 09 JULI 2021
PEKAN BIASA XIV

Bacaan I : Kej 46:1-7.28-30
Bacaan Injil : Mat 10:16-23

"KESAKSIAN KAUM PIPIT"

Burung Pipit adalah jenis burung kecil berparuh pendek, dianggap hama, dan suaranya datar tidak indah. Pipit banyak ragamnya. Mereka hidup berkelompok, sabar, pandai, dan teliti dalam membuat sarang, serta tekun mengais rejeki. Mahatma Gandhi pernah berujar, “Lihatlah burung pipit, mereka tidak tahu apa yang akan mereka lakukan di saat berikutnya.” Mari kita hidup dari waktu ke waktu seperti nasihat Yesus tentang hari esok (Mat 6:34). 

Burung gereja, yang kerap bersarang di gereja, termasuk pipit. Mengingatkan kita ribuan tahun lalu pemazmur telah menuliskan, “Bahkan burung pipit telah mendapat sebuah rumah..pada mezbah-mezbah-Mu” (Mzm 84:4). Ditandaskan pula bahwa pipit dianggap kecil dan murah, tetapi tetap mendapat kehormatan. Para murid sangat berharga dihadapan Bapa, karena itu jangan takut! (Mat 10:29.30). 

Pada Injil hari ini Yesus memberikan tugas berbahaya penuh risiko. Para murid diutus seperti domba ke tengah-tengah serigala, mereka akan digiring dan dibenci sebagai kesaksian. Karena itu, mereka diminta untuk cerdik dan tulus. Sikap paling penting adalah tidak khawatir! Dalam aneka persoalan Roh Bapa akan dikaruniakan pada saat itu juga. Dalam penganiayaan, lari ke kota lain pun diizinkan. 

Kita pun diutus mewartakan Injil dan menjadi saksi di situasi yang sulit di negeri ini. Lagu “Burung Gereja” oleh Nugie, 1996, tetap aktual mewakili ratapan kegelisahan kita “kaum pipit”, minoritas. Kita dianggap seperti hama oleh kalangan tertentu, pantas di habisi. Dalam pergulatan iman, kita diminta Untuk tidak takut tetapi perlu cerdik dan tulus. Roh Kudus menjadi jaminan untuk semuanya itu. 

Dalam aneka kesulitan itu, kita perlu belajar dari burung pipit. Kompak, sabar, teliti, dan berani ambil risiko. Kita lebih berharga dari ribuan pipit. Tuhan Yesus akan selalu memelihara kehidupan kita. Jadilah saksi Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya, maka semuanya akan dikaruniakan kepada kita. 

Penulis : Rm. Eligius Ipong Suponodi, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 
Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat #berandakatolik


JUMAT, 25 JUNI 2021
PEKAN BIASA XII

Bacaan I : Kej 17:1-9-10.15-22
Bacaan Injil : Matius 8:1-4

"BERANI DATANG PADA TUHAN"

Bapak, ibu, dan para saudaraku yang terkasih, dari Injil hari ini kita mendengar kisah tentang Yesus menyembuhkan Orang sakit kusta. DI sana, dikisahkan bahwa pertama-tama Orang kusta ini datang kepada Tuhan dan menyembah-Nya, baru kemudian ia berkata, "Tuan, Jika Tuan mau, Tuan dapat mentahirkan aku.” Melihat iman orang kusta itu, Tuhan langsung menyembuhkannya. 

Beberapa hal menarik dari kisah ini ialah: pertama, orang kusta ini sadar akan kelemahan dan kerapuhannya, yaitu penyakitnya. Kesadaran ini membuat dia berani datang kepada Tuhan. Di hadapan Tuhan, orang kusta ini langsung menyembah dan mengutarakan keyakinannya bahwa Tuhan pasti bisa menyembuhkan. Karena keyakinan dan iman inilah maka orang kusta itu berani datang dan berserah pada Tuhan. Kedua, orang kusta yang berani datang kepada Tuhan itu tidak memaksa Tuhan untuk menyembuhkannya. Ungkapan “jika Tuan mau”, menunjukkan bahwa ia menghendaki agar kehendak Tuhanlah yang terjadi atas dirinya. la percaya bahwa melalui apa yang dialaminya, Tuhan sedang mengajarkan sesuatu kepadanya. Ketiga, Yesus juga menunjukkan bahwa la tidak ingin peristiwa ini menjadi viral dan diketahui banyak orang. Tidak seperti orang-orang Farisi yang suka mencari popularitas, bagi Yesus, yang terpenting untuk dilakukan oleh orang yang baru sembuh adalah datang kepada imam dan mempersembahkan seperti apa yang diperintahkan oleh Musa kepada mereka. Artinya, bersyukur kepada Tuhan menjadi hal penting bagi orang kusta yang baru sembuh ini daripada ia berkoar-koar kepada manusia. 

Dengan demikian, melalui Injil hari ini, kita diajak untuk berani datang kepada Tuhan dengan segala kelemahan dan kerapuhan kita. Datang dan menyembah Tuhan menjadi hal penting dalam mewujudkan iman kita dalam kehidupan sehari-hari. Baru setelah itu, kita diajak untuk menyerahkan seluruh kelemahan dan kerapuhan kita kepada Tuhan. Tuhan memberkati. 

Penulis : Rm. Y.B. Didik Prihartono, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #renunganharian


JUMAT, 18 JUNI 2021
PEKAN BIASA XI

Bacaan I : 2Korintus 11:18.21b-30
Bacaan Injil : Matius 6:19-23

"ANTI MENGELUH"

Aku ceritakan kesedihanku kepada sungai agar sungai mengajariku bagaimana mengalir tanpa sedikit pun mengeluh.” Hidup akan lebih indah jika kita menjalaninya tanpa mengeluh. Ibarat sungai yang terus mengalir tanpa mengeluh, Apa pun yang terjadi dalam hidup Ini, jalani dengan penuh semangat. Jangan pernah mengeluh karena ini merupakan sikap sia-sia yang lebih condong kepada sikap pesimis. Mengeluh adalah sebuah kondisi ketika kita merasa tidak puas dengan keadaan. Biasanya kita mengeluh dikarenakan keinginan dan harapan tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya. 

Tuhan menciptakan manusia berdampingan dengan makhluk hidup lain, termasuk hewan. Manusia kerap tidak sadar bahwa pelajaran hidup tidak hanya bisa dicari dalam buku, namun juga seekor anjing. Seekor anjing tidak pernah peduli apakah ia memiliki tuan yang kaya atau miskin, makanan apa yang akan diterimanya esok hari. Anjing secara tidak langsung mengajarkan agar manusia selalu bersyukur dengan nikmat yang telah diperoleh dan tidak mudah mengeluh atas apa pun yang terjadi dalam kehidupan. 

Mata adalah pelita tubuh. Mata bisa mengontak pikiran dan hati. Apa yang dilihat oleh mata, bisa begitu cepat direspon ke pikiran dan hati. Ketika pikiran dan hati sudah turut campur tangan, maka orang akan berbuat sesuatu. Kita bersyukur mempunyai mata yang bisa melihat, tetapi hendaknya mata dijaga. Jangan sampai karena mata, hidup kita tersesat. Yesus mengajak kita untuk membina mata kita, agar menjadi pelita tubuh yang terang. Dengan kesadaran ini, kita tidak akan mudah mengeluh, namun memiliki harapan untuk meraih hasil yang lebih baik, Karena setiap keluhan yang muncul membuat diri kita menjadi gelap dan tidak bertumbuh dalam kasih. Aneka cobaan dan tantangan hendaknya kita sikapi dengan tabah dan sabar, bukan dengan mengeluh. 

“Membuat roti berbahan ubi, roti dibentuk lebar-lebar. Walaupun cobaan datang bertubi-tubi, hadapilah dengan tabah dan sabar.”

Penulis : Rm. Adrianus Feriyanto, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berandakatolik


JUMAT, 11 JUNI 2021
HARI RAYA HATI YESUS YANG MAHAKUDUS

Bacaan I : Hosea 11:1.3-4.8c-9
Bacaan Injil : Yoh 19:31-37

" HATI LEMAH LEMBUT"

Suatu ketika, ada seorang ibu dengan kondisi fisik mata yang kurang sempurna mengantar anaknya ke sekolah. Kondisi fisik sang ibu yang kurang sempurna membuat si anak selalu di ejek teman-temannya. Ibunya berusaha meneduhkan hati anaknya. Tiap kali ejekan datang bak lemparan kerikil, Ibunya berusaha menjadi perisai. Memang bukan sesuatu yang mudah agar anaknya mau menerima keadaan Ibunya yang buta sebelah. Ibunya berusaha menjadi rumah bagi anaknya, Menaungi dengan penuh cinta. 

Hati juga menjadi sebuah rumah. Di dalam Alkitab, “hati” adalah kata yang paling sering dipakai (876 kali) untuk menunjuk kepada seseorang dan kehidupannya. Hampir semua proses rohani dalam kehidupan seorang Kristen dikaitkan dengan hati. Hati adalah lambang kepekaan dan cermin kemanusiaan kita. Ketika merayakan Hati Yesus yang Mahakudus, kita mengenal sosok Yesus yang menyelamatkan manusia dengan cinta. Bahkan sebelum Ia merelakan dirinya wafat di kayu salib, Ia membiarkan lambungnya ditikam “...segera mengalirlah darah serta air keluar” (Yoh 19:34). Hati Yesus yang penuh cinta adalah lambang penebusan dan pengampunan Allah. 

Hari ini adalah momen bahwa kita diingatkan kembali sebagai manusia yang berhati. Hati yang penuh kelemahlembutan sebagai obat dari gambaran dunia yang terluka. Dunia yang terluka perlahan-lahan akan pulih. Kepulihan itu juga akan dilukiskan juga oleh Nabi Hosea. Allah ingin menyembuhkan Israel, yang disebutnya sebagai “anak”, dengan “tali kesetiaan” dan dengan “ikatan kasih” (Hos 11:4). Allah datang bukan untuk membinasakan, melainkan untuk menyelamatkan karena belas kasih-Nya. Nah, menjadi sebuah permenungan bagi kita, hati Allah selalu berusaha menyembuhkan manusia, Yesus sudah hadir dalam figur yang mampu menyejukkan suasana, menebarkan senyum perdamaian, dan mengungkapkan kasih yang tulus, Masihkah teladan itu kurang? 

Penulis : Rm. Radik Suryawan, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat #semogajadiberkat #catholichomeid #renunganhariankatolik #renunganharianberkat


JUMAT, 04 JUNI 2021
PEKAN BIASA IX

Bacaan I : Tobit 11:5-14.[15-17]
Bacaan Injil : Markus 12:35-37

"SIAPAKAH YESUS BAGI KITA? "
 
Tak kenal maka tak sayang,” ungkapan ini sering kita dengar bahkan sering kita ucapkan. Yesus dalam Injil hari ini mengkritik pandangan orang Yahudi tentang siapa itu Mesias dan dari mana Ia datang. Mereka berpendapat bahwa Mesias itu anak Daud. Yesus mengutip Kitab Mazmur untuk menjelaskan kepada mereka siapakah Mesias sebenarnya. Daud sendiri menyapa-Nya dengan “Tuan”, artinya Mesias mempunyai kuasa yang jauh melampaui Daud. Memang para nabi dalam Perjanjian Lama meramalkan kedatangan Sang Mesias yang berasal dari keturunan Daud, tetapi rencana keselamatan Allah sudah ada sejak awal mula, bahkan sebelum bumi dan segala isinya dijadikan. Dengan demikian, Mesias sudah ada sejak awal mula. Pandangan bahwa Mesias adalah anak Daud mengaburkan penglihatan mata dan iman mereka, bahwa Dia yang ada di hadapan mereka dan hidup di antara mereka adalah Sang Mesias itu sendiri. 

Yesus meminta supaya Mesias yang datang tidak saja dilihat dari sisi lahiriah. Yesus menghendaki agar orang Yahudi melihat apa yang dilakukan Mesias dan menerima-Nya. Pengajaran Yesus yang memukau, mukjizat-mukjizat yang dikerjakan-Nya, berkeliling sambil berbuat baik harus menjadi tanda yang menunjukkan bahwa Mesias yang mereka nantikan sebenarnya sudah ada. Lewat hidup dan karya-Nya, Yesus mau menunjukkan kepada orang sebangsa-Nya bahwa Dialah yang datang untuk menyelamatkan umat manusia. 

Pertanyaan untuk kita refleksikan: Siapakah Yesus bagi kita? Apakah kita sudah menerima Dia dalam hidup kita? Apakah kehadiran-Nya telah mengubah hidup kita? Mari membiarkan Dia masuk dan mengubah hidup kita, agar kita yang telah menerima rahmat-Nya boleh dipakai sebagai alat untuk mewartakan cinta kasih-Nya. Dia sudah lebih dahulu mengenal dan mencintai kita menghendaki agar kita juga mengenal dan mencintai-Nya serta menjadikan-Nya sebagai pusat dan sumber yang menghidupkan kita. Menerima Dia dan percaya kepada-Nya adalah jalan satu-satunya untuk selamat. 

Penulis :Rm. Simon Taa, O.Carm.
L
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat


JUMAT, 28 MEI 2021
PEKAN BIASA VIII

Bacaan I : Sirakh 44:1.9-12
Bacaan Injil : Markus  11:11-26

"AKIBAT TIDAK MENGHASILKAN BUAH"

Dalam kehidupan beragama, khususnya beriman Katolik, menghasilkan buah adalah sebuah tanggung jawab yang sangat penting. Menghasilkan buah berarti mewujudkan ajaran iman dalam bentuk pikiran, perkataan, dan perbuatan. Dari buah iman itulah, orang bisa menyumbangkan berbagai hal positif yang bermanfaat bagi alam dan orang lain. Sebaliknya, karena mandul, orang tidak dapat menghasilkan apa-apa dan tidak memberikan sumbangan berharga bagi kebaikan alam dan masyarakat. 

Bukan suatu rahasia, bahwa di sekitar kita banyak orang beragama yang hidupnya tidak sesuai dengan ajaran agamanya. Orang tidak mau dan tidak mampu menghasilkan buah-buah iman bagi hidup bersama. Berbagai kasus seperti korupsi, penipuan, pembunuhan, perampokan, mabuk-mabukan, dan sebagainya, dilakukan oleh orang-orang yang mengaku saleh beragama. Tidak jarang di antara mereka ada orang-orang yang mengaku beragama Katolik. Ada juga orang-orang yang hanya terkesan baik. Mereka tahu berbuat baik, tetapi tidak melakukan apa-apa. Hal ini menjadi keprihatinan kita semua yang sungguh-sungguh mengupayakan kebaikan bersama. Hal ini juga menjadi keprihatinan Yesus. 

Ha! tidak menghasilkan buah juga ditampilkan dalam bacaan hari ini. Yesus mengutuk pohon ara karena tidak menghasilkan buah. Karena kutukan itu, si pohon ara mati. Pohon itu tidak menghasilkan buah sama sekali bagi kehidupan. Pohon ara mandul ini dapat menjadi gambaran para pengikut Yesus. Sebagaimana orang menanam pohon untuk memetik hasilnya, demikianlah Yesus. Yesus memanggil dan mengajar murid-murid-Nya agar mereka menghasilkan buah-buah kebaikan dalam hidup. Ketika murid tidak menghasilkan buah kebaikan, tentu akan dimusnahkan juga. 

Para pengikut Kristus di zaman ini juga dipanggil untuk menghasilkan buah. Menghasilkan buah dalam hidup bermasyarakat menjadi cara dan sarana untuk mewartakan kabar gembira. Jadilah pengikut Kristus yang menghasilkan buah bagi hidup bermasyarakat. 

Penulis : Br. Antonius Mungsi, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berandakatolik


JUMAT, 21 MEI 2021
PEKAN VII PAAKAH

Bacaan I : Kis 25:13-21
Bacaan Injil : Yoh 21:15-19

"SANG GEMBALA"

Seorang imam pernah sharing tentang perjuangannya ketika berkarya sebagai pastor paroki di sebuah daerah terpencil. Dia harus mengendarai motor berjam-jam untuk mengunjungi stasi yang jaraknya jauh-jauh. Dalam perjalanan sering kali harus berhenti karena jalan yang rusak atau cuaca yang tidak baik. Banyak kesulitan dan tantangan yang harus dihadapi. Tapi semuanya itu tidak membuatnya putus asa. Dia tetap bahagia karena dipilih Tuhan menjadi gembala umat. 

Dalam bacaan Injil hari ini Yesus tiga kali bertanya kepada Simon Petrus, “Apakah engkau mengasihi Aku?” Pertanyaan ini sungguh-sungguh menyentuh hati terdalam Simon Petrus. Dalam perjalanan menjadi murid Yesus, Simon Petrus bukanlah murid yang sempurna. Bahkan dalam perjalanan sebagai murid Yesus, Simon Petrus menyangkal Yesus tiga kali. Pada akhirnya Petrus menjawab, “Tuhan, Engkau tahu segala sesuatu! Engkau tahu, bahwa aku mengasihi Engkau.” Lalu Yesus pun meminta Simon Petrus untuk menggembalakan domba-domba-Nya. Tugas kegembalaan selalu dilandasi dengan cinta yang mendalam akan Tuhan Yesus. Gembala yang baik adalah Gembala yang sungguh-sungguh mencintai Yesus Kristus. Cinta yang mendalam akan Yesus Kristus akan mendorong sang gembala untuk mencintai domba-domba yang dititipkan oleh Yesus Kristus kepadanya. 

Tugas menjadi gembala umat adalah panggilan setiap orang kristiani. Kita dipanggil untuk mengambil bagian dalam tugas kegembalaan Gereja. Kita bisa mengambil peran apa pun dalam membangun dan mengembangkan jemaat Gereja Allah. Bukan soal jabatan yang tertinggi dan terendah dalam tugas kegembalaan Gereja. Kalau setiap orang melaksanakan perannya demi cinta yang mendalam akan Yesus Kristus pasti akan mampu membangun dan mengembangkan jemaat. Untuk itu, hendaknya setiap orang kristiani selalu dijiwai oleh cinta yang mendalam akan Yesus Kristus dalam melaksanakan tugas pelayanan kegembalaan Gereja sehingga misi Kristus dapat terlaksana dalam diri setiap orang. 

Penulis: Rm. Sri Joni Pasalli, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat
#berandakatolik


JUMAT, 14 MEI 2021
PESTA SANTO MATIAS, RASUL

Bacaan I : Kis 1:15-17.20-26
Bacaan Injil : Yoh 15:9-17

"ALLAH SELALU MENCINTAI MANUSIA"

Entah mengapa, sebelum menuliskan renungan  untuk hari ini, saya tertarik mengulang-ulang membaca frase "Aku telah mengasihi kamu.” Sebuah kata yang sederhana dan mungkin sudah biasa kita dengar. Namun yang menarik, frase ini bukan diucapkan oleh seorang ibu atau bapak kepada anaknya, atau seorang kepada kekasihnya, melainkan diucapkan sendiri oleh Tuhan kepada kita manusia. Lewat perikop hari ini, Allah hendak berkata kepada kita bahwa Ia mengasihi kita masing-masing. 

Frase ini begitu menarik, karena sering kali ada orang yang protes atau marah kepada Tuhan. Orang tersebut merasa bahwa hidupnya yang sengsara atau penyakit yang dideritanya atau kesulitan ekonomi yang menimpanya, menandakan bahwa Allah tidak mencintai dia. Dia mengukur cinta Allah dengan ukuran cinta yang dipikirkan oleh manusia. Padahal, ukuran cinta Allah itu tak terbatas dan tak mampu dipahami oleh manusia. Allah mampu melakukan apa pun sebagai bentuk cinta-Nya kepada manusia. 

Frase di atas menegaskan kepada kita bahwa sejak awal Allah sudah mencintai kita. Bahkan sebelum kita mencintai Allah, “Aku telah mengasihi kamu.” Tanpa harus kita minta, Allah sudah mencintai dan mengasihi kita. Sekarang yang menjadi pertanyaannya adalah, apakah kita percaya pada cinta Allah tersebut? Ataukah kita akan terus mengukur cinta Allah dengan ukuran kita sendiri? 

Kalau kita sudah tidak percaya pada cinta Tuhan, kita hendak percaya pada cinta siapa lagi? Injil hari ini menegaskan bahwa kita akan bersukacita ketika kita tinggal (baca: percaya) dalam cinta kasih Tuhan. Mungkin kita pernah memiliki pengalaman dikecewakan atau disakiti oleh cinta manusia. Kalau demikian, mengapa kita tidak memilih untuk tinggal dalam cinta kasih Allah saja, yang sudah jelas akan memberi jaminan sukacita kepada kita semua? Kita kecewa pada cinta manusia, karena manusia bisa mengingkari cintanya. Tetapi sebaliknya, Tuhan tidak pernah berhenti untuk mencintai kita

Penulis : Rm. Petrus Harsa Trihapsara, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat


JUMAT, 07 MEI 2021 
PEKAN V PASKAH

Bacaan I : Kis 15:22-31
Bacaan Injil : Yoh 15:12-17
 
"BERBUAT, MEMBERI DAN MENGHASILKAN"

Pernah mendengar orang mengucapkan, “Wani piro?” ketika Anda meminta sesuatu kepada orang lain? Ungkapan ini seolah hendak mengatakan bahwa semua pemberian harus selalu mendapatkan imbalannya. Dalam kenyataan sehari-hari, disadari atau tidak, kebanyakan dari kita yang adalah pengikut Kristus melakukan hal serupa. Bahkan sudah menerima upah, gaji, honor atau apa pun namanya, masih berusaha melakukan pekerjaan apa pun semata-mata untuk mendapatkan imbalan. Parahnya, mengambil pula dari apa yang bukan haknya. 

Membaca Injil hari ini, sebagian kita akan mengatakan bahwa isinya adalah perintah kasih. Namun bila ditanya, apakah kasih itu? Atau harus bagaimanakah berlaku kasih itu? Jawaban yang kita peroleh adalah senyum atau gelengan kepala atau wajah malu yang ditutupi kedua tangan. Perintah kasih adalah perintah Yesus, Guru dan Tuhan kita. Oleh karenanya, kita sebagai murid-murid-Nya wajib untuk melaksanakannya. Praktik pelaksanaan tentang bagaimana kasih harus dilakukan sebenarnya sudah diungkapkan pula dalam perikop ini: berbuat, memberi, dan menghasilkan. 

Begitu mudahnya kata kasih diucapkan, namun begitu susah berbuat kasih. Begitu gampang mengucapkan kasih, namun jarang untuk memberi. Begitu enak orang mengambil yang bukan haknya, ketimbang menghasilkan sesuatu bagi orang lain. 

Cukup jelaslah Yesus bersabda, “Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain” (ay. 17). Yesus meminta setiap kita saling mendahului untuk melakukan kasih itu dengan memberi, menghasilkan sesuatu yang berguna bagi sesama. Suatu perbuatan untuk memberi kepada orang lain (for giving). Dan perbuatan itu menghasilkan sesuatu bagi orang lain, bukan mendapatkan (for getting). Setiap kita yang melakukan perbuatan baik dan berharap untuk mendapat sesuatu dari Orang lain, maka yang bersangkutan telah lupa (for getting, forgetting=melupakan) akan perintah Yesus ini. Sekali lagi, ini adalah perintah. 

Penulis: Bpk. F.A. Hatta Adi Mas Prihandono
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat #berandaktolik


JUMAT, 30 APRIL 2021
PEKAN IV PASKAH

Bacaan I : Kis 13:26-33
Bacaan Injil : Yoh 14:1-6

"JALAN MENUJU RUMAH BAPA"
Peranan Anda tersesat dalam sebuah perjalanan? Jika pernah, saya menduga perjalanan yang Anda tempuh itu dilakukan tanpa pemandu. Memang harus diakui bahwa sebuah perjalanan tanpa pemandu membuat perjalanan kita menjadi tidak nyaman. Kita akan dibayangi rasa cemas karena takut salah arah dan tersesat. Kita menjadi tidak tenang dan tidak menikmati perjalanan sehingga banyak hal indah yang kita lewatkan. 

Penginjil Yohanes berkisah tentang rumah Bapa. Rumah Bapa adalah rumah impian. Di sana ada banyak tempat tinggal. Yesus menjamin kebenaran akan hal ini. Ia mengingatkan kita supaya tidak perlu cemas. Ia yang akan menjadi pemandu dalam perjalanan menuju rumah Bapa. Bahkan, melalui kehadiran-Nya menjadi jalan, kebenaran, dan hidup itu sendiri, sehingga semua orang bisa mengalami hidup di dalam rumah Bapa. Kita hanya diminta supaya percaya kepada-Nya. Percaya kepada-Nya berarti menyerahkan seluruh harapan kepada-Nya. Hidup dengan tidak membiarkan diri bergantung pada hal lain yang justru akan membuat perjalanan kita semakin sulit untuk ditempuh. Yesus mengingatkan, bila tanpa menjadikan-Nya jalan, kebenaran, dan hidup orang tidak akan pernah sampai ke rumah Bapa. Hanya melalui Dia, rumah Bapa sebagai rumah impian itu bisa dicapai. 

Kita yang sudah memilih Kristus sebagai jalan, kebenaran, dan hidup sudah sepatutnya tidak perlu gelisah akan masa depan kita. Tujuan dari perjalanan kita tidak lagi menjadi samarsamar dan tidak jelas. Kita memiliki Yesus yang siap menuntun kita sampai kepada kehidupan yang kekal. Di sana, kita akan bersemuka dengan Bapa dalam kemuliaan-Nya dan boleh menikmati kehidupan yang kekal dan kebahagiaan yang sejati: suatu kebahagiaan yang tidak pernah mampu diberikan oleh dunia tempat kita sedang berziarah ini. Oleh karena itu, marilah kita berbenah diri serta menjadi pribadi yang layak untuk kemuliaan yang Tuhan janjikan kepada kita. 

Penulis :Rm. Vincentius Ndua Woa, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat
#berandaktolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianber


JUMAT, 23 APRIL 2021 
PEKAN III PASKAH

Bacaan I : Kis 9:1-20
Bacaan Injil : Yoh 6:52-59

"HIDUP"
Jika kita memiliki seorang bayi atau balita, seorang ibu biasanya akan sibuk mempersiapkan makanan paling baik untuk bayinya. Ia akan memberi dan mengusahakan ASI atau MPASI yang terbaik supaya bayinya tumbuh dan berkembang. Para ibu berusaha memberi makanan yang terbaik pertama-tama agar bayinya bisa tumbuh, berkembang dengan baik dan tetap hidup. Makanan yang terbaik itu menjamin kehidupan seseorang untuk tetap hidup. Makanan yang terbaik juga akan menjamin seseorang agar terus terjaga stamina dan energinya setiap hari. 

Ada banyak sekali pilihan makanan yang terbaik yang kita jumpai setiap hari. Mulai dari makanan organik hingga makanan premium yang memiliki nutrisi dan gizi yang tinggi. Namun demikian pada hari ini kita mendapatkan tawaran menu pilihan makanan terbaik versi Yesus yaitu makanan yang berasal dari Daging dan Darah-Nya. Makanan yang diberikan oleh Yesus, selain memiliki kualitas terbaik, juga memberikan jaminan kehidupan kekal. Yesus menyebut Diri-Nya “Roti Hidup” yang datang dari surga. Ia adalah benar-benar makanan yang dapat memberi hidup kekal. Mendengar bacaan hari ini barangkali kita seperti orang Yahudi yang mengernyitkan dahi karena tidak paham akan makanan yang Yesus tawarkan. 

Makanan yang ditawarkan Yesus adalah Roti yang kita santap saat kita merayakan Ekaristi. Yesus tidak menawarkan kepada kita roti seperti yang kita makan sehari-hari tetapi Ia menawarkan roti yang di dalamnya ada unsur persatuan, kasih dan juga harapan akan hidup kekal. Yesus tidak memberikan roti yang hanya membuat kita hidup di dunia tetapi Ia memberikan roti terbaik yang membuat kita berkembang secara rohani dan tetap hidup selama-lamanya. Roti yang Ia berikan adalah roti pilihan yang berasal dari Daging dan Darah-Nya. Maka, untuk mendapatkan Roti ini, kita diminta sungguh-sungguh tekun hadir dalam perayaan Ekaristi dan menghidupi misteri Ekaristi Secara terus-menerus. Dengan demikian kita sungguh layak mendapatkan kehidupan yang kekal. 

Penulis : Bpk. Aris Kurniyawan
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#BerandaKatolik


JUMAT, 16 APRIL 2021
PEKAN II PASKAH

Bacaan I : Kis : 5:34-42
Bacaan Injil : Yoh 6:1-6

"BAWALAH KEPADA YESUS"
Injil hari ini berisi cerita yang pasti sudah kita kenal dengan baik mukjizat penggandaan roti. Lima roti jelai dan dua ikan milik seorang anak menjadi bahan yang mampu mengenyangkan lebih dari 5000 orang. 

Perhatikan, bahwa ada Filipus yang bersikap pesimis. Perhatikan juga bahwa ada Andreas yang penuh harapan. Dia melihat “hal-hal minimalis” di hadapannya, tapi ia tidak memutuskan sendiri tapi membawa “hal minimalis” itu kepada Yesus. Seorang anak, dengan hanya roti murahan dan ikan kecil seadanya. Di tangan Yesus, semuanya membawa berkat berlimpah. 

Alam adalah harta kita bersama, karena itu perlu kita pelihara bersama. Karena kerusakan dan berbagai hal lain, harus diakui banyak hal tidak mudah dan tidak murah untuk dilakukan dalam memelihara atau memperbaiki alam kita. Karena itu, banyak orang mundur teratur dan memilih tidak melakukan apa-apa atau bahkan tidak peduli terhadap kondisi alam kita. Tidak sedikit juga yang kehilangan harapan bahwa alam kita bisa dan akan menjadi lebih baik. 

Mukjizat penggandaan roti memperlihatkan kepada kita kuasa dan belas kasihan Yesus. Karena belas kasih-Nya, kuasa Bapa bekerja dalam Diri-Nya dan membawa kebaikan, membawa kehidupan bagi banyak orang, meskipun sumber daya yang tersedia amat sedikit dan peran manusia juga terbatas. 

Hal ini bisa kita harapkan dalam kaitan dengan kondisi alam kita yang sakit. Mungkin kita melihat tidak banyak sumber daya tersedia di hadapan kita untuk memperbaikinya. Mungkin kita merasa tidak banyak atau bahkan tidak ada hal yang bisa kita lakukan untuk menyembuhkannya. Injil hari ini mengingatkan kita agar tidak pesimis atau kehilangan harapan. Keterbatasan, bahkan juga kekurangan, tidak menjadi penghalang hadirnya kebaikan. Mari bertindak, meski terbatas, meski sedikit, meski kecil, bawa semuanya kepada Yesus, mohonlah berkat dari-Nya dan biarkan kuasa-Nya bekerja dan membawa kehidupan bagi kita. 

Penulis : Rm. Ignatius Sukarno, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat
#berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid


JUMAT, 09 APRIL 2021
HARI JUMAT DALAM OKTAF PASKAH

Bacaan I : Kis 4:1-12
Bacaan Injil : Yoh 21:1-14

Renungan Injil 
Bab terakhir dari Injil Yohanes adalah Bab 21, dan bagian Injil hari ini diambil dari bab itu.Dan bagian ini mengingatkan banyak kesempatan untuk mengenang.

Ketika Petrus berkata bahwa dia ingin pergi memancing, mungkin dia ingin mengingat bagaimana hidupnya berubah sejak dia meninggalkan perdagangan nelayannya untuk mengikuti Yesus.

Dan kemudian ada tangkapan ajaib dari 153 ikan; pengingat lain untuk Petrus tentang peristiwa itu, di danau yang sama, ketika dia menyaksikan tangkapan ikan yang ajaib dalam keadaan yang sama.Dan kemudian pemandangan api arang. Saat berdiri di depan api arang, dia menyangkal mengenal Yesus.

Dan kemudian roti dan ikan - itu pasti mengingatkannya pada mukjizat memberi makan ribuan orang.

Di tengah-tengah semua ingatan dan kenang-kenangan inilah Yesus mengajukan pertanyaan kepada Petrus, "Apakah kamu mengasihi-Ku?"

Bagaimana lagi Petrus bisa menjawab?

Dan ketika Yesus memintanya untuk memberi makan domba-domba-Nya, bagaimana dia bisa menolak?

Dan ketika dia harus menyerahkan nyawanya untuk Yesus, bagaimana mungkin dia tidak melakukannya dengan sukarela?

Karena ketika berbicara tentang Injil Yohanes bab 21, Petrus tahu bahwa Yesus adalah satu-satunya yang dapat menyelamatkan kita.

Itu adalah keyakinan yang dia nyatakan pada bacaan pertama.

Kita juga akan sampai pada Bab 21 hidup kita.Dan saat kita mengingat dan mengenang apa yang Tuhan telah lakukan bagi kita dalam hidup kita, semoga kita juga berkata, seperti Petrus, bahwa kita mengasihi Yesus, dan semoga kita menyatakan-Nya sebagai Juruselamat.

Sumber : RenunganInjil.Blogspot

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat #berandakatolik #renunganharianberkat #semogamenjadiberkat #catholichomeid



JUMAT, 02 APRIL 2021
HARI JUMAT AGUNG

Bacaan I : Yesaya 52:13-53:12
Bacaan Injil : Yohanes 18:1-19:42

"TERIMA KASIH, YESUS"
Jumat Agung adalah hari istimewa. Hari ini adalah satu satunya hari dalam liturgi Gereja ketika Misa tidak dirayakan. Pada hari ini, kita diajak untuk merenungkan kembali arti pengorbanan Yesus bagi kita. Dalam kisah sengsara Yesus, kita merasakan sungguh kengerian yang dialami oleh Yesus demi cinta-Nya kepada manusia. Siksaan demi siksaan ditanggung dengan rela demi keselamatan umat manusia. Tentu saja kita bukan hendak membangkitkan perasaan terharu, namun lebih dari itu, kita ingin berterima kasih atas segala hal yang telah Yesus lakukan bagi kita orang berdosa ini. 

Pertanyaan paling mendasar selanjutnya adalah bagaimana seharusnya kita berterima kasih pada Yesus? Marilah kita mengingat kembali seruan Yesus di kayu salib. Dalam Injil, kita mendengar bagaimana Yesus berseru “Aku haus” saat Diri-Nya tergantung di kayu salib. Seruan-Nya ini bukanlah sekadar kehausan akan air. Lebih dari itu, Yesus haus akan balasan kasih manusia. Bunda Teresa dari Kalkuta memaknai seruan Yesus itu sebagai sebuah panggilan untuk melayani “Yesus” yang ada dalam diri orang-orang sederhana dan terpinggirkan. Seruan Yesus “Aku haus” juga adalah sebuah panggilan bagi setiap orang kristiani untuk memerhatikan sesamanya. 

Dalam perjalanan hidup kita, apakah seruan Yesus “Aku haus” juga kerap kita dengar? Apakah sengsara dan wafat Yesus memiliki arti penting bagi kita? Ketika kita belajar bersyukur atas semua pengorbanan Yesus bagi kita, kita sedang belajar untuk mensyukuri segala hal yang boleh terjadi dalam hidup kita. Barangkali tidak semuanya merupakan peristiwa yang menyenangkan. Tetapi ketika peristiwa gelap dan pahit dalam hidup, kita persatukan dengan kurban dan penderitaan Yesus di kayu salib, kita tidak lagi merasa sendirian. Kita selalu ditemani oleh Dia yang telah menderita banyak bagi kita. Saat kita menyadari bahwa Yesus selalu menyertai hidup ini, kita dapat berseru dengan tulus, “Terima kasih Yesus untuk segalanya.”

Penulis : Rm. Charles Virgenius, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat



JUMAT, 26 MARET 2021
PEKAN V PRAPASKAH

Bacaan I : Yeremia 20:10-13
Bacaan Injil : Yohanes 10:31-42

"PERCAYA AKAN PEKERJAAN"
Siapa sih yang mau pamer dengan pekerjaannya! Kalaupun ada, pasti dikatakan sombong. Bahkan dikatakan kurang kristiani. Hal ini dapat dimengerti jika memang pekerjaan pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dijadikan sebagai sarana untuk mengejar dan mendapatkan popularitas diri. Hal ini tidak terjadi dalam Diri Yesus. 

Yesus menyatakan Diri-Nya sebagai Anak Allah. Tentu hal ini ditolak orang Yahudi. Yesus berusaha mematahkan pikiran orang Yahudi dengan menjelaskan pekerjaan yang baik pasti berasal dari Allah. Hal ini merujuk pada kisah penciptaan. Segala yang baik adalah karya Allah dan berasal dari Allah. Makna pekerjaan di sini adalah pekerjaan Allah dan tujuan penciptaan dunia adalah demi kebaikan manusia. Yesus telah melakukan semua pekerjaan itu. Orang sakit disembuhkan, yang tuli mendengar, yang buta melihat, dan yang mati dibangkitkan. Ini adalah realitanya. Orang-orang Yahudi tidak dapat menyangkal itu dan ingin melempari Yesus. Akhirnya kita mengerti, ketika iman tidak dapat dipertanggungjawabkan dengan akal budi dan ketika iman tidak dapat dibuktikan melalui pekerjaan, maka yang terjadi hanyalah dendam, iri hati, dan penghakiman. 

Kita adalah para pekerja. Melalui pekerjaan, kebaikan Allah diwartakan. Sulit bagi orang lain untuk membantah bahkan merendahkan kualitas iman dan perbuatan kita jika melalui pekerjaan-pekerjaan kita, Allah diwartakan. Kebaikan yang kita wartakan dapat menjadi kesaksian hidup dan menyelamatkan banyak orang. 

Selama masa puasa ini, kita dipanggil untuk memberi makna kristiani pada pekerjaan kita. Kita berusaha agar melalui pekerjaan, kita melayani sesama, dan menunjukkan kebaikan Tuhan, bukan sebaliknya. Janganlah sampai terjadi, bahwa karena pekerjaan kita, banyak orang dirugikan dan menderita. Kita bersaksi dalam dan melalui pekerjaan kita. Sebab, Yesus telah menderita, wafat namun dibangkitkan karena bekerja demi keselamatan manusia. Maukah kita bekerja sungguh-sungguh? 

Penulis : Rm. Karolus Sola, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat




JUMAT, 19 MARET 2021
HARI RAYA SANTO YUSUF, SUAMI SANTA PERAWAN MARIA

Bacaan I : 2Samuel 7:4-5a.12-14a.16
Bacaan Injil : Matius 1:16.18-21.24a

"DIAM"
“Silence is golden.” Diam itu emas. Diterapkan pada saat dan tempat yang tepat, ungkapan itu benar. Injil hari ini diambil dari Matius 1:16.18-21.24a atau Lukas 2:41-51. Keduanya mengingatkan kita akan pribadi Santo Yusuf, sang pendiam. Sebagai tokoh Perjanjian Baru, barangkali dia sosok yang paling sedikit muncul. Hanya dalam Mat 1:18-25; 2:13-15; 2:19-23; Luk 2:1-7; 2:22; 2:41-51. Disebut juga dalam Mat 1:16 dan Mat 13:55; Mrk 6:3. Di luar itu tidak muncul lagi. Lenyap? Sama sekali tidak

Santo Yusuf adalah tokoh yang diam. Apa arti dari diamnya ini? Silence is golden? Dalam bukunya Joseph The Silent, Henri Michel Gasnier, O.P., menyajikan renungan atas kekayaan spiritual pribadi Santo Yusuf sebagai tukang kayu, kepribadiannya, pernikahannya dengan Maria, pengungsiannya ke Mesir, kembalinya ke Nazaret, dan lain-Iain. Santo Yusuf itu salah satu dari orang kudus dan pengantara yang luar biasa bagi dan dalam Gereja. 

Dia adalah seorang bapa yang banyak bekerja; sedikit berbicara. Dia berkarya sebagai orang yang setia kepada tugas dan tanggung jawab yang Tuhan percayakan kepadanya. Yusuf adalah figur ayah sejati dan setia. Gereja menghormati dan memohon pertolongannya. Ketika menghadapi kesulitan dalam membangun Gereja, umat berpaling dan berdoa kepadanya. Umat sungguh percaya, karena Santo Yusuf senantiasa menyelesaikan pekerjaannya. 

Anak-anak yang kehilangan figur ayah bisa datang kepada Santo Yusuf. Mungkin mereka tidak memiliki sosok pribadi ayah Yang sejati. Namun, mereka memiliki ayah rohani yang tidak kalah mencintai dan peduli terhadap anak-anak yang datang kepadanya. Juga perlu memohon bantuan Santo Yusuf bagi ayah mereka agar menjadi pemimpin keluarga yang setia dan bertanggungjawab. Boleh pula meminta supaya para ayah tidak hanya banyak berbicara, tanpa bekerja. Berdoalah bersama Santo Yusuf. Mohonlah ayah yang setia, walau banyak diam. 

Penulis : Rm. Albertus Herwanta, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

#berkat
#renunganharianberkat
#berandakatolik



JUMAT, 12 MARET 2021
 PEKAN III PRAPASKAH

Bacaan I : Hosea 14:2-10
Bacaan Injil : Markus 12:28b-34

"MENGASIHI"
Hukum rimba berlaku siapa yang kuat dia yang menang. Siapa kuat dia yang menguasai dan merajai daerah tersebut. Hari ini Yesus juga berbicara mengenai peraturan atau hukum. Orang Saduki dan ahli Taurat mempertanyakan mengenai hukum utama dan hukum pokok. Hukum yang utama adalah mengasihi Tuhan Allah dengan segenap hati, dengan segenap jiwa, dengan segenap akal budi dan dengan segenap kekuatan (ay. 30). Hukum yang kedua adalah kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (ay. 31). Kasih kepada Tuhan secara total dan juga kepada sesama seperti kepada diri sendiri menjadi yang utama. Termasuk mengasihi alam semesta juga menjadi utama di zaman sekarang ini. 

Hukum mengasihi dan mencintai ini sering kali juga sudah membaur dengan prinsip-prinsip ekonomi/bisnis. Kalau saya mengasihi Allah dengan total apa yang saya dapatkan dari mengasihi Allah tersebut. Demikian juga dengan sesama, saya mengasihi sesama seperti mengasihi diri sendiri, apa yang bisa saya dapatkan (keuntungan). Mentalitas bisnis merasuki kehidupan rohani umat beriman. Relasi kasih umat Allah dengan Tuhan disamakan dengan relasi bisnis. Kalau saya mendapat untung dari relasi tersebut, maka relasi tersebut akan saya lanjutkan, tetapi kalau tidak ada untungnya, saya sudahi saja. Tidak luput dari relasi kita dengan alam, kalau tidak menguntungkan maka tidak mau, bila menguntungkan maka akan dilakukan dan bahkan tidak peduli lagi akibat yang ditimbulkan. 

Bagaimana dengan kita yang menamakan diri sebagai manusia beriman, apakah kita ikut terpengaruh dengan arus perkembangan zaman ini dalam beriman kepada Tuhan dengan menghitung untung-rugi? Mari kita berusaha tetap mengasihi Allah dengan total dan mengasihi sesama seperti mengasihi diri Sendiri. Dengan demikian, apa yang dikatakan Yesus mengenai hukum utama itu menjadi dasar kita bertindak. 

Penulis : Br. Yohanes Suparno, O.Carm
Penerbit :@penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat #berandakatolik #semogamenjadiberkat #catholichomeid #renunganharianberkat



JUMAT, 05 MARET 2021
PEKAN II PRAPASKAH

Bacaan I : Kejadian 37:3-4.12.13a.17b-28
Bacaan Injil : Matius 21:33-43.45-46

"MENGHARGAI KESEMPATAN HIDUP"
Lahir dan hidup di dunia ini adalah anugerah yang sangat besar. Semua disyukuri. Hidup hanya sekali dan tidak akan terulang, maka harus dijalankan dengan baik dan sebermakna mungkin. Hidup yang baik dan bermakna dapat dilihat dari kemampuan kita, mengaktualisasi diri atas segala bakat, dan keterbukaan hati untuk berbakti kepada sesama. 

Injil hari ini menandaskan bahwa kesempatan atau peluang hidup yang diberi Tuhan tidak boleh disia-siakan dan tidak boleh pula disalahgunakan. Kita bagai penggarap kebun anggur Tuhan yang harus menjadikan dunia ini semakin hari semakin lebih baik. Tuhan memberikan semua kemampuan dan keahlian yang berbeda-beda. Tetapi kalau kita pakai bersama-sama, maka perbedaan kemampuan yang dimiliki masing-masing bisa menjadi perbedaan yang melengkapi dan menyempurnakan. 

Hidup kita harus dibaktikan, sebab hidup yang tidak dibaktikan akan menjadi hidup yang tak bermakna. Hidup yang dibaktikan hanya bisa bertumbuh dan berkembang ketika kita mau terbuka untuk menerima masukan, nasihat, bimbingan, dan pencerahan dari orang-orang bijaksana yang telah lebih dulu mampu menghayati dan mempraktikkan kebijaksanaan itu dalam hidupnya. Orang-orang yang tertutup hatinya tidak akan pernah mampu melihat sisi baik dari sesamanya. Orang seperti itu kerap kali berpikiran picik, yang menganggap orang lain sebagai pengganggu, saingan, atau momok yang merusak kesenangan pribadinya. 

Hidup ini menjadi indah ketika kita mampu saling menghargai keberadaan dan menerima sumbangsih peranan masing-masing sesama kita. ltulah hidup persaudaraan yang mampu membawa hidup bersama menjadi indah dan membahagiakan. Mari, menerima kehadiran sesama, terlebih kehadiran Kristus yang mencerahkan, melengkapi, dan menyempurnakan hidup kita. Jangan pernah menganggap kehadiran sesama dan Tuhan, membuat hidup kita terkekang.

Penulis :Rm.TintoTiopano, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat
#berandakatolik



JUMAT, 26 FEBRUARI 2021
PEKAN I PRAPASKAH

Bacaan I : Yehezkiel 18:21-28
Bacaan Injil : Matius 5:20-26

"SIKAP BATIN"
Kecantikan atau keindahan yang berasal dari dalam sangatlah didambakan semua orang. Demikianlah juga dengan sebuah rumah. Kenyamanan sebuah rumah ditentukan oleh interiornya. .Jika interior rumah tidak sebanding konstruksi bangunan maka rumah itu bisa kehilangan keindahannya. Begitu juga dengan hidup, seperti sebuah rumah dengan interiornya. 

Hidup keagamaan sebagaimana dituntut oleh Yesus, bersentuhan dengan aspek batiniah. Melaksanakan kewajiban keagamaan berarti menata batin menjadi sebuah keindahan. Mutu hidup beragama sangatlah bergantung pada keseriusan orang menata batin. Menata batin berarti membersihkan batin dari dosa sehingga terpancar aura rohani. Sebab, Tuhan tidak hanya dipuji dengan mulut atau melalui untaian doa dan perayaan. Tuhan mesti dipuji dan disembah oleh hati yang bersih karena bertobat. Dalam injil hari ini, Tuhan Yesus menegaskan agar orang meninggalkan persembahan di atas altar jika belum berdamai dengan sesamanya. Karena itu Yesus menegaskan bahwa bukan hanya orang yang membunuh, tetapi yang marah juga akan masuk api neraka. Maksudnya, jika orang sudah menata batin atau menjadikan hati sebagai altar kurban maka tidak mungkin muncul kemarahan, kata-kata 'kafir', dan jahat. 

Banyak orang membungkus hidup keagamaannya dengan tampilan yang indah. Perhatikan apa yang terjadi sekitar kita. Orang lebih mengutamakan doa dengan kata kata yang indah dan paniang-panjang daripada berdoa dengan hati yang penuh penyesalan dan tobat. Orang lebih memerhatikan bagaimana berpakaian daripada kepantasan hati menyambut Tubuh Kristus. Orang lebih suka khotbah yang bagus daripada penobatan diri. Orang lebih suka unjuk diri dalam berpastoral daripada melayani. Kita semua memiliki kencenderungan demkian yang barangkali tidak kita sadari. Allah menuntut kita unuk menamatkan batin sebagai tempat kita menyembahNya. Dalam batin kita benemu dan berjumpa dengan-Nya. 

Penulis : Rm. Karolus Sola,O.Carm 
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat
#berandakatolik



JUMAT, 19 FEBRUARI 2021
Hari Jumat Sesudah Rabu Abu

Bacaan I : Yesaya 58:1-9a
Bacaan Injil : Matius 9:14-15

"WAKTU"
Tidak semua yang baik itu harus dilakukan. Ada kondisi yang perlu diperhatikan. Misalnya, kebiasaan berpuasa. Banyak Agama mengajarkan supaya para pengikutnya berpuasa, ”Namun, melihat waktu yang tepat untuk melaksanakannya, penting. 

Itulah sebabnya, Yesus menjawab pertanyaan murid Yohanes dengan jawaban ini, “Dapatkah sahabat-sahabat mempelai Iaki-Iaki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka, dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa” (Mat 9:15). 

Yang menjadi perhatian utama di sini bukan soal puasa atau tidak berpuasa, melainkan soal waktu. Hal ini terkait dengan alasan lain, yakni tujuan berpuasa. Untuk apa puasa? Ada banyak orang berpuasa karena a
Agamanya mengatur atau menganjurkan demikian. Mereka ini berpuasa karena perintah, bukan karena kesadaran atau kebutuhan. Sebenarnya, berpuasa yang sejati itu tidak diperintahkan dari luar, melainkan lahir dari dalam batin atau kesadaran pribadi. 

Mengapa demikian? Karena puasa itu untuk meningkatkan iman seseorang. Artinya, berpuasa itu dimaksudkan supaya orang bisa menjadi lebih dekat dengan Tuhan. Semua puasa yang tidak mendekatkan orang kepada Tuhan hanyalah formalitas agama belaka. Tidak menghasiikan buah rohani. 

Jawaban Yesus tepat. Ketika mempelai pria (Yesus) bersama-sama dengan para sahabat-Nya, tidak perlu mereka berpuasa. Baru ketika Yesus (Tuhan) diambil dari antara mereka, orang sungguh perlu berpuasa; mendekatkan diri kepada-Nya. 

Sebagai bagian dari latihan rohani, berpuasa itu sangat penting. Latihan itu perlu kesadaran penuh. Artinya, orang yang melakukannya mesti mengerti alasan dan tujuan berpuasa. Di samping itu, umat beriman perlu memahami puia waktu yang tepat. Ketika sudah menjadikannya kebutuhan, setiap saat orang bisa sadar perlu berpuasa selama diperlukan, khususnya saat merasa jauh dari Tuhan. 

Penulis :Rm. Albertus Herwanta, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat 
#berandakatolik 


JUMAT, 12 FABERUARI 2021
PEKAN BIASA V

Bacaan I :  Kejadian 3:1-8
Bacaan Injil : Markus 7:31-37
"KEBAHAGIAAN"

Kebahagiaan setiap orang itu berbeda satu dengan yang lain. Ada orang yang makan sehari satu kali sudah merasa bahagia. Tetapi ada pula yang sudah bisa makan sehari tiga kali belum merasa bahagia dan masih merasa kurang. Maka kebahagiaan itu sangat relatif. Kebahagiaan tidak hanya sekadar pemenuhan keinginan, tetapi soal hati, rasa, dan kehendak. Hal ini akan terwujud kalau dalam diri kita manusia ada rasa bersyukur atas apa yang kita terima. 

Hari ini Yesus memberikan rasa bahagia kepada seorang yang sakit tuli. Sakit tuli selalu bergandengan dengan sakit bisu. Karena tidak bisa mendengar maka juga akhirnya tidak bisa berbicara. Perasaan bahagia muncul setelah Yesus bersabda, “Efata, terbukalah” (ay. 34). Kebahagiaan bukan hanya bagi ia yang disembuhkan tetapi juga orang yang melihat dan mengiringi si sakit tersebut. Kebahagiaan akan memberi dampak dan berefek kepada orang lain. Tidak hanya yang diberi kesembuhan yang berbahagia, tetapi semua orang yang ada di sekitarnya turut merasakan kebahagiaan juga. Atas dasar itulah, kebahagiaan kita harus dirasakan juga bagi orang lain yang ada di se kitar kita. 

Yesus perlu memisahkan orang yang sakit tuli tersebut dari kerumunan banyak orang untuk proses penyembuhan yang dilakukan-Nya. Ia harus dipisahkan dari banyak orang supaya dapat lebih berkonsentrasi dalam proses penyembuhan penyakitnya. Demikianlah suasana hening dan tenang juga terkadang kita perlukan dalam hidup. Suasana yang demikian akan mendukung rasa syukur atas semua pengalaman hidup lewat alam sekitar kita. Maka,kebahagiaan kadang kala harus kita temukan dalam keheningan dan kesendirian dalam Tuhan. 

Bersyukurlah atas anugerah Tuhan yang kita terima setiap saat, sehingga menjadikan hidup kita selalu bahagia. Kebahagiaan bersumber pada niat kita menjaga alam sekitar untuk generasi penerus. Kebahagiaan yang tulus seperti merpati, menjadi dasar dalam hidup kita setiap hari. Mari bersyukur atas hidup yang kita terima selama ini iewat alam sekitar.

Penulis : Br. Yohanes Suparno, O.Carm.

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berandakatolik



JUMAT, 05 FEBRUARI 2021
PW SANTA AGATA, PERAWAN & MARTIR

Bacaan I : Ibrani 13:1-8
Bacaan Injil : Markus 6:14-29

"MEMBELA KEBENARAN"
Ada ungkapan, “Katakanlah kebenaran, meskipun pahit kedengarannya.” Ungkapan ini sungguh nyata dalam kisah Injil yang disabdakan kepada kita hari ini. Yohanes Pembaptis menegur Herodes dengan mengatakan, “Tidak benar kamu mengambil istri saudaramu” adalah kata-kata seruan kenabian yang mengandung kebenaran. Ia harus menerima kenyataan yang sangat getir dan pedih, mati dengan kepala terpenggal. Raja Herodes terjerat oleh janji untuk menyenangkan seorang perempuan, sehingga mempertaruhkan harga diri dan gengsinnya di hadapan banyak tamu undangan di pesta ulang tahunnya. Rasa dendam dan sakit hati sangat menguasai Herodias dan ia mempengaruhi Herodes. Mereka tidak siap menerima kebenaran dan ingin hidup sesuai dengan nafsu keinginannya. Hal ini membuat Herodias gelap mata. Di sinilah dimulainya kejahatan dan matinya hati nurani. 

Seruan kenabian berarti berani menyuarakan kebenaran dan keadilan tanpa ada rasa takut, siap sedia menerima resiko dan rela berkorban sebagai ungkapan yang nyata dalam menegakkan keadilan Allah di tengah hidup bermasyarakat. Sebagai orang kristiani, kita juga dipanggil untuk memiliki seruan kenabian ini. Tanpa kita sadari bahwa panggilan menjadi nabi menjadi identitas kita. Memiliki keberanian berkaca “ya” jika itu memang benar dan berkata "tidak" jika itu menyimpang dari nilai yang sebenarnya. Inilah keadilan Tuhan Keadilan Tuhan harus sungguh ditegakkan di tengah dunia agar benih-benih Kerajaan Allah dapat semakin berkembang dalam kehidupan bersama. " 

Ada bahaya di tengah zona nyaman hidup. Kila enggan, takut dan apatis terhadap situasi ketidakadilan dan ketidak benaran di tengah masyarakat karena tidak ingin zona nyaman kita terusik. Lalu, kita mencari “ilmu selamat" dan membiarkan tindakan amoral terjadi tanpa ada niat untuk memperbaiki situasi. Maka, mari belajar dari Yohanes Pembaptis untuk berani membela kebenaran agar kita mampu hidup secara benar di tengah dunia ini.
 
Penulis :Rm. Tinto Tiopano Hasugian, O.Carm
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat
#berandakatolik



JUMAT, 29 JANUARI 2021
PEKAN BIASA III

Bacaan I : Ibrani 10:32-39
Bacaan Injil : Markus 4:26-34

YANG DICAMPAKKAN DAN BERBUAH

Pernakah Anda berpikir bahwa pohon-pohon besar dengan batang yang kokoh dan daun yang rindang ternyata berasal dari biji yang kecil? Biji itu nantinya akan tumbuh ketika jatuh ke tanah, menjadi pohon yang besar-dan berbuah. Biji-bijian itu tidak akan pernah bisa tumbuh bila hanya disimpan dalam kantong plastik atau bahkan bila diletakkan di atas lantai marmer yang indah. Sebelum bertunas dan berkembang menjadi pohon, biji itu akan mengalami proses ”pembusukan.” 

Yesus menggunakan paradigma biji sesawi untuk melukiskan Kerajaan Allah. Proses pertumbuhan Gereja itu mengambil pola pertumbuhan tanaman. Meskipun Yesus tidak secara langsung mengajarkan ”cinta pada lingkungan”, perhatiannya pada lingkungan terlihat dari perumpamaan-perumpamaan yang digunakannya. ”Biji" adalah gambaran dari Yesus sendiri yang mengalami pembusukan (mati dan dikuburkan). Andaikata Yesus tidak mati dan bangkit, Gereja tidak akan pernah ada! iman Katolik didasarkan pada Kristus yang menderita sengsara, wafat, dimakamkan, bangkit, dan naik ke surga dengan mulia. Para martir dan santo-santa pun mengalami proses penderitaan dengan cara masing-masing. Mereka memang manusia dan tidak sempurna tapi mereka setia mengikuti Kristus. 

Proses "pembusukan” juga kita alami melalui penderitaan dalam hidup. Memang penderitaan bukanlah nilai yang harus kita kejar dan tidak ada satu pun manusia di dunia ini yang ingin hidupnya menderita. Namun kenyataannya, hidup manusia tidak sepenuhnya mulus tanpa kesulitan dan penderitaan. Pengikut Kristus hendaknya dengan bijaksana melihat penderitaan sebagai sarana bagi Allah untuk membuat kita bertumbuh dan berbuah. Seperti biji yang bersedia dicampakkan dan dibusukkan di tanah, demikian pula kita pengikut Kristus harus siap ”dicampakkan" ke tanah “penderitaan” supaya tumbuh dan berbuah. Kesetiaan menjalani proses “pembusukan" itulah yang akan menjadikan kita pohon yang berdaun lebat dan buahnya dirasakan semua orang.

Penulis : Rm. Alexander Teguh, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berandakatolik



JUMAT, 22 JANUARI 2021
Hari Kelima Pekan Doa Sedunia

Bacaan I : Ibrani 8:6-13
Bacaan Injil : Markus 3:13-19

DIPILIH
Jika seseorang hendak membuat tim yang solid, maka tentu saja ia akan memilih orang-orang yang dianggapnya mampu melakukan apa yang menjadi misinya. Orang-orang yang dipilih, bisa berasal dari berbagai latar belakang budaya atau pendidikan. Semua yang dipilih adalah orang-orang yang dipandang memiliki kemampuan untuk menerima cara pandang orang yang memilihnya dan mampu melaksanakan keinginan-keinginan yang memilihnya. 

lnjil hari ini mengisahkan hal yang sama. Yesus memanggil dan memilih orang-orang yang dipandang Yesus mampu menerima pengajaran-Nya dan mampu pula untuk meneruskan ajaran-ajaran-Nya kepada yang lain. Ia memilih 12 orang dengan asal, sifat, dan latar belakang pendidikan yang berbeda-beda. Perbedaan-perbedaan tersebut bagi Yesus bukan halangan untuk memilih mereka menjadi penerima dan penerus pesan-pesan Kerajaan Allah yang harus diwartakan dengan pengajaran ataupun tindakan-tindakan hidup dalam hidup keseharian. 

Tindakan Yesus memilih murid-murid-Nya bukan terjadi pada masa lalu saja, tetapi berlangsung terus lewat Gereja-Nya. Lewat orang-orang yang dipercaya mengelola Gereja, Yesus terus memilih orang-orang yang berlatar belakang pekerjaan, sifat, dan status sosial yang berbeda-beda untuk berperan aktif dalam pelayanan-pelayanan yang telah dilakukan maupun yang akan dilakukan oleh Gereja. Mereka bisa dipilih menjadi ketua lingkungan, bendahara, sie sosial, sie katekese, dan bentukbentuk lainnya yang dilakukan oleh Gereja. Semuanya menjadi tangan-tangan Yesus yang menyampaikan Kerajaan Allah saat ini,dimasaini. 

Para murid menyatakan ya terhadap pilihan Yesus pada diri mereka, meskipun mereka juga tahu, dan menyadari banyak kelemahan yang mereka miliki, ketidaktahuan dan tantangan yang akan dihadapi. Meskipun demikian, mereka tetap maju karena percaya, Yesus, Sang Guru tidak akan membiarkan mereka. Bagaimana dengan saudara? Bersediakah saudara menjadi murid-murid-Nya saat ini? 

Penulis : Rm. Krispinus Ginting, O.Carm.
Penerbit : @penerbit_karmelindo 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat 
#berandakatolik



JUMAT, 15 JANUARI 2021
PEKAN BIASA I

Bacaan I : Ibrani 4:1-5.11
Bacaan Injil : Markus 2:1-12

MENOLONG SESAMA
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat hidup sendirian dan tidak dapat hidup untuk dirinya sendiri. Maka, setiap pribadi pun diundang untuk menjadi saluran berkat bagi sesamanya. Kisah Injil hari ini merupakan salah satu contoh yang menggambarkan tentang hal itu. Penginjil hanya memberikan keterangan kepada kita bahwa pada waktu itu ada empat orang yang mengusung seorang lumpuh kepada Yesus. Tidak dijelaskan tentang apa hubungan antara keempat orang penggotong itu dengan Si Lumpuh yang mereka gotong. Namun yang pasti bahwa keempat orang tersebut memiliki hati bagi Si Lumpuh yang membutuhkan penyembuhan dari Yesus. 

Orang lumpuh merupakan gambaran dari keadaan orang-orang yang ada di sekitar kita. Mungkin secara fisik, mereka tidak mengalami kelumpuhan. Tetapi sesungguhnya banyak di antara sesama kita yang sedang mengalami ”kelumpuhan" di dalam kehidupan mereka. Kelumpuhan itu hadir dalam beragam wujudnya, entah secara rohani, secara jasmani, atau secara materi, dan lain-lain. Siapakah yang harus membantu mereka? Hanya orang yang memiliki hati berbelas kasih, yang akan terdorong melakukan tindakan nyata untuk menolong mereka. Itulah sesungguhnya panggilan hidup kita sebagai seorang Kristiani; panggilan untuk mengasihi Tuhan dan sesama. 

Tugas ini sangat mulia dan luhur, namun tidak mudah. Empat orang pengusung yang dikisahkan dalam Injil, dikatakan bahwa mereka terhalang oleh banyak orang yang berkerumun, sehingga mereka tidak lagi dapat masuk melalui pintu. Hal ini menggambarkan bahwa segala niat atau usaha yang kita lakukan demi kebaikan sesama, kadang harus melewati aneka tantangan atau hambatan. Tetapi, apakah para pengusung ini putus asa? Tidak. Mereka mencari jalan keluar dengan cara membongkar atap rumah. Cara yang luar biasa ini, menunjukkan besarnya iman mereka, sebagaimana diungkapkan oleh Yesus sendiri. Semoga semangat iman dan perjuangan mereka ini dapat menjadi inspirasi bagi kita dalam menolong sesama. [Rm. Hendrikus Dasrimin, O.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat
#berandakatolik



Jumat, 8 Januari 2021
JIKA TUAN MAU
Luk 5: 12-16

Kekecewaan kadang menjadi reaksi laten bagi pendoa. Terutama mereka yang memutlakkan doa sebagai ajang permintaan. Beberapa teman mengeluh karena doa mereka tak kunjung dikabulkan.

Berbeda dengan doa mereka, doa si Kusta dalam Injil hari ini begitu mujarab. Permintaannya langsung dikabulkan oleh Tuhan Yesus. Doanya memang sederhana. Jauh dari kesan memutlakkan permintaan. Ia justru menampilkan kepasrahan yang total pada kehendak Allah. Jika tuan mau, katanya. Ini adalah ungkapan harapan sekaligus kepasrahan. Doa memang mesti dilandasi harapan yang kuat. Tapi juga kepasrahan yang total pada kehendak Allah.

Keluhan doa muncul karena doa masuk sarang bisnis rohani. Saya berdoa karena saya pengen punya rumah, mobil, istri, suami, anak, karier, dan sebagainya. Doa ini benar semuanya. Tetapi jangan memutlakkan doa. Jika saya minta karier, otomatis doa saja dikabulkan. Kelak mimpi berkarier menjadi nyata. Di sini, tampak kehendak pendoa yang dominan. Bukan kehendak Allah. Padahal doa Bapa Kami mendidik kita untuk pasrah pada Kehendak Allah. Jadilah Kehendak-Mu, kata Yesus dalam doa itu.

Berguru pada si Kusta dan pada pribadi Yesus, kita hendaknya mulai berdoa dengan nada pasrah. Bukan dalam arti negatif. Tetapi membiarkan Tuhan berkarya dalam kehendak-Nya. Bukan kehendak kita. 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
@renunganharian_katolik 



Jumat, 01 JANUARI 2021
HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH
Hari Perdamaian Sedunia

Bacaan I : Bilangan 6:22-27
Bacaan Injil : Lukas 2:16-21

KEHENINGAN DAN PEWARTAAN 
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Ada hal penting dan mendasar dari Maria, yaitu keheningan. Keheningan inilah yang membuat Maria mampu menjalani hidupnya dengan tenang. Injil Lukas dua kali mencatat sikap hening, sisi kontemplatif Maria. Pertama, ketika para gembala berkata tentang Yesus. Apa yang dikatakan para gembala tentang Yesus, penginjil tidak memberitahukannya. Tetapi perkataan mereka mengherankan pendengarnya, ”Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya” (Luk 2:19). 

Kedua, Yusuf dan Maria menemukan Yesus di Bait Allah, dan mendengar jawaban-Nya yang terdengar kasar, "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu, bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?", “Maria, ibu-Nya menyimpan semua perkara itu di dalam hatinya” (Luk 2:51). Kata "menyimpan" kiranya bukan menunjuk pengertian merahasiakan, melainkan lebih mengarah kepada pengertian ”merenungkan”, mencari makna yang Iebih dalam. Di awal hidupnya, Maria membedungNya dengan kain lampin, kelak ia akan membungkus anak-Nya dengan kain kafan (Yoh 19:25-42). Kurang lebih 33 tahun, Maria bermenung tentang janji Allah. Secara manusiawi berat, tetapi sesuatu yang berat, kalau Kristus berada di dalamnya akan berubah menjadi berkat. 

Iman akan dikuatkan dan hati akan terhibur ketika merenungkan karya Allah dalam kitab suci: para gembala, orang golongan rendah, diasingkan tidak masuk hitungan dalam tatanan masyarakat Timur Tengah kuno, dimuliakan Allah untuk bertemu dengan Penyelamat, yang terbaring di palungan. Dalam kesederhanaan dan kemiskinan, Allah menyambut gembala yang miskin. Karena-Nya, orang-orang sederhana itu menjadi pembawa kabar sukacita bagi sesama. Bunda Maria mewartakan keagungan Tuhanjuga dalarn keheningan. 

”Semoga Tuhan memberkati dan melindungi kita; menyinari kita dengan wajah-Nya dan memberi kita kasih karunia; menghadapkan wajah-Nya kepada kita dan memberi kita damai Sejahtera di awal tahun ini” (bdk. Bil 6:24-26). [Rm. Hugo Susdiyanto, O.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat 
#berandakatolik


JUMAT, 18 DESEMBER 2020
PEKAN KHUSUS ADVEN

Bacaan I : Yeremia 23:5-8
Bacaan Injil : Matius 1:18-24

MENYONGSONG NATAL BERSAMA YUSUF & MARIA
peberbit : @penerbit_karmelindo 

Kita berada pada Masa Adven bagian kedua, ketika kita diaiak untuk mempersiapkan kedatangan pertama Aiiah, yang kita kenal dengan Natal. misteri inkarnasi. Daiam pewahyuan Nya, Allah melibatkan manusia, yakni Yusuf dan Maria tunangannya. Santo Matius menegaskan bahwa Maria teiah mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami istri. Dalam adat Yahudi, pertunangan sudah memiliki ikatan. Meski mereka yang bertunangan belum siap menikah, hidup sebagai 

suami-istri, maka menunggu sampai mereka siap. ikatan pertunangan bisa dibatalkan'dengan berbagai aiasan, misalnya jika calon istri ternyata sudah mengandung sebelum pernikahan. Pihak laki-iaki bisa melaporkan kepada pihak yang berwajib dan mengumumkannya secara publik. Dengan pengumuman tersebut keduanya “merdeka”. Akan tetapi, perempuan yang demikian dijamin tidak bisa menikah, karena tidak akan ada lelakiyang mau menikahinya (terkena aib). 

Tentang Yusuf, dia adalah seorang yang tuius hati. Di manakah letak ketulusan hati itu? Sebagai iaki-iaki israei, Yusuf berhak melaporkan Maria tunangannya kepada pejabat dan mengumumkan pembatalan perkawinannya. Akan tetapi, hai itu tidak ia lakukan, dengan alasan ia tidak mau mencemarkan nama calon istrinya di muka umum. ia justru ingin menempuh jalan “diam-diam”. Artinya ia akan melakukannya di depan 2 orang saksi, tetapi tidak mengumumkannya di pubiik. Dengan demikian pembatalan tersebut sah secara hukum, tetapi tidak mencemarkan nama Maria tunangannya di depan umum. Cara yang ditempuh Yusuf menunjukkan kepada kita bahwa Yusuf adalah manusia yang matang, dewasa, bijaksana, tuius hati. 

Yusuf dan Maria harus mengalami perjalanan hidup yang sangat berat. Namun mereka sanggup menjalaninya. Kenyataan ini menunjukkan bahwa mereka adaiah pribadi matang, baik secara manusiawi maupun rohani. Semoga perjaianan hidup mereka dapat menginspirasi kita dalam menyongsong Natal, dan menerima Tuhan yang hadir dalam kehidupan kita. [RP. Hugo Susdiyanto, O.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat 
#berandakatolik



JUMAT, 11 DESEMBER 2020
PEKAN ADVEN II

Bacaan I : Yesaya 48:17-19
Bacaan Injil : Matius 11:16-19

SALING PENGERTIAN 
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Hiduplah sebuah keluarga sederhana yang tinggal di suatu kampung terpencil. Meskipun keluarga ini sangat sederhana, mereka mampu mensyukuri hidup mereka setiap hari. Keluarga ini mampu saling menghargai dan memahami kekurangan masing-masing. Dari sikap ini tumbuh dalam diri mereka sikap saling pengertian. Dengan pengalaman iman yang benar akan semakin memberi kekuatan bagi mereka dalam menjalani hidupsetiaphari. 

Masa Adven merupakan masa untuk kita kembali melihat situasi hidup kita. Ada saat-saat kita mengalami sedih, gembira, penuh harap dan salah satu bagian penting dari hidup kita yang tidak boleh dilupakan adalah asal dan tujuan kita hidup di dunia ini. Menanti memang tidak mudah. Ada masanya kita merasa bosan,jenuh dan putus asa. 

Dalam masa penantian, Yesus memberi gambaran kepada kita akan pentingnya sikap saling menghargai. Kita bisa saja mengalami sukacita luar biasa, pesta pora, dan mabukmabukan. Sikap ini barangkali hanya sementara. Kita tidak tahu kapan dan di mana Tuhan memanggil kita kembali. Sikap siap sedia menjadi pegangannya. Mau menerima kekurangan dan kelebihan sesama kita menjadi jawaban agar kita tetap hidup sesuai tata iman Kristiani. Saling menghargai satu sama lain menjadi kunci akanjaminan keselamatan. 

Kisah singkat keluarga sederhana di atas merupakan contoh nyata dalam kehidupan kita setiap hari. Yohanes dibenarkan menurut cara hidupnya dalam mempersiapkan datangnya Sang Penyelamat, Yesus Kristus. Hikmat Allah dibenarkan melalui perbuatan nyata. Apa yang disampaikan pada murid-Nya, Yesus menghidupinya terlebih dahulu. Yesus menghargai perbuatan baik Yohanes Pembaptis dengan sikap rendah hati. Dalam hal ini Yesus mengajarkan satu kebajikan yang mampu menuntun kita Dada jalan yang benar. Sikap saling pengertian menjadi satu cara Untuk mencapai kekudusan. Ketika mengalami persoalan berat, kita tidak langsung menyerah. Kita telah menanamkan dasar hidup yang kokoh dan kuat. [RP. Tri Prasetyo, O.Carm.] 

Selamat berkativitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat
#berandakatolik 


JUMAT, 04 DESEMBER 2020
PEKAN ADVEN I

Bacaan I : Yesaya 29:17-24
Bacaan Injil : Matius 9:27-31

TERUS BERIMAN
penerbit : @penerbit_karmelindo 

Dari perikop lnjil hari ini, saya tertarik merenungkan frase “dua orang buta mengikuti-Nya sambil berseru-seru". Bahkan disebutkan sampai Yesus masuk ke dalam rumah, kedua orang buta tersebut masih terus mengikuti-Nya. Tampaknya seruan mereka “Kasihanilah kami, hai Anak Daud” tidak langsung ditanggapi oleh Yesus. Namun, mereka tidak putus asa. 

Ada dua hal: Pertama, perihal mengikuti Yesus. Kisah dua orang buta yang mengikuti Yesus seolah “menyadarkan" kita yang sering kali tidak buta, tetapi tidak mau mengikuti Yesus. Kita mengikuti kehendak diri sendiri. Atau sebaliknya sadar dengan kelemahan diri sendiri, kita lantas tidak mau mengikuti Yesus. Membiarkan diri kita menjadi putus asa, karena kelemahan kita. Kedua, dua orang buta tersebut berseru kepada Yesus, sampai ia mendengarkan seruan mereka. Sikap kedua orang buta tersebut seakan ingin “menyindir” kita yang seringkali mengukur iman kita kepada Tuhan berdasarkan lamatidaknya doa kita dikabulkan oleh Tuhan. Kalau Tuhan mengabulkan doa kita lama sekali (menurut ukuran manusia), kita lantas berhenti berseru kepada-Nya. 

Isi seruan kedua orang buta tersebut ialah mohon dikasihani. Mereka sadar akan kelemahan dan kedosaannya, sehingga mereka memohon untuk dikasihani oleh Tuhan. Bagi mereka, dikasihani oleh Allah jauh lebih penting dari kesembuhan mata jasmani mereka. Mereka ingin dikasihani seperti anak-anak Allah lainnya. Kebutaan mata fisik telah menyebabkan mereka terasing dari kehidupan masyarakat. Mereka tidak ingin terasingjuga dari keluarga anak-anakAllah. 

Yesus menunjukkan belas kasih Allah. Iman kedua orang buta tersebut mendapat jawaban dari Allah dan rahmat kesembuhan yang diberikan-Nya menjadi bukti bahwa Allah mencintai semua anak-Nya. Rahmat kesembuhan itu semakin membakar iman mereka, sehingga mereka tidak bisa lagi "dicegah” ketika dilarang untuk tidak mewartakan karya agung Allah dalam hidup mereka. Bagaimana dengan hidup kita? [RP. Petrus Hasa Trihapsara, 0.Carm.] 

Selamat beraktivitas. Berkah Dalem πŸ™
#berkat
#berandakatolik


0 komentar:

Posting Komentar

  • Profile


    Lingkungan Santo Thomas Aquinas Paroki Bunda Maria Cirebon
  • Contact us